Saling Mengenal Seni dan Budaya
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
|
| ||
Setelah itu Direktur Sekolah Cinta Kasih memberikan kata sambutan kepada anak-anak dari Amitofo Care Centre. Setelah itu, 27 anak-anak diajak untuk mengenal budaya humanis Tzu Chi, yaitu menyajikan teh, merangkai bunga, dan isyarat tangan. Mereka juga ikut mempraktikkan bagaimana cara dan tata krama dalam menyajikan teh. Setelah itu mereka pun menuju lapangan indoor Sekolah Tzu Chi yang telah ramai oleh siswa-siswi dan guru Sekolah Cinta Kasih yang menyambut mereka. Di sini anak-anak Amitofo Care Centre menghibur setiap orang yang hadir dengan menyanyikan beberapa lagu. Mereka juga memeragakan kemahiran mereka dalam beladiri kungfu dengan sangat lincah dan gagah. Usai mengunjungi Sekolah Cinta Kasih, mereka juga mengunjungi Sekolah Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk. Di sana mereka juga menampilkan keindahan suara mereka kepada murid-murid Sekolah Tzu Chi Indonesia. Seusai itu mereka pun melihat-lihat perpustakaan sekolah dan disana mereka juga melakukan tanya jawab mengenai Sekolah Tzu Chi Indonesia ini.
Keterangan :
Rosmeri dari Amitofo Care Centre mengatakan bahwa tujuan anak-anak Amitofo Care Centre datang ke Jakarta yaitu untuk memperkenalkan seni budaya dan seni tari dari Negara Malawi, selain itu juga agar mereka dapat mengenal budaya dan seni yang ada di Indonesia. Kunjungan di kedua Sekolah Tzu Chi ini dilakukan agar mereka dapat mengetahui bagaimana suasana sekolah di Indonesia. Patima Kasimu (13) merasa senang dapat berkunjung. “Di Malawi tidak ada sekolah,” ucapnya dengan raut wajah yang tersipu malu. Saat ditanya apakah ia mau berkunjung lagi ke Indonesia, ia pun menjawab “yao..” yang berarti mau.
Keterangan :
Dua hari sebelumnya, tepatnya tanggal 20 Agustus 2011, sahabat kecil dari Amitofo Care Centre ini tampil dalam pertunjukkan “African Kids In Action” di Kemayoran, Jakarta. Anak-anak asal Afrika ini menunjukkan kebolehannya dalam menari dan bernyanyi, serta seni bela diri Kungfu Shaolin. Walaupun mereka berasal dari Afrika Selatan, namun mereka dapat dengan lancar berbicara bahasa Mandarin. Mereka mendapatkan pendidikan yang baik di Panti Asuhan Amitofo Care Centre di Malawi, Afrika Selatan yang menjadi asuhan YM Biksu Hui Li. Jalinan jodoh anak-anak ini dengannya bermula ketika tahun 1992, YM Biksu Hui Li berkunjung ke Afrika dan melihat banyaknya penderita AIDS dan anak-anak yatim piatu yang juga menderita berbagai jenis penyakit. Keadaan itu membuatnya bertekad pada dirinya untuk membantu meringankan penderitaan di Afrika dengan Buddha Dharma. Tekadnya dimulai dengan membangun Wihara Nan Hua (Wihara Buddhis Mahayana pertama di Afrika Selatan) dan membangun Panti Asuhan Amitofo Care Center di Malawi, Afrika Selatan. Dengan panti asuhan tersebut beliau mulai memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di sana. Organisasi yang didirikannya ini juga bertujuan untuk mendidik anak yatim piatu sehingga memiliki mental yang sehat, kondisi dan spiritual yang seimbang serta mandiri. | |||
Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Tahun Ketiga Mendistribusikan Bantuan
12 Februari 2015 Dipercaya sebagai koordinator untuk menyediakan makanan hangat merupakan sebuah berkah bagi Widyanti. Ia mengaku senang karena dalam kesehariannya, ia merupakan orang yang gemar memasak. Namun memegang tanggung jawab untuk membuat lebih dari 1.500 porsi nasi dan 3 macam lauk dalam setengah hari menjadi ‘tantangan’ tersendiri baginya.
Suara Kasih: Kebajikan dan Cinta Kasih adalah Permata yang Paling Berharga
27 Januari 2014 Kita sangat bisa merasakan semangat budaya humanis dari ajaran Jing Si di sini. Saya merasa sangat berterima kasih. Lahan pelatihan diri ini sangatlah agung dan luas.
Pelatihan 4 in 1: Bahagia Karena Melayani
14 Maret 2023Suksesnya kegiatan pelatihan 4 in 1 selama dua hari pada 11-12 Maret 2023 lalu didukung oleh banyak relawan, terutama di bagian pelayanan dan konsumsi yang menyiapkan makanan dan akomodasi bagi 700 peserta dan panitia.