Sambil Belajar Sambil Melakukan
Jurnalis : Veronica Agatha (He Qi Barat), Fotografer : Juliana Santy, Veronica Agatha, Witono
Sebanyak 823 relawan dari 15 kota di Indonesia mengikuti pelatihan 4 in 1 di Jakarta.
Pelatihan 4 in 1 bagi relawan Tzu Chi Indonesia, diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada tanggal 24-25 Mei 2014. Relawan-relawan dari Malaysia hadir untuk berbagi kisah dan juga pengalaman kepada relawan di Indonesia. Sebanyak 823 relawan dari 15 kota datang untuk mengikuti pelatihan ini. Para peserta pelatihan berasal dari Jakarta, Tangerang, Tanjung Balai Karimun, Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Singkawang, Padang, Lampung, Biak, Makassar, Bandung, Jambi, dan Tebing Tinggi. Pelatihan 4 in 1 ini diisi dengan sharing-sharing yang bermanfaat dari Relawan Malaysia, salah satunya adalah pengalaman-pengalaman para relawan Malaysia di Komunitas mereka, satu xieli satu depo daur ulang, dan masih banyak lagi. Setiap paginya peserta pelatihan ini bangun pukul 04.30 pagi, kemudian bersama-sama mengikuti Xun Fa Xiang (Menghirup Harumnya Dharma di pagi hari) pada pukul 5.20 pagi.
Sharing-sharing yang di bawakan oleh relawan-relawan dari Malaysia memberikan semangat, pembelajaran, dan juga pandangan baru bagi relawan Tzu Chi di Indonesia yang mengikuti pelatihan ini. Salah satunya adalah Jhony shixiong. Hampir empat tahun sudah ia tidak mengikuti training-training yang diadakan oleh Tzu Chi. Ia adalah seorang Relawan Tim Tanggap Darurat (TTD), sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kerja lapangan. Ia merasa Ren Wen (Budaya Humanis) dalam dirinya telah tumpul, seperti pisau yang terus menerus digunakan namun tak diasah. Oleh karena itu kali ini ia mengikuti training dengan tujuan agar budaya humanisnya kembali terasah.
Jhony (Kiri), selain sebagai peserta pelatihan, ia juga membantu memasak untuk kebutuhan konsumsi saat kamp berlangsung.
Namun dalam training kali ini Jhony shixiong juga mendapatkan tugas untuk membantu memasak di dapur. Ia membagi waktu, dengan membantu memasak di dapur pada saat break dari sesi training. Ia juga menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak sehari sebelumnya sehingga keesokan harinya ia tidak menghabiskan waktu yang lama di dapur untuk memasak. Ia merasa telah menjadi tanggung jawab baginya untuk membantu di dapur, dan juga dikarenakan dapur kekurangan relawan, ia pun bersedia membagi waktu trainingnya dengan membantu memasak di dapur.
Meskipun nampaknya amat melelahkan, namun tidak demikian yang dirasakan oleh Jhony shixiong. Ia tetap merasa senang dalam hatinya karena ia merasa sebuah kebahagiaan baginya bisa melayani peserta training yang lain. Dengan mengikuti training ini ia merasa Ren Wen-nya seperti diasah kembali. Sehingga ia tersadar bahwasanya ia harus berbudaya humanis dalam bersikap, baik di lapangan dimana ia terpapar teriknya matahari dan juga emosi yang bergolak saat menghadapi keadaan, maupun di kehidupannya sehari-hari. Setelah mengikuti training ini Jhony shixiong bertekad untuk mengikuti baksos dimana pun, baik di Jakarta maupun di luar Jakarta, ia akan turut serta.
Franciska (seragam biru muda), menggunakan waktu luangnya di Jakarta untuk mengikuti pelatihan ini.
Peserta pelatihan ini berasal dari berbagai generasi. Baik yang masih berusia muda maupun yang telah berusia lanjut. Baik yang berseragam komite, biru putih, abu putih, maupun Tzu Ching, salah satunya Franciska, anggota Tzu Ching Jakarta yang juga mengikuti pelatihan ini. Sesudah lulus kuliah, kini ia bekerja, dan pekerjaannya saat ini membuatnya harus bekerja di negara tetangga, Thailand. Setiap bulan ia pulang ke Indonesia, tapi tidak dalam jangka waktu yang panjang, seminggu di negara kelahirannya, ia harus kembali lagi ke Thailand. Walau hanya memiliki waktu yang singkat di Jakarta, hal itu tidak menyurutkan semangat Franciska untuk mengikuti pelatihan ini. “Karena yang aku tahu training yang di adakan Tzu Chi itu pasti sangat bermanfaat untuk para relawannya. Untuk menambah wawasan, kita dengar sharing dari orang lain juga, dari shigu-shibo, shixiong-shijie,” ucapnya. Ia menghabiskan waktu liburnya dengan berkumpul bersama keluarga pada hari biasa dan mengikuti kegiatan Tzu Chi pada hari Sabtu dan Minggu. Ia merasa Tzu Chi sudah merupakan keluarga baginya sehingga ia mau membagi waktunya untuk Tzu Chi.
Sukmawati shijie dan Ema shijie yang berasal dari Tanjung Balai Karimun memberikan sharing mereka mengenai Xun Fa Xiang.
Di penghujung acara, para mentor kelompok diminta untuk memberikan satu nama dari kelompoknya untuk diminta memberikan sharing mengenai pelatihan ini. Salah satunya yang memberikan sharing adalah Sukmawati shijie dan Ema shijie yang berasal dari Tanjung Balai Karimun. Dalam pelatihan ini, relawan Malaysia berbagi kisah mengenai kegiatan Xun Fa Xiang (Menghirup Harumnya Dharma di pagi hari) di Malaysia, dan sharing tersebut menginspirasi mereka. Mereka sudah memulai Xun Fa Xiang sejak tahun lalu ketika melakukan video conference dengan Master Cheng Yen, kami sudah berikrar di depan Master untuk Xun Fa Xiang. Saat mengikuti laporan tahunan Tzu Chi Internasional tahun lalu, ia baru mengetahui Xun Fa Xiang ini dilakukan dari kantor Tzu Chi dan diadakan Live dari Hualien. Dari sana ia pun mulai mengajak relawan TBK untuk ikut kegiatan ini.