Satu Hati, Satu Keluarga
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Anand Yahya Relawan Tzu Chi dan karyawan RSKB Cinta Kasih bekerja sama membersihkan ruang dokter dan perawat pada Minggu, 12 Desember 2010. |
| ||
Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Tzu Chi pagi itu, tanggal 12 Desember 2010 sudah didatangi banyak relawan sejak pukul 6 pagi. Ada apa di sana? Relawan dari berbagai tempat di Jakarta sudah bersemangat dan bertekad untuk membersihkan RSKB Cinta Kasih bersama dalam aksi bersih-bersih yang telah disebarluaskan kepada semua orang, baik relawan maupun karyawan. “Jangan Lupa Senyum” “Jangan lupa untuk tetap senyum, karena budaya Indonesia, yaitu lihat, sapa, dan senyum. Tujuan bersih-bersih RSKB ini tak lain adalah demi kebahagiaan hati kita. Kita happy dan merasa memiliki RSKB ini,” ujar Oey Hoey Leng, Pembina RSKB Cinta Kasih. Maka dimulailah tim briefing dari masing-masing kelompok. Masker dan sarung tangan dikenakan, sapu dan kain pel diangkat, ember diisi air, dan semangat yang terisi penuh menandakan dimulainya “operasi semut” di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Sudut-sudut yang Jarang Tersentuh Semua ruangan dibersihkan dengan seksama. Ada pula tim yang membersihkan ruang Unit Gawat Darurat (UGD) agar dapat dengan nyaman kembali digunakan. Begitu pula dengan ruang bersalin, ruang perawat, ruang operasi, apotik sampai tiap poli yang ada di RSKB. Tak sejentik pun luput dari pandangan para tim operasi semut ini. Toilet pun dibersihkan.
Keterangan :
“Ketika kita membersihkan kotoran-kotoran di semua ruangan di RSKB, kita juga sebenarnya melatih diri untuk membuang kotoran batin. Jika kekotoran batin itu terlalu lama tidak dibersihkan, seperti kotoran yang terletak di ujung-ujung tangga ini, menjadi berkerak dan sulit dibersihkan. Bahkan berkali-kali pun belum tentu bersih,” ujar Hoklay sambil menyapu bersama Posan dari lantai 2 menuju lantai 1. Dua jam sudah waktu yang diberikan oleh panitia agar para peserta kegiatan bersih-bersih ini dan diharapkan kotoran dan sampah telah diangkat dan dibuang ke tempatnya. Acara yang menarik mengikuti sesudahnya. Hoklay dan Yesiarty mengajak para peserta untuk bersama-sama melepas lelah di tempat berkumpul di lantai dua. Komite dokter yang sedang melakukan rapat tahunan pun turut hadir dan berkenalan dengan para peserta operasi semut. Dokter dan Perawat yang Menginspirasi “RSKB punya loh, lagu tersendiri. Dengan nada yang sama seperti lagu nasional ‘Tanah Airku’ mari kita nyanyikan bersama-sama,” ujar Yesiarty yang mengajak relawan Asien, Yuna dan Hoklay dengan iringan musik dari seorang relawan muda yang berbakat, Teddy Shixiong. “RSKBku, tempatku mengabdi…
Keterangan :
Seketika, ruang pertemuan tersebut bergemuruh dengan nyanyian bersemangat dari para relawan. Dilanjutkan dengan sesi sharing, Hoklay mengajak 11 relawan pemerhati rumah sakit yang dengan konsisten datang sesuai jadwal yang mereka tentukan. Ada yang seminggu sekali, dan bahkan seminggu dua kali datang ke RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. “Saya merasa RSKB sebagai rumah saya. Ketika kita merasa di rumah kita sendiri, jangan hanya merasa memiliki ketika bertugas. Jika ada sesuatu yang harus ditolong dan dibantu, walaupun bukan pada saat jadwal kita bertugas, karena rasa memiliki inilah maka kita harus senantiasa membantu kapan pun dan siapa pun yang membutuhkan bantuan di sini,” ujarnya sambil memperkenalkan relawan pemerhati RSKB lainnya. Dalam sesi sharing, Rupadi, salah seorang karyawan RSKB di bagian maintenance mengungkapkan perasaannya, “Rasa kekeluargaannya sangat terasa. Saya harap kerja bakti ini ke depannya dapat terus berlangsung dan kita dapat terus merasa memiliki rumah sakit ini. Dengan rasa memiliki, rumah sakit bisa berkembang dan terus eksis. Pekerjaan hari ini, kita sangat happy karena bisa kerja sama antar relawan dan karyawan, jadi setara dan sama rata nggak ada perbedaan.” Sementara Sudarmaji, relawan lainnya mengatakan, “Dunia relawan adalah dunia saya. Sejak kembali ke Indonesia, saya menjadi relawan Tzu Chi dan hari ini adalah hari pertama saya mengikuti kegiatan. Saya harap kegiatan ini dapat terus berjalan.” Budaya humanis turut disertakan sebelum makan bersama dimulai. Isyarat tangan “Satu Keluarga” pun dikumandangkan agar para peserta operasi semut, baik karyawan maupun relawan menjadi satu keluarga yang solid dan tak dapat dipisahkan. Doa bersama dilakukan agar kelak bencana dapat dihindarkan. Berbagai lagu Tzu Chi pun didendangkan agar dapat terus terngiang bagi yang mendengar pada saat makan bersama dilakukan. Suvenir dalam bentuk gantungan juga diberikan kepada setiap relawan yang turut membantu dalam kegiatan bersih-bersih ini. Rasa memiliki adalah hal yang paling mendorong dari acara hari itu. Sampailah terdengar suatu istilah baru dari beberapa relawan dalam obrolan singkat mereka bahwa RSKB bukan hanya Rumah Sakit Khusus Bedah, melainkan Rumah Sakit Kita Bersama. Dengan menjadi milik kita bersama, ayo kita jaga terus keberlangsungan RSKB dan pelihara terus semangat RSKB di hati kita. | |||