Sarana Memperkenalkan Budaya Humanis
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto * Relawan Tzu Chi, para guru Sekolah Cinta Kasih, dan pekerja proyek pembangunan gedung SMA Cinta Kasih Tzu Chi saling bergandengan tangan saat menyanyikan lagu "Satu Keluarga". | Dalam paham humanisme, manusia adalah penerjemah terhadap lingkungan dan pengalamannya sendiri. Berbagai informasi yang masuk akan diorganisir dan diolah oleh individu yang akhirnya menjadi sebuah kesan. Kesan setiap orang bisa menjadi positif atau negatif tergantung pada bagaimana lingkungan memberikan stimulus kesan dan pemahaman yang dimiliki oleh setiap individu. Karena pentingnya suatu informasi untuk membangun kesan, maka pada hari Selasa, 14 April 2009, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan gathering yang dikhususkan bagi para buruh bangunan yang mengerjakan gedung SMA Cinta Kasih Tzu Chi. |
Tepat pukul 11.30, sebanyak 120 pekerja bangunan telah memenuhi ruang aula Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat, Acara ini dimulai dengan memperkenalkan misi, tujuan, dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Tzu Chi di Indonesia. Untuk menunjang pemahaman mereka maka diputarkan pula tayangan berbagai aktivitas Tzu Chi di Indonesia. Menurut salah seorang relawan Tzu Chi, Stefanus Halim, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun interaksi antara para pekerja dengan insan Tzu Chi. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kesan tidak ada perbedaan antara mereka sebagai pekerja dengan pemakai jasa mereka. “Dengan kegiatan ini, kita tidak menganggap mereka sebagai pekerja yang dibayar oleh Tzu Chi dan hanya tahu bekerja, tetapi menghargai mereka sebagai bagian dalam sussesnya pembangunan sekolah,” terang Stefanus. Ungkapan Terima Kasih Karena kegiatan ini ditujukan sebagai rasa terima kasih Tzu Chi terhadap para pekerja, maka Kepala SMP Cinta Kasih, Edhi Harsanto dalam sambutannya mengatakan kepada para pekerja bahwa mereka adalah pahlawan-pahlawan yang terlupakan. Berbagai bangunan sekolah telah banyak mereka kerjakan, dan dengan bangunan itu para siswa dapat belajar dengan maksimal. Semuanya adalah hasil dari tangan-tangan terampil mereka. Tanpa mereka, mustahil bangunan yang baik dan bermutu dapat dirasakan. Oleh karena itu Edhi berkata, “Bapak-bapak jasanya luar biasa, karena tanpa Bapak yang bangun sekolah mungkin orang yang berhasil tidak sebanyak sekarang.” Selanjutnya, Edhi atas nama para guru dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengucapkan terima kasih kepada para pekerja, karena dengan adanya mereka, harapan Yayasan Buddha Tzu Chi untuk memiliki gedung sekolah yang baik dapat terwujud. Ket : - Tujuan dari gathering ini adalah untuk membangun interaksi antara para pekerja dengan insan Tzu Chi. Selain ucapan terima kasih dan sambutan yang diberikan kepada para pekerja, mereka (para pekerja –red) juga dihibur dengan peragaan isyarat tangan bertemakan ”Celengan Bambu” yang dibawakan oleh murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga lagu ”Satu keluarga” yang dibawakan oleh relawan dan para guru. Selesai acara perkenalan, Suriadi sebagai pembawa acara mempersilahkan para pekerja menuju dapur RSKB (rumah sakit khusus bedah) untuk menikmati hidangan makan siang yang telah disediakan khusus untuk mereka. Makan siang bersama adalah salah satu cara untuk menciptakan keakraban. Stefanus kembali menjelaskan, “Dengan acara ini diharapkan dapat menyentuh hati mereka agar mereka tahu bahwa yang dikerjakan Tzu Chi adalah untuk banyak orang dan untuk mereka juga. Sehingga diharapkan setelah ini ada di antara mereka yang hatinya tergugah.” ”Setidak-tidaknya setelah kegiatan ini para pekerja dapat bekerja dengan senang hati dan penuh kesadaran,” tambah Stefanus. Hartono, salah satu pengawas mengatakan bahwa dengan adanya sosialisasi ini ia menjadi lebih mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi dan tujuan dari yayasan ini. “Pertama yang saya tangkap, kegiatan Tzu Chi adalah kegiatan kemanusiaan. Pokoknya yang kemanusiaan,” kata Hartono. Cokro salah satu pengawas yang lain juga menambahkan, “Tujuan Tzu Chi bagus, sosial dari segi kemanusiaan. Ya pendidikan salah satunya.” Lain halnya dengan Heru, ia merasakan bahwa kegiatan ini memberi hiburan di sela-sela kesibukannya. “Menghibur, dan sedikit menghilangkan stress, meski terkadang masih terpikir pekerjaan juga,” ungkap Heru. Ket : - Murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi saat memeragakan isyarat tangan yang bertemakan celengan Membangun interaksi dan kesan yang positif kepada para pekerja terhadap Tzu Chi dan juga dapat membuat karyawan merasa nyaman dan bahagia adalah hal utama yang ingin dicapai dari acara gathering ini. Goh Poh Peng juga melihat nilai yang positif dari kegiatan ini, salah satunya selain pekerja merasa bahagia karena dihargai, terlihat juga beberapa pekerja yang mulai antusias untuk turut membantu relawan dalam merapikan bangku-bangku, peralatan, dan sisa-sisa makanan. “Meski baru lima orang yang mau bantu dari seratus lebih, ya syukur juga,” harap Poh Peng dengan senyum. | |
Artikel Terkait
Bantuan untuk Korban Kebakaran di Panipahan
02 November 2020Pada Minggu, 25 Oktober 2020 sebanyak 7 relawan Tzu Chi Tebing Tinggi menyerahkan bantuan berupa uang pemerhati kepada 26 keluarga korban kebakaran dan dana duka cita kepada keluarga korban yang meninggal Desa Panipahan, Rokan Hilir, Riau.
Kembali ke Tekad Awal
25 Juli 2014Tzu Chi Palembang pun memiliki program bahwa setiap hari kamis diawal bulan akan selalu diadakan sosialisasi dengan tema yang berbeda. Ini dilakukan agar insan Tzu Chi yang baru bergabung dapat mengetahui hal-hal apa saja yang telah dilakukan oleh Tzu Chi Palembang sekaligus membangkitkan rasa cinta kasih dan peduli terhadap sesama, sehingga bisa bersama-sama menjadi barisan Tzu Chi yang solid dalam menyebarkan benih-benih kebajikan.