Satu Keluarga dan Satu Saudara
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto Melalui program celengan bambu, Chien Hien-kiong kini telah menjadi salah satu barisan penanam benih kebajikan untuk mereka yang membutuhkan. | ”Yah, gembira. Sudah 1 bulan lebih menempati rumah baru. Bersyukur tidak lagi banjir. Sungguh senang dikunjungi oleh orang dari luar negeri. Sungguh mereka peduli sama kita orang,” tutur Merlinda (56) istri dari Chie Hien-kiong (60) usai dikunjungi 14 relawan Tzu Chi Indonesia dan Singapura. Pagi itu, di hari Minggu yang cerah, 26 Oktober 2008, ditemani anak perempuan mereka, Ingelia (30), Chien Hien-kiong dan istri dengan wajah yang berbinar-binar gembira menerima kedatangan 7 relawan Tzu Chi Singapura yang datang menengok. |
Tak hanya bertegur sapa, relawan Tzu Chi juga masuk dan bertamu di rumah baru itu. Bahkan, seorang relawan Tzu Chi Singapura menaiki tangga kayu dan melihat langsung kondisi kamar keluarga ini. Dengan bahasa yang kadang bercampur antara bahasa Indonesia dan mandarin mereka berkomunikasi satu sama lain. ”Yi Dian. Yi Dian (sedikit-sedikit -red),” ungkap Chien Hien-kiong saat ditanya apakah bisa berbahasa mandarin oleh relawan Tzu Chi. Tak urung jawabannya itu membuat seisi ruangan tergelak tertawa. ”Campur-campur aja,” ujar Linda Awaluddin, relawan Tzu Chi dari Indonesia menimpali percakapan pagi itu. Maka percakapan pun terus berlanjut. Saat ditanya oleh Tan Lay-suan, relawan Tzu Chi Singapura dalam bahasa Melayu sudah berapa lama mereka tinggal di rumah yang baru. Merlinda pun menjawab bahwa keluarganya telah tinggal di rumah baru itu hampir 2 bulan lamanya. Selama dalam proses renovasi yang memakan waktu 2 bulan, mereka menyewa sebuah rumah dengan 3 kamar tidur. Biaya sewa rumah itu per bulannya sebesar Rp 250 ribu. Ket : - Relawan Tzu Chi Singapura bersama relawan Indonesia mendatangi satu per satu rumah peserta program Sebelum rumah direnovasi, mereka selalu mempersiapkan diri menghadapi banjir yang datang beberapa kali dalam setahun. Saat banjir datang, keluarga ini selalu kabur dan tidur di atas. Kini mereka tak perlu lagi kabur karena rumah mereka tak lagi kebanjiran. Kekhawatiran telah pupus dan berganti dengan kegembiraan. Chien Hien-kiong sendiri memiliki pekerjaan sebagai seorang pengemudi bajaj. Ia mempunyai 7 orang anak. Ada yang masih sekolah dan ada juga yang belum mendapatkan pekerjaan. Anaknya yang paling kecil berusia 14 tahun. Selama 17 tahun, keluarga besar ini telah menempati rumah sederhana di RW 10, Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara. Di tengah pembicaraan yang hangat pagi itu, seorang relawan tzu Chi bertanya, adakah kepikir dari Chien Hien-kiong membantu mereka yang membutuhkan karena “deposito pahala” yang telah Chien kumpulkan selama ini telah diambil semua saat menerima bantuan renovasi rumah. Seketika, Chien Hien-kiong pun meminta anaknya, Ingelia untuk mengeluarkan sebuah celengan dari bawah sebuah meja. Celengan yang akrab di mata relawan Tzu Chi. Ya, sebuah celengan bambu Tzu Chi. Seketika, semua yang hadir pun bertepuk tangan meriah di dalam rumah itu. Ket : - Chien Hien-kiong dan istri dengan seksama mendengarkan sharing dari relawan Tzu Chi Singapura yang Rupanya, sejak 3 hari yang lalu, Chien Hien-kiong telah ikut dalam program celengan bambu Tzu Chi. Ia dan keluarganya menyadari, mereka harus tetap giat melakukan kebajikan demi masa depan yang lebih baik. Sebelum berpisah, relawan Tzu Chi pun menyemangati tuan rumah dengan bertepuk tangan beberapa kali dan mengatakan ”Cia Yo-Cia Yo (Semangat! Semangat! -red)”. Kunjungan pun berakhir dengan acungan 2 jempol serta ucapan ”gan en” dari relawan Tzu Chi saat meninggalkan rumah keluarga itu. | |