Satu dalam Cinta Kasih
Jurnalis : Fammy Kosasih (He Qi Timur), Fotografer : Fammy Kosasih (He Qi Timur)Abdul dan Effendi menunjukkan hubungan relasi antara relawan dan penerima bantuan yang harmonis- memperlakukan satu sama lain layaknya keluarga.
Suasana hari Minggu pagi, 5 April 2015, di Toko Buku Jing Si Kelapa Gading nampak berbeda dari hari biasanya. Suasana riuh dan meriah mewarnai ruangan yang biasanya melantunkan irama musik Tzu Chi nan syahdu. Hal itu karena pada hari itu relawan Tzu Chi tengah melangsungkan gathering gan en hu (sebutan untuk penerima bantuan Tzu Chi) yang dilakukan rutin setiap bulan.
Gathering rutin ini ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi para relawan dan gan en hu untuk berinteraksi sehingga para relawan dapat mengetahui perkembangan dari para gan en hu. Selain itu, dalam gathering ini, para relawan menyerahkan bantuan dana untuk pengobatan dan pendidikan kepada para gan en hu. Namun, lebih dari itu, gathering ini juga ingin memperkenalkan misi Tzu Chi kepada para gan en hu.
Sebelum acara dimulai, para gan en hu telah memadati ruangan tempat berlangsungnya acara. Pada pukul 10.00 WIB, acara dibuka dengan sambutan dari Wie Sioeng, Wakil Ketua Relawan Komunitas He Qi Timur yang juga merangkap sebagai Ketua Fungsional Misi Bakti Amal. Wie Sioeng dalam sambutannya menjelaskan mengenai empat misi utama terutama misi amal.
Misi amal adalah misi pertama dari Empat Misi Utama Tzu Chi yang menjadi ladang berkah bagi semua relawan Tzu Chi. Misi amal memungkinkan relawan bersumbangsih ke luar sekaligus melatih diri ke dalam diri. Hal ini terwujud dalam sikap insan Tzu Chi saat melihat kehidupan para penerima bantuan tersebut.
“Dengan adanya para penerima bantuan ini, kita sebagai insan Tzu Chi bisa mengerti tentang arti bersyukur,” ulas Wie Sioeng. “Tujuan utama misi amal ini sebenarnya mau mengajak saudara-saudara kita yang mampu, untuk membantu yang tidak mampu. Selain itu kita juga mengajak saudara-saudara kita yang saat ini lagi menerima bantuan untuk bangkit supaya mereka juga bisa menjadi yang mampu, yang juga bisa membantu sesamanya sesuai porsinya, kapasitasnya mereka masing-masing. Terlebih penting lagi yaitu bagaimana mereka bisa bangkit dari keterpurukan mereka dengan adanya pendampingan dari kita (para relawan-red).”
Tak sedikit gan en hu yang mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan Doa Jutaan Insan yang akan digelar pada 10 Mei mendatang.
Sosialisasi Doa Jutaan Insan
Hendry Cahyadi, relawan Tzu Chi juga mengisi gathering untuk mensosialisasikan kegiatan Doa Jutaan Insan yang akan digelar pada 10 Mei mendatang. Relawan yang akrab disapa Poh ini mengajak para penerima bantuan untuk bersama-sama mengikuti kegiatan ini sekaligus membentuk formasi barisan dan doa bagi kedamaian dunia.
Kesempatan diberikan seluas-luasnya bagi para penerima bantuan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Respon para penerima bantuan cukup antusias. Tidak sedikit yang mendaftarkan diri sebagai bagian dari barisan formasi doa jutaan insan.
Belajar Berempati
Relawan misi amal perlu memiliki rasa berempati dengan gan en hu. Hal ini dapat dibangun dengan interaksi yang terjalin antara relawan dengan para gan en hu. Interaksi ini juga akan menumbuhkan relasi yang harmonis bahkan bagaikan keluarga sendiri. Hal ini ditekankan oleh Wie Sioeng.
“Bagaimana kita, insan Tzu Chi berempati? Kita menjadikan diri kita adalah diri mereka. Saat kita survei kasus, saat kita datang ke rumah pemohon, kita menjadikan diri kita seperti mereka. Kita merasakan apa yang mereka rasakan, kita merasakan penderitaan mereka, kita merasakan kesulitan mereka,” ujar Wie Sioeng.
Wie Sioeng, Ketua Fungsional Misi Bakti Amal menuturkan bahwa melalui Tzu Chi, para relawan dapat bersumbangsih ke luar dan sekaligus melatih ke dalam diri terutama mengenal rasa bersyukur.
Salah satu contoh nyata adalah kedekatan relasi relawan misi amal, Effendi Lohananta, Wakil Fungsional Misi Amal Relawan Komunitas He Qi Timur - Hu Ai Kelapa Gading dengan penerima bantuan, Abdul Somad. Abdul merupakan penerima bantuan biaya hidup dan pengobatan Tzu Chi akibat penyakit tumor yang menyerang matanya. Pada bulan Mei 2014, Effendi menerima berkas Abdul untuk memberikan pendampingan. Effendi atau yang biasa akrab disapa Effendi Loh dari waktu ke waktu selalu memberikan pendampingan, dukungan motivasi, dukungan moril, memberikan perhatian terhadap perkembangan keadaan Pak Abdul Somad beserta keluarganya.
Hal ini diungkapkan oleh Abdul yang datang bersama istrinya, Erna Wulansari dan anak perempuannya, Eka Nopiyani dalam gathering gan en hu ini. Pria berusia 54 tahun itu mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan dan pendampingan dari para relawan Tzu Chi. “Saya bersyukur sama Buddha Tzu Chi atas doanya, perhatiannya, dukungannya, sumbangannya. Alhamdulillah, ya Allah, berkahnya luar biasa, karena ada orang-orang baik yang hidupnya berada mau datang ke kita yang orang susah. Hubungan saya dengan Pak Effendi, dengan semua relawan di sini sudah seperti saudara sendiri, seperti keluarga sendiri,” ujar Abdul.
Pria yang dulunya bekerja sebagai tukang tambal ban itu menambahkan dia menghadiri gathering ini karena memang ingin bertemu dengan para relawan khususnya Effendi. “Makanya saya sengaja datang ke sini, ini walau mesti jalan pelan-pelan pakai tongkat, naik angkot, tapi saya tetap mau datang karena saya kangen mau lihat dan ketemu dengan semua relawan di sini khususnya Pak Effendi. Karena sudah lama saya tidak datang ke sini, setiap yang ambil bantuan istri saya saja. Jadi ibarat saudara sendiri yang sudah lama tidak ketemu ya pastinya ada rasa kangen. Seperti tidak ketemu lama dengan adik sendiri, apalagi ini ada orang lain yang begitu baik. Saya berdoa kalau kita dikasih sehat lagi, bisa kumpulin rejeki lagi, semua dosa-dosa saya diampuni, Insya Allah, saya bisa bantu kembali, hutang budinya kita kembalikan ke Buddha Tzu Chi lagi. Mau bantu bagi-bagi untuk orang lain, Amin ya Allah,” tutup Abdul dengan penuh syukur.