Satu Bibit Satu Harapan

Jurnalis : Marcopolo A.Tumurang (Tzu Chi Biak), Fotografer : Marcopolo A.Tumurang (Tzu Chi Biak)

Relawan Tzu Chi dan penduduk Kampung Inarusdi bersama-sama menanam bibit pohon bakau di salah satu pulau di Papua pada tanggal 26 Juni 2016.

Minggu 26 juni 2016, cuaca dingin disertai hujan yang turun sejak fajar menyingsing tidak menyurutkan langkah 15 relawan Tzu Chi Biak untuk melakukan penanaman pohon bakau di Pulau Nusi. Hal ini adalah pertama kalinya relawan mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan di luar Pulau Biak, Papua. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “ Dengan sepasang tangan yang melakukan penghijauan dan hati yang welas asih, mari menjadi tukang kebun yang merawat alam semesta”, relawan bertekad untuk dapat sampai di lokasi.

Relawan berangkat dari pantai Bosnik menggunakan 2 buah speedboat yang harus menempuh perjalanan selama satu jam menembus gelombang air laut. Selama perjalanan hujan masih terus mengguyur, bahkan setibanya di lokasi pun hujan tak kunjung reda.

Selama perjalanan hujan masih terus mengguyur, bahkan setibanya di lokasi pun hujan tak kunjung reda. 


Warga yang turut berpartisipasi dalam penanaman pohon pun dari berbagai usia, ada yang tua, muda, bahkan anak-anak bekerja dengan tulus merawat bumi. 

Sesampainya di Pulau Nusi relawan tidak bisa langsung melakukan penanaman pohon bakau karena air laut pasang dan ombak masih tinggi. Sembari menunggu surutnya air laut relawan mensosialisasikan Tzu Chi kepada penduduk setempat. Melihat kondisi relawan yang basah kuyup karena hujan, seorang ibu tergerak hati membuatkan kopi dan teh panas.

Sebelum memulai kegiatan penanaman bakau, Supriadi Marthaen menyampaikan secara singkat visi misi Tzu Chi Indonesia dan maksud kedatangan para relawan ke tempat itu. Ada 20 orang penduduk Kampung  Inarusdi turut serta membantu relawan. Mereka pun dari berbagai usia, ada yang tua, muda, bahkan anak-anak bekerja dengan tulus merawat bumi. Jika semua pihak bekerja sama melestarikan dan menjaga lingkungan maka pasti bencana akan menjauh. Seperti dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Dengan orang yang lebih banyak, kekuatan akan bertambah dan berkah semakin melimpah.”

Usai penanaman pohon bakau, relawan dengan penuh sukacita berfoto bersama.


Sebanyak 572 bibit bakau ditanam hari itu untuk menahan gelombang tinggi.

Piter Koibur, Kaur Kampung Inarusdi mengngungkapkan rasa terima kasihnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Biak yang peduli dengan kelestarian lingkungan di pulaunya meski Biak cukup jauh dari lokasi penanaman pohon bakau. Sebelumnya penduduk Kampung Inarusdi sudah mengajukan permohonan kepada pihak pemerintah daerah untuk penanaman pohon bakau namun bibit bakau tak kunjung diterimanya.

Dalam aksi pelestarian lingkungan ini, Hadi S. Pirono yang merupakan koordinator kegiatan menyampaikan rasa syukur kepada para penduduk Kampung Inarusdi yang telah menerima Tzu Chi Biak dengan tangan terbuka. Ia juga berpesan agar para penduduk Kampung Inarusdi menjaga kelangsungan hidup bibit bakau tersebut, karena tanpa bantuan penduduk yang menjaga akan sia-sia apa yang telah dilakukan bersama-sama. Sebanyak 572 bibit bakau ditanam hari itu. Masih ada dua tempat yang terancam gelombang tinggi, untuk itu ke depannya relawan juga akan melakukan kegiatan yang sama di Distrik Padaido dan Distrik Aimando.

Usai menanam pohon bakau, relawan kembali menuju Biak. Gelombang yang tinggi membuat relawan kembali menuai kendala, salah satu motor Johnson speed terjatuh ke dalam laut. Beruntung relawan yang berada di kapal tersebut tidak mengalami luka. Akhirnya relawan yang berada di speed yang terjatuh dioper ke motor Johnson speed lainnya untuk melanjutkan perjalanan menuju Biak dengan selamat sore itu. 


Artikel Terkait

Lestarilah Pantaiku

Lestarilah Pantaiku

11 Juli 2016
Sabtu 2 Juli 2016, relawan Tzu Chi Biak untuk bersatu hati melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dengan menanam 261 bibit bakau di Desa Kakur.
Satu Bibit Satu Harapan

Satu Bibit Satu Harapan

29 Juni 2016

Relawan Tzu Chi Biak kembali melakukan penanaman bibit bakau di salah satu pulau di Papua, Pulau Nusi. Sebanyak 572 bibit bakau ditanam hari itu bersama 20 orang penduduk Kampung  Inarusdi.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -