Profesor-profesor dari Tzu Chi University of Science and Technology Departement of Nursing, membagikan tambahan pengetahuan baru kepada para perawat Tzu Chi Hospital dengan metode yang menarik.
Perawat-perawat Tzu Chi Hospital Indonesia mendapatkan kunjungan dari Tzu Chi University of Science and Technology di bidang keperawatan. Kedatangan para profesor dari divisi keperawatan ini bertujuan untuk mendukung dan saling berbagi ilmu kepada para perawat di Tzu Chi Hospital. Sejak tanggal 2 hingga 4 Juli 2024 Nursing Class diadakan, dalam tiga hari dan diadakan dua sesi yaitu di pagi hari dan siang hari. Para perawat mendapatkan tambahan pengetahuan baru tentang Palliative Care, Emergency Nursing, Fundamental Nursing, dan juga Nursing Leadership & Management yang disampaikan oleh Profesor Yu-Lun Kuo, Profesor Ling-Ling Lee, Profesor Yu-Long Hong, dan Profesor Shao-Hui Shu.
Adapun tujuan dari pembelajaran ini, Ester Maria selaku Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawataan di Tzu Chi Hospital menjelaskan berawal dari adanya keinginan untuk selalu belajar khususnya semangat dari budaya humanis keperawatan, dan belajar bagaimana perkembangan penerapan ilmu keperawatan di Taiwan. Ester percaya banyak hal-hal baik yang bisa diterapkan di Indonesia.
“Tzu Chi University sebagai pusat pendidikan keperawatan punya basic pengetahuan yang cukup kuat untuk perkembangan ilmu keperawatan. Artinya perawat sebagai profesi kita bekerja bukan sekedar kebiasaan saja tapi mesti diperkuat juga dengan dasar keilmuan, itu yang memperkuat ketika kita mempraktikkan di lapangan, (kita) bisa memberikan pelayanan yang aman, yang berstandar international, dan menunjukan profesionalitas kita sebagai perawat, ” kata Ester Maria.
Ester Maria (tengah) sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawataan menyampaikan, pengajaran ini juga membantu membentuk karakter perawat yang memiliki hati nurani dan juga cinta kasih.
Profesor Yu-Lun Kuo adalah salah satu pengajar dan juga Director Departement of Nursing di Tzu Chi University of Science and Technology mengatakan jika pembelajaran ini sebagai bekal atau persiapan dalam mendirikan Universitas Tzu Chi yang salah satunya membuka jurusan keperawatan.
“Jadi Tzu Chi Hospital juga ingin memahami proses belajar mengajar di jurusan keperawatan dari Universitas Tzu Chi Taiwan, dan bagaimana caranya mendorong pelatihan keperawatan, juga ingin ada kesempatan berinteraksi dan berbagai pengalaman. Oleh karena itu maka diadakan pelatihan kali ini. Di sini kita berbagi pengalaman, dan di lain sisi kami juga banyak belajar dari pengalaman para perawat Indonesia saat melayani di lapangan,” kata Profesor Yu-Lun Kuo.
Director Departement of Nursing Profesor Yu-Lun Kuo melihat kualitas para perawat Tzu Chi Hospital sangat bagus, bukan hanya miliki pengetahuan yang luas tetapi juga memiliki budaya humanis yang baik.
Dalam pelatihan ini harapannya bukan hanya memiliki kemampuan profesional, tetapi juga bisa meningkatkan budaya humanis. Jadi Yu-Lun Kuo dan juga profesor lainnya sangat bersungguh hati saat merancang isi kelas pelatihan ini.
“Misalnya, dalam ilmu dasar keperawatan atau keperawatan gawat darurat, para perawat dapat menggunakan sudut pandang holistik untuk memahami kebutuhan lahir dan batin dari pasien, serta memberikan pelayanan yang holistik (menyeluruh -red). Ini adalah tujuan dari pelatihan keperawatan. Dari perawatan gawat darurat sampai perawatan jangka panjang, sampai akhirnya pelayanan paliatif, kami berharap dapat berbagi pengalaman tentang pelayanan kesehatan yang holistik. Saya rasa ini adalah fokus pelatihan kita kali ini,” ungkap Profesor Yu Lun Kuo.
Prof. Yu Lun Kuo sangat terkesan terhadap para perawat di Tzu Chi Hospital.Menurutnya 400 orang perawat di Tzu Chi Hospital Indonesia ini sangat berpendidikan, mereka sangat sopan dan berbudaya humanis, serta sangat serius belajar. “Jadi, mulai dari fasilitas sampai dari kesopanan, tata krama, dan budaya humanis para perawat, semuanya sangat sempurna,” kesan Prof. Yu Lun Kuo.
Para perawat juga diminta untuk membentuk kelompok dan berdiskusi metode Maslow dengan menggunakan teknik gambar.
Pelatihan ini juga disambut dengan sangat excited oleh para perawat-perawat Tzu Chi Hospital dari seluruh departmen. Mereka sangat terkesan dengan pengajar yang menyampaikannya dengan penuh kesabaran, keramahan, dan juga ketepatan dalam menyampaikan materi, simple tapi sangat mudah dimengerti karena pelajaran juga selalu disertai praktik atau diskusi kelompok.
Pengetahuan-pengetahuan yang baru dengan cara kerja yang menarik dan gampang direalisasikan untuk melayani pasien telah didapatkan oleh para perawat Tzu Chi Hospital selama pelatihan ini. Seperti materi yang mereka dapatkan di pembelajaran Fundamental Nursing, para perawat mendapatkan ilmu diagram gambar yang dimana mereka diajak untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang lalu mereka membuat gambar tubuh manusia tujuannya untuk mempermudah mengingat permasalahan pada tubuh pasien.
Sebagai perawat Tzu Chi Hospital di Unit ICU, Yevlin sangat senang mendapatkan pengetahuan baru. Ia sangat serius mendengarkan materi dan aktif saat proses pembelajaran berlangsung.
“Tadi kami belajar tentang teori Maslow, bagaimana cara kami sebagai perawat melakukan pengkajian terkait dengan masalah-masalah yang ada di pasien dengan menggunakan teknik gambar yang telah dilakukan di Taiwan. Di gambar ini bisa kami aplikasikan bagaimana kami bisa menemukan masalah pasien melalui gambar, jadi kami bisa tahu masalahnya apa dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk penanganan yang utama,” jelas Yelvin, perawat dari unit ICU Tzu Chi Hospital.
Saat pembelajaran berlangsung Yelvin terlihat sangat memerhatikan setiap materi yang diberikan, bahkan sangat aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan para pengajar. Menurutnya metode Maslow sangat menarik karena ini yang pertama diajarkan untuk para perawat yang ada di Indonesia. Pembelajaran yang sangat bagus ini nantinya bisa mereka pakai pada saat bekerja melayani dan menyembuhkan pasien. Yelvin sangat menghargai kesempatan untuk bisa belajar banyak tentang hal-hal baru.
“Banyak hal-hal baru yang kami pelajari selain metode gambar ini, kami bisa lebih fokus masalah utama apa yang ada di pasien, selanjutnya urutan-urutan dari proses keperawatan itu sendiri, mulai kami mencari masalahnya terus goals-nya apa, menentukan masalahnya, baru intervensinya. Semoga kedepannya kami bisa menggunakan metode ini juga jadi kami bisa mengetahui secara keseluruhan dari masalah-masalah pasien dan juga jika ada regenerasi perawat baru kami juga bisa melanjutkan apa yang kami terima hari ini,” ungkap Yevlin.
Dengan senang hati para pengajar juga membantu mereka saat sesi berdikusi. Perbedaan bahasa tidak menghambat mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman.
Melihat para perawat yang antusias, serius, dan penuh semangat selama proses pelatihan ini membuat Profesor Yu-Lun Kuo dan ketiga profesor lainnya terkesan. Mereka memiliki harapan besar kepada perawat di Tzu Chi Hospital untuk terus mengembangkan pengetahuan tentang keperawatan baik secara materi dan juga praktik.
“Saya berharap di masa depan akan ada lebih banyak interaksi dan komunikasi dan kami juga berharap perawat dari Indonesia dapat pergi ke Taiwan dan belajar S2 bahkan S3. Jadi kerja sama pertama adalah semoga kelas S2 keperawatan dalam bahasa Inggris dapat didirikan, dan semoga akan ada lebih banyak interaksi dan pertukaran pengalaman di masa depan,” harap Yu-Lun Kuo.
Para peserta diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dan gambar. Para perawat sangat senang bisa mendapatkan tambahan pengetahuan dan nantinya akan di-share ke para perawat di Tzu Chi Hospital lainnya.
Selama proses pembelajaran tiga hari ini banyak sharing-sharing yang dapat menyentuh hati nurani dari contoh-contoh kasus yang disampaikan. Ester berharap hal-hal itu bisa juga diterapkan para perawat Tzu Chi Hospital di Indonesia. Diharapkan mereka juga lebih memiliki critical thingking dalam menyelesaikan permasalahan pasien. Bukan hanya melihat kesembuhan dari segi medis tetapi juga dari segi holistik pasien.
“Besar harapan kami yang pertama adalah kita bisa mendapatkan spirit dari budaya humanis perawat di Taiwan. Mereka bisa menerapkan bagaimana melakukan pendekatan kepada pasien itu melihat respon kebutuhan pasien bukan semata-mata untuk menyelesaikan masalah penyakitnya saja, tapi juga mempunyai spirit, mempunyai cinta kasih. Dengan begitu, mereka bisa memperlakukan pasien itu sebagai keluarga sendiri,” kata Ester Maria.
Editor: Hadi Pranoto