Sambutan Terbaik untuk Tamu Terbaik

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Ekspresi bahagia terpancar dari wajah Sidik ketika ikut menyanyikan dan memeragakan isyarat tangan 'Satu Keluarga' bersama para relawan Tzu Chi yang berkunjung ke rumahnya.

“Bapak masih makan pakai kecap, garam, atau micin?” tanya dr Indira kepada Sidik, yang kemudian dijawab, “Masih.” “Dikurangin, Pak,” timpal dr Indira kemudian. Sidik pun mengangguk sambil kikuk merasa bersalah. Hasil pemeriksaan dr Indira dan Suster Retno menunjukkan tinggi tensi darah laki-laki 63 tahun itu melebihi normal. Kemudian dr Indira menjelaskan bahwa bumbu-bumbu masak tersebut dapat menyebabkan tensi darah menjadi naik.
Tensi darah memang masih menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus dibenahi pada diri laki-laki yang tinggal di Rawa Terate, Cakung, Jakarta Timur itu. Sementara mata kirinya—terkena katarak—yang tanggal 30 November 2008 lalu dioperasi pada baksos kesehatan Tzu Chi di RSKB Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat telah pulih.

Operasi mata kiri Sidik sendiri ketika itu sempat menghadapi kendala. Operasi berjalan lancar, namun dua hari setelah operasi, tanpa sengaja ia batuk. Guncangan badan yang ditimbulkan oleh batuk menyebabkan jahitan bekas operasi rusak sehingga mengeluarkan darah. Maka pada 3 Desember 2008 lalu, Sidik pun terpaksa harus menjalani operasi kembali. Syukurlah pada operasi yang kedua tidak mengalami gangguan, sehingga akhirnya Sidik bisa melihat kembali.

foto  foto

Ket : - Dr Indira memeriksa mata kiri Sidik yang tanggal 30 November 2008 lalu dioperasi karena menderita
           katarak. Operasi tersebut sempat terganggu karena Sidik tiba-tiba batuk sehingga guncangan tubuhnya
           merobek bekas jahitan operasi. (kiri)
         - Masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan tim medis Tzu Chi setelah matanya bebas dari katarak,
           yaitu tekanan darah Sidik masih sering di atas ambang normal. (kanan)

Sidik mengaku kemampuan melihatnya tidak betul-setul sempurna, namun ia mengerti bahwa kemampuan melihatnya tidak mungkin bisa pulih seratus persen seperti keadaan normal. Ia tetap mensyukurinya. Hingga kini pun ia masih merawat bekas operasi matanya dengan baik. Tiap hari ia menetesi matanya dengan obat tetes mata. “Biasa habis operasi (memang) ada efek mata kering. Itu (obat tetes mata –red) harus dipakai terus,” jelas dr Indira. Tentang kemampuan melihat Sidik yang tidak seratus persen pulih seperti semula, dr Indira mengatakan, “Saya takutnya ada glaukoma.” Maka dr Indira pun menyarankan agar Sidik kontrol ulang ke RSKB Cinta Kasih Tzu Chi secepatnya, yang kembali dijawab dengan anggukan oleh Sidik.

Jamuan Terbaik
Pagi itu, 3 Februari 2009, Sidik telah menanti kedatangan relawan Tzu Chi yang sehari sebelumnya memberitahunya akan berkunjung. Sejak pagi ia telah menunggui kedatangan relawan Tzu Chi di pinggir jalan dekat rumahnya. “Pak Sidik tadi menyambut kita pakai pakaian terbaik,” tutur Ratna Kumala, salah seorang relawan Tzu Chi. Sidik mengenakan baju batik warna krem dengan celana bahan warna hitam.

foto 

Ket : - Posan membimbing Sidik untuk memasukkan uang ke dalam celengan bambu. Melalui celengan bambu
           tersebut, Sidik berharap ia bisa membantu orang lain terbebas dari derita seperti dirinya.

Di rumahnya yang juga dipergunakan untuk warung bakso, ia telah menyiapkan beberapa makanan kecil dan buah yang telah dipotong. Buah yang ia siapkan pun buah yang terbaik, jeruk dan melon yang sangat manis. Maklum, Sidik dan istrinya juga berjualan buah potong tidak jauh dari rumahnya. Dengan cara itu mereka membiayai kehidupan sehari-hari mereka, ditambah dengan tambahan dari anaknya yang telah bekerja. Sidik mempunyai 4 anak, 2 anaknya telah berkeluarga yang memberinya 4 cucu dan tinggal terpisah darinya.

Ketika sedang diperiksa oleh dokter dan perawat, Sidik beberapa kali beranjak dari tempat duduknya. Kadang ia mengambil cemilan, kadang mengambil air minum gelas kemasan. “Bapak nggak usah repot-repot,” cegah Posan, “Kami udah siapin makanan-minuman sendiri.” Tidak ada kata yang terlontar, namun roman muka Sidik seperti tidak setuju dan masih tetap ingin menjamu tamu terbaiknya tersebut. “Terima kasih banget. Masya Allah, saya mikir kapan bisa ke sana lagi (RSKB –red),” ucap Sidik menanggapi kunjungan relawan.

Tiga Kebaikan dalam Celengan Bambu
Rupanya Sidik tidak hanya mengenang Tzu Chi melalui matanya yang telah berhasil dioperasi. Ia juga menyimpan celengan bambu pemberian Tzu Chi. Ia memperlihatkannya kepada para relawan. “Menurut Bapak, apakah berdana itu hanya hak orang kaya?” tanya Posan. Dengan sedikit ragu-ragu Sidik menjawab, “Iya.” “Salah, Pak. Berdana bukan hanya hak orang kaya, Bapak pun bisa melakukannya melalui celengan bambu ini. Bapak dan juga anak cucu bisa menabung recehan sedikit demi sedikit kemudian disumbangkan ke Tzu Chi untuk menolong orang lain,” jelas Posan. Sidik mengangguk-angguk tanda mengerti.

foto  foto

Ket : - Menurut Posan, ada tiga hal baik yang dilakukan ketika menabung dalam celengan bambu, yaitu niat untuk
           menolong orang lain, tangan menabung ke dalam celengan, dan mulut mendoakan orang lain bahagia. (kiri)
        - Sidik tersenyum bahagia mendengarkan penjelasan tentang celengan bambu oleh Posan, relawan Tzu Chi,
           yang berkunjung ke rumahnya. Ia pun mengenakan pakaian terbaik untuk menyambut tamu terbaik hari itu.
           (kanan)

“Bapak lebih bahagia dibantu atau membantu?” tanya Posan lagi. “Dua-duanya,” jawab Sidik. “Yang benar lebih bahagia membantu. Bapak lihat relawan-relawan ini,” kata Posan sambil menunjuk relawan lain yang sedang memperhatikan perbincangan mereka, “Mereka terlihat bahagia karena bisa membantu.” Posan menambahkan, “Sekarang Bapak bahagia bisa dibantu, tentu Bapak ingin bisa membuat orang lain bahagia seperti Bapak kan?” Sidik kembali mengangguk. “Nah, Bapak bisa membagi kebahagiaan Bapak dengan membantu orang lain melalui celengan bambu ini,” jelas Posan.

Posan kemudian meminta Sidik mengeluarkan uang recehan. “Ayo Pak masukin uangnya ke celengan bambu,” ajak Posan. “Ada tiga hal yang baik dengan menabung di celengan bambu. Berpikir yang baik karena niatnya untuk menolong orang lain, tangan berbuat baik karena menabung, dan mulut mengucapkan doa yang baik untuk orang lain,” Posan menjelaskan. Lalu Posan membimbing Sidik untuk mengucapkan doa ketika memasukkan uang ke celengan bambu, “Semoga uang ini bisa membantu orang yang sakit, memberi makan orang yang kelaparan, dan memberi rumah untuk orang yang tidak punya rumah.”

Usai itu, para relawan mengajak Sidik menyanyikan dan memeragakan lagu isyarat tangan Satu Keluarga. Kegembiraan Sidik pun menjadi makin lengkap karena lagu itu pernah didengarnya ketika mengikuti baksos kesehatan.

foto  foto

Ket : - Posan mengajak Ahmad Zaini untuk membagikan kembali kebahagiaan yang ia peroleh dengan membantu
           orang lain melalui celengan bambu. (kiri)
         - Asidah memasukkan uang logam ke dalam celengan bambu yang ia peroleh ketika menjadi peserta baksos
           kesehatan mata 30 November 2008 lalu. (kanan)

Para relawan Tzu Chi hari itu juga berbagi kebahagiaan yang serupa kepada mantan pasien baksos kesehatan katarak yang lain, yaitu Ahmad Zaini (62) yang tinggal di Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan dan Asidah (68) yang tinggal di Kota Bambu, Slipi, Jakarta Barat. Mereka juga mengecek tensi dan gula darah, serta memberikan obat.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Menjalani Samadhi

Suara Kasih : Menjalani Samadhi

13 April 2011 Para Bodhisatwa sekalian, bagaimana cara kita menjalani hidup dalam samadhi pada kehidupan ini? Turut berbahagia atas kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan yang terbesar. Inilah kondisi batin yang paling jernih.
Belajar Kearifan Lokal Universal

Belajar Kearifan Lokal Universal

12 Oktober 2010 Hari Kamis pagi, tanggal 7 Oktober 2010, pukul 08.30 WIB, rombongan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Negeri Jenderal Soedirman (UNSOED), yang terdiri dari 10 orang telah tiba di Komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Di Balik Persiapan Baksos

Di Balik Persiapan Baksos

20 April 2011
Hari Sabtu, 9 April 2011 penulis dan relawan Tzu Chi lainnya mulai menyulap ruangan kantor yang ada menjadi tempat operasional baksos.
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -