Saling Berbagi, Saling Menginspirasi
Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : Ami Haryatmi (He Qi Barat)Pada tanggal 26 Juni 2014, para umat Katolik kembali mengunjungi Aula Jing Si, Tzu Chi di pantai Indah Kapuk.
Ketika Master Cheng Yen melihat para biarawati dari umat Katolik bersumbangsih dan menolong orang yang membutuhkan, dititik itulah mulai bertunas niat kebajikan yang lebih luas. Master Cheng Yen berpikir apa yang sebaiknya dilakukan oleh umat Buddha? Seperti halnya yang telah dlakukan oleh para Biarawati. Hal itulah yang menjadi cikal bakal dari bertumbuhnya tunas kebajikan hingga berkembangnya Tzu Chi sampai saat ini. Tayangan kilas balik tentang niat awal Master Cheng Yen yang tergugah oleh tindakan para Biarawati tersebut, membuka acara silaturahmi antara Yayasan Buddha Tzu Chi dengan Lansia dari Lingkungan Stefanus, Taman Aries, Paroki Maria Kusuma Karmel, Jakarta Barat.
Dengan dikoordinir oleh Ketua Lingkungan, Bapak Yudi Iskandar. Pada tanggal 26 Juni 2014, sejumlah 48 orang umat Katolik kembali mengunjungi Tzu Chi Center. Relawan Tzu Chi dengan ramah dan sikap hormat menyambut kedatangan mereka pada pukul 8.45 WIB. Lo Li fang Shijie dari He Qi Barat kali ini sebagai koordinator kegiatan ini.
Setelah tayangan kilas balik, beberapa tayangan peran serta relawan di sejumlah bencana, disajikan agar lebih mengenalkan tentang Misi Tzu Chi. Diperkenalkan pula SMAT (Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi), himbauan agar lebih banyak yang turut menjadi relawan informasi dan bertambah lagi insan yang rela bersumbangsih. Walaupun sumbangsih dari butir-butir koin terkecil sekalipun, akan tetap menjadi berkah bagi sesama. Sebagian dari mereka telah memiliki celengan bambu dari Tzu Chi.
Relawan Tzu Chi mengajak para peserta yang hadir bersama-sama untuk memeragakan bahasa isyarat tangan “Satu Keluarga”.
Shou Yu “Satu Keluarga” dilakukan bersama seluruh peserta yang hadir. Dilanjutkan acara inti, tour bekeliling melihat Griya Perenungan Tzu Chi. Tour dipandu oleh empat relawan yaitu, Widyanti Shijie, Lina Shijie, Herman Shixiong dan Andy Wang Shixiong. Mereka memandu sejumlah 62 orang, termasuk diantaranya pengunjung lain selain dari Umat Katolik Stefanus. Mereka mencermati poster-poster yang berbicara tentang uluran tangan relawan Tzu Chi, yang menjadi semangat bagi keterpurukan masyarakat di tengah bencana.
Gambar-gambar dari laku nyata para relawan membuat pengunjung sangat antusias dan beberapa orang bertanya. Bagaimana cara pelatihannya sehingga para relawan mampu bersumbangsih tanpa pamrih, tanpa timbal balik berupa materi sedikitpun? ”Relawan Tzu Chi menerima timbal balik berupa kebahagiaan berbagi, bila kami mampu menginspirasi setiap hati, itulah upah yang lebih berharga daripada materi,” jawab salah stau relawan Tzu Chi.
Selain berkunjung tour Aula Jing Si, peserta diperkenalkan tentang semangat celengan bambu Tzu Chi. Mereka pun dengan antusias mengambil celengan.
Perjalanan kekerabatan dengan umat Katolik di Taman Aries telah cukup lama terjalin. Diawali ketika relawan Tzu Chi Kebon Jeruk membuka lahan kebajikan berupa Pelestarian Lingkungan di Taman Aries. Hamzah Shixiong sebagai umat dari Gereja yang sama, turut memotori kekerabatan itu. Dalam kunjungan tersebut turut pula Ibu Liana Hardjawati dan Ibu Theresia Iswari yang sejak beberapa tahun ini rutin serta rajin mendonasikan bahan-bahan daur ulang, bahkan menghimbau rekan-rekannya supaya selalu mengumpulkan barang untuk disumbangkan kepada Tzu Chi. Menurut mereka selembar plastikpun tidak dijinkannya untuk mengotori lingkungan.
Acara berakhir pada pukul 13.15 WIB usai makan siang. Lambaian tangan pengunjung dan sikap hormat relawan Tzu Chi mengantar kepulangan mereka. Mungkin hari itu kita berpisah, tetapi misi kebajikan akan mengisnpirasi setiap insan yang memiliki kebaikan nurani. Karena seperti kata perneungan Master Cheng Yen, “Orang-orang yang berbagi misi yang sama dlm kehidupan ini, sebaiknya saling memberi semangat dan inspirasi satu sama lainnya, agar niat kebajikan dalam batin tetap terjaga dengan baik”. Kata perenungan ini juga melukiskan bahwa biarawati umat Katolik dulu telah mampu menginspirasi untuk merengkuh bumi dengan cinta kasih yang luas. Tanpa memandang perbedaan.