Sarana Pembinaan Diri Melalui Tzu Chi

Jurnalis : Supardi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Aliman (Tzu Chi Batam)
 
 

fotoDewi Shijie, relawan Komite dari Batam menjelaskan mengenai proses awal berdirinya Tzu Chi Taiwan kepada para peserta.

Nama Yayasan Buddha Tzu Chi ternyata tidak asing lagi di telinga warga Riau yang memiliki kapasitas warga keturunan Tionghoa lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Bahkan, hanya dengan menyebutkan nama Tzu Chi, banyak warga yang bersedia berdonasi ataupun menjadi donatur. Namun, pengetahuan warga mengenai visi dan misi Tzu Chi masih sangat kurang. Terlihat dari masih banyaknya warga bahkan donatur yang masih belum mengetahui bahwa Tzu Chi juga merupakan sarana pembinaan diri yang bersifat universal bagi segala kalangan masyarakat. Lalu, dengan motivasi untuk menggalang hati warga maka Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam sering mengadakan acara sosialiasi dalam bentuk Tea Gathering.

Pada kegiatan sosialisasi yang diadakan pada tanggal 27 Oktober 2012 ini, insan Tzu Chi Batam melakukannya di Pulau Tg. Batu. Walaupun jodoh Tzu Chi dengan Pulau Tg. Batu sudah dimulai sejak April 2011 melalui Baksos Kesehatan Umum dan Gigi namun sosialisasiini merupakan pertama kali di Pulau Tg. Batu.

Untuk dapat tiba di Pulau Tg. Batu, relawan Tzu Chi Batam harus menggunakan kapal ferry selama satu setengah jam lamanya. Dalam acara ini, turut hadir belasan relawan dari Batam dan kurang lebih dua puluh relawan dari Tg. Balai Karimun yang ikut membantu kelancaran kegiatan  sosialisasi kali ini.

Kegiatan sosialisasi dibuka oleh Bun Eng Shixiong, relawan Batam yang berasal dari Pulau Tg. Batu. Bagi warga Tg. Batu, Bun Eng bukanlah orang asing sebab masih banyak keluarga dan teman Bun Eng yang tinggal di pulau ini. Bun Eng menjelaskan bagaimana kegiatan daur ulang mengajarkan dirinya untuk mengendalikan emosi dan lebih rendah hati. Teman-teman Bun Eng yang mengenalnya sebagai pribadi yang suka marah-marah merasakan heran terhadap perubahan yang terjadi.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan juga memberitahukan beberapa produk hasil pengolahan daur ulang Tzu Chi yang berupa pakaian, benang dan sebagainya kepada para peserta (kiri).
  • Dalam sesi sharing, para pasien yang menerima bantuan dari Tzu Chi turut memberikan kesan dan pengalamannya di tolong oleh Tzu Chi dan bagaimana kesulitannya yang dulu dihadapi kini berganti menjadi kebahagiaan (kanan).

Sebelum memasuki presentasi, para warga dihibur dengan Peragaan Isyarat Tangan yang dibawakan oleh Tzu Shao dan Relawan Tg. Balai Karimun. Dewi Shijie, relawan Komite dari Batam menceritakan mengenai berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi di Hua Lien, Taiwan yang pada awalnya bermula dari 30 pasang tangan ibu rumah tangga yang setia berdana dengan celengan bambu.

Setelah mendengarkan ceramah Master Cheng Yen  yang menyentuh hati para tamu, Sukmawati Shijie memberikan sharingmengenai beberapa pasien penerima bantuan Tzu Chi yang pernah ia tangani di Tg. Balai Karimun. Prosedur penanganan pasien disampaikan secara sederhana pada warga sehingga mereka mengetahui bagaimana Tzu Chi menjalankan misi amalnya. Setelah sharing, dua pasien dari pulau Tg. Batu juga diajak untuk berbagi kisah mereka bersama relawan Tzu Chi.

Presentasi mengenai Daur Ulang juga disampaikan oleh Jurman Shixiong dari Tg. Balai sehingga para warga sadar akan peran yang dapat dan harus diambil oleh masing-masing individu dalam melestarikan lingkungan. Komitmen Tzu Chi terhadap pelestarian lingkungan juga ditunjukan dalam bentuk fashion show yang diperagakan oleh muda-mudi warga setempat. Seperti biasanya kegiatan Tzu Chi diakhiri dengan isyarat tangan satu keluarga yang diperagakan oleh relawan dan diikuti oleh para tamu yang hadir.

“Perbuatan baik, semua bisa melakukannya. Bukan masalah memiliki kekayaan atau tidak” jawab Awin seorang karyawan usia 22 saat ditanyakan pembelajaran yang ia terima selama sosialisasi. Seperti yang disampaikan oleh Awin, siapa saja bisa berbuat baik. Inilah pesan tunggal yang ingin disampaikan oleh relawan Tzu Chi. Walau Tg. Batu belum memiliki kantor untuk berkumpul dan melakukan koordinasi kegiatan namun para warga dapat mulai dari rumah sendiri dengan aktifitas Tzu Chi seperti berdana lewat celengan bambu dan memilah sampah untuk didaur ulang. Bersama relawan setempat yang berjumlah 14 orang, warga juga dapat turut serta mengerjakan kasus amal. Walau hanya sedikit yang bisa dicapai dengan sosialisasi yang berdurasi 2 jam namun bagi 200 warga yang hadir mereka telah mendapatkan paradigma yang lebih jelas mengenai misi dan visi Tzu Chi serta bagaimana Tzu Chi dapat mendukung mereka dalam mengembangkan jiwa sosial, rasa syukur sekaligus tanggung jawab terhadap lingkungan.

  
 

Artikel Terkait

Donor Darah untuk Kesehatan

Donor Darah untuk Kesehatan

11 Juni 2018
Bertepatan dengan hari pengambilan rapor kenaikan kelas di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan PMI kembali mengadakan kegiatan donor darah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang Menghapus Kesedihan Warga Palu

Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang Menghapus Kesedihan Warga Palu

05 Maret 2019

Lebih dari lima bulan sudah, warga Palu, khususnya yang rumahnya hancur karena gempa, tsunami, dan likuifaksi terpaksa tinggal di tempat sementara. Menjawab harapan warga untuk dapat kembali tinggal di rumah yang layak, kemarin, Senin 4 Maret 2019, peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako 1 dan 2 akhirnya terlaksana.

Pemberkahan Akhir Tahun 2017: Kehidupan yang Bahagia

Pemberkahan Akhir Tahun 2017: Kehidupan yang Bahagia

28 Januari 2018

Kisah perjuangan Atta Shixiong dalam melepas kebiasaan buruknya: merokok dan berjudi. Ujian kembali menghampiri ketika ia divonis dokter mengidap tumor di kepala. Selepas dari ujian tersebut, tekadnya semakin besar untuk terus melangkah di jalan Tzu Chi.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -