Sampah Itu Emas, Emas Itu Cinta Kasih
Jurnalis : Metta (He Qi Utara), Fotografer : Metta (He Qi Utara) Para relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Utara melakukan pemilahan sampah daur ulang di Posko Daur Ulang Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara pada tanggal 26 Desember 2010. |
| ||
Kotor, bau, tidak bisa dipake, dan tidak ada gunanya , itulah deskripsi kebanyakan orang tentang sampah. Sampah itu sendiri adalah bahan yang berupa benda padat atau cair yang sudah tidak dipergunakan lagi atau dibuang. Tapi bagi para relawan Tzu Chi, sampah adalah “emas” yang dapat diubah menjadi cinta kasih. Sampah juga merupakan harta karun yang dapat membantu pelestarian alam yang tak ternilai harganya. Maka dari itu, Yayasan Buddha Tzu Chi membuka posko-posko daur ulang untuk mengatasi masalah ini, salah satunya Posko Daur Ulang Muara Karang yang berada di Jalan Muara Karang Blok A-9 Selatan No. 84-85, Pluit Jakarta Utara. Posko Daur Ulang Muara Karang pada Minggu pagi, 26 Desember 2010 ini didatangi oleh 25 relawan Tzu Chi yang siap bekerja “mengubah sampah menjadi emas”. Sehari setelah perayaan Natal itu, sejak pukul 9 pagi relawan Tzu Chi membagikan tugas dalam pemilahan sampah, mulai dari pemisahan kertas, plastik, wadah plastik, kaleng aluminium, kaleng besi, botol plastik, dan botol kaca hingga perabotan rumah tangga yang terbuat dari besi atau aluminium. Awalnya botol minuman plastik terlebih dahulu dipisah dengan tutupnya, karena keduanya berasal dari jenis plastik yang berbeda. Kemudian kertas–kertas juga dipisahkan dari kertas berwarna dengan kertas yang tidak berwarna, kaleng minuman, dan tidak lupa wadah kosmetik bekas yang juga dipisahkan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pemrosesan daur ulang.
Keterangan :
Pendirian Posko Daur Ulang Tzu Chi ini bertujuan sebagai tempat penyaluran sampah-sampah yang memiliki manfaat besar untuk diri sendiri, orang lain, dan untuk makhluk hidup lainnya. Kenapa seperti itu? Karena Tzu Chi ingin mengajak kita untuk mencintai lingkungan. Lingkungan yang lestari merupakan warisan untuk anak cucu kita. Menurut Agus Shixiong, posko daur ulang ini merupakan tempat pelatihan kesabaran dan kesadaran. Mengapa dikatakan demikian? Karena sampah yang ada diawali dengan ketidaksabaran kita dalam penggolahan sampah. Jika kita mempunyai kesabaran maka kita memiliki buah kesadaran, kesadaran dimana kita harus dapat melestarikan lingkungan, terutama lingkungan terdekat kita. Semua orang tahu bahwa sampah yang dibuang di sembarang tempat dapat mengakibatkan banjir, namun masih bayak sekali masyarakat yang tidak peduli dengan hal ini karena kurangnya pengetahuan tentang sampah yang dapat didaur ulang. Banyak anggota masyarakat yang mengabaikan hal ini. Sampah yang bisa diubah menjadi emas malah dibakar, dikubur, atau langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) . Sampah yang dibuang langsung ke TPAS akan meningkatkan volume sampah. Untuk mengatasi hal tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi terus menerus melakukan sosialisasi ke masyarakat luas tentang daur ulang.
Keterangan :
Sampah yang didaur ulang juga melalui beberapa tahapan proses, yang diawali dari penggumpulan, pemilahan, dan pembuatan produk kembali dari material barang bekas pakai. Namun ada juga dari mereka yang sudah mengerti bahwa sampah dapat didaur ulang, tetapi mereka kurang paham barang apa saja yang dapat atau tidak dapat didaur ulang? Barang-barang yang tidak dapat didaur ulang seperti sampah medis (suntikan atau kapas yang sudah terpakai), sampah basah yang dapat menimbulkan bau busuk, karet, styrofoam, aluminium foil, kertas-kertas broncos (kertas-kertas seperti brosur yang mengilap) dan juga kertas tisu. Barang-barang yang tidak dapat didaur ulang yang terdapat di posko biasanya diserahkan ke Dinas Kebersihan untuk langsung dibawa ke TPAS. Masyarakat yang mengumpulkan barang–barang daur ulang ingin melihat sampah mereka bisa berguna untuk membantu sesama. Karena itulah, di posko daur ulang ini diterapkan sistem “membeli” jika ada relawan atau anggota masyarakat yang ingin memiliki salah satu barang daur ulang di posko ini, seperti buku contohnya. Cukup dengan memasukkan sejumlah uang secara sukarela ke dalam celengan bambu yang ada di posko daur ulang ini. Hal ini dilakukan mengingat bahwa barang-barang tersebut bukan milik kita (relawan), melainkan milik mereka yang membutuhkan. Karena itu, mulai sekarang ajaklah teman, saudara atau orang sekitar untuk melakukan daur ulang. Selain berfungsi melestarikan lingkungan, kegiatan ini juga memberi kesempatan kita untuk berbuat kebajikan dengan membantu sesama yang membutuhkan. Ingat, sampah adalah “emas” yang dapat diubah menjadi cinta kasih , dan dengan cinta kasih yang tuluslah maka dunia ini akan menjadi harmonis, aman dan damai, serta terhindar dari bencana. | |||
Artikel Terkait
Kelas Budaya Humanis
05 Maret 2012 Pendidikan adalah harapan bagi setiap masyarakat. Pendidikan sangatlah penting apalagi bagi anak-anak guna perkembangan pemikiran masa depannya. Dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan metode yang tepat.Tzu Chi Bersama Pemprov DKI Serahkan Empat Kunci Bedah Rumah Untuk Warga Pegangsaan
11 September 2023Penyerahan kunci warga penerima bantuan bedah rumah di Pegangsaan, Jakarta Pusat (10/09/2023) oleh Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma dan PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.