Satu Lagi Kisah Penerima Bantuan Implant Koklea dari Tzu Chi, Marcello Namanya

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Saking semangatnya agar Marcello bisa dengar dan berbicara dengan jelas, sang ibu, Istiharoh (34) membawanya mengikuti terapi di empat tempat dalam sepekan. Pada 7 Oktober 2021, Cello, biasa ia dipanggil, menjalani operasi pemasangan implant koklea di telinga kanan, yang biayanya sebagian dibantu Tzu Chi.

“Karena bahagia dapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi itu saya begitu semangat. Pokoknya saya enggak mau menyia-nyiakan bantuan itu. Saya semangat banget melihat anak perkembangannya lebih bagus,” kata Istiharoh saat mengantar Cello terapi wicara di Klinik Abdul Radjak Bekasi, 21 Maret 2022 lalu.

Cello saat menjalani terapi wicara di Klinik Abdul Radjak Bekasi.

Selain di Klinik Abdul Radjak Bekasi, tiga tempat lainnya adalah Kasoem Hearing Center Bekasi, Cello fokus terapi AVT. Lalu Kun Anta Center Bekasi, Cello fokus untuk menulis dan membaca, serta Klinik Anton Metode di Bogor untuk terapi wicara dan membaca.

Sebelum dibantu Tzu Chi, Cello sudah memakai implant koklea di telinga kiri sejak usia 2,5 tahun. Namun karena kurang termotivasi, saat itu orang tua Cello hanya mengikutkan Cello terapi sekedarnya.

“Dulu sampai dua tahun dia saya abaikan karena saya mikir-nya sudah pakai alat pasti nanti juga bisa ngomong dan mendengar. Pikirnya begitu tapi ternyata salah,” sesal Istiharoh.

Menyadari Cello Tak Bisa Dengar

Belum lama Cello mengikuti tes IQ dengan skor 120. Tahun ini Cello akan menjadi murid SD di sebuah sekolah inklusi.

Orang tua Cello baru menyadari bahwa si bungsu tak bisa dengar saat Cello berusia 2 tahun. Sebenarnya di usia 1 tahun pun, sang ayah sudah curiga.

“Kayaknya Cello enggak bisa dengar deh bu,” kata ayah Cello, Sugio, kala itu.

“Enggak, itu mah bocahnya cuek,” jawab Istiharoh.

Selain cuek, orang tua Cello menganggap Cello anak yang pendiam karena kakak Cello saat kecil pun pendiam. Sampai di usia 2 tahun, Cello mengalami diare dan mesti dirawat di RS Mitra Keluarga Bekasi. Istiharoh pun berkonsultasi dengan dokter anak yang menangani Cello.

“Dok, anak saya kok belum bisa ngomong ya sudah 2 tahun, teman-temanya sudah manggil ayah, ibu, kok anak saya belum,” katanya pada dokter.

Sang dokter lalu mengetes dengan memberi smartphone. Singkat cerita, dokter lalu memberi rujukan ke Klinik Sarwita untuk tes bera, yakni pemeriksaan untuk melihat ambang dengar telinga Cello. Terdeteksilah, Cello mengalami gangguan dengar.

Untuk lebih memastikan hasil tes, Cello dibawa ke Kasoem Hearing Center di Lebak Bulus. Hasilnya Cello mengalami gangguan dengar berat, yakni 90 di telinga kiri dan 110 di telinga kanan. Orang tua Cello pun terpukul.

“Namanya orang tua dengar anaknya tuna rungu itu langsung down. Enggak doyan makan, pokoknya terpuruk banget,” kata Istiharoh.

Namun orang tua Cello segera bangkit, kalau bukan mereka yang berjuang untuk Cello, siapa lagi?

“Akhirnya kami berusaha bagaimana caranya. Kami ke Kasoem beli alat (ABD), dan nanti kalau ada rejeki akan beli alat implant,” katanya.

Cello bermain layangan ditemani ayahnya. Ayah Cello bekerja sebagai karyawan swasta di perusahaan ban.

Namun ABD (Alat Bantu Dengar) seharga 4,8 juta itu tak memberi kemajuan. Enam bulan, Cello hanya bisa dengar suara galon kosong yang dipukul dan bedug masjid. Orang tua Cello dengan segala upaya lalu mengumpulkan uang untuk membeli alat implant koklea. Salah satunya meminjam dari orang tua.

Implant koklea untuk telinga kiri Cello pun terbeli, sayangnya terapi pasca implant tak dijalani maksimal. Orang tua Cello saat itu kurang paham benar bahwa terapi pasca operasi sangat berperan penting dan penentu keberhasilan implant koklea.

“Kami waktu itu paling cuma terapi AVT saja, seminggu sekali. AVT kan mahal ya jadi kami ambil yang promo-promo. Biasanya 3 bulan untuk 1 paket. Trus nanti tunggu ada promo lagi. Kalau enggak ya di rumah saja,” kata Istiharoh. Alhasil di usia 5 tahun kemampuan dengar Cello masih begitu saja.

Dibantu Tzu Chi
Suatu hari, orang tua Cello mendapati ada promo implant koklea dengan diskon terbilang lumayan. Mereka pun tertarik. Tapi sebenarnya dana mereka kurang. Mereka pun mendatangi Kasoem Hearing Center Bekasi untuk berkonsultasi dan menawar harganya.

Melihat kesungguhan orang tua Cello, pihak Kasoem pun memberitahu mereka tentang Tzu Chi. Orang tua Cello lalu mengajukan bantuan ke Tzu Chi Indonesia pada Juni 2021.

“Kata saya ya Allah semoga di ACC. Saya berharap banget,” kenangnya.

Ancang-ancangnya kalau tak disetujui, mereka akan pinjam ke orang tua dan mertua lagi, atau ke bank. Apapun akan dilakukan agar Implant koklea terpasang di telinga Cello kanan dan kiri, sebelum Cello tambah besar.

Tak lama relawan Tzu Chi, Denasari datang ke rumah mereka di bilangan Babelan, Bekasi untuk survei. Tak lama juga, permohonan bantuan mereka disetujui. Akhirnya Cello menjalani operasi implant koklea di telinga kanan pada Pada 7 Oktober 2021.

“Sebelum pakai implant yang kanan itu, “Ibu” jadi “Itu”, “Ayah” jadi “Yayah”. Kalau sekarang semenjak pakai dua implant ini “Ayah, “Ibu”, sudah jelas banget,” kata Istiharoh senang.

Relawan Tzu Chi, Denasari senang mengetahui perkembangan dengar Cello bagus.

Pada 21 Maret 2022 lalu, Denasari berkunjung ke rumah Cello untuk melihat langsung perkembangan dengar Cello dan melihat Cello saat terapi. Denasari sangat senang dengan hasilnya.

“Waktu pertama saya survei, Cello duduk manis diam di sebelah ibunya. Mungkin kendalanya belum begitu bisa dengar. Sekarang aktif sekali. Artinya alat ini berfungsi dengan baik. Saya tadi juga lihat cara Marcello belajar, cepat perkembangannya sudah bisa baca,” kata Denasari.

Denasari salut dengan kesungguhan orang tua Cello setelah pemasangan implant Cello yang kedua ini.

“Melihat perkembangan Marcello begitu pesat pascaoperasi, itu faktor dari orang tuanya benar-benar besar sampai 4 lokasi terapi dilakukan. Faktor orang tua sangat berperan, jadi bukan pascaoperasi lalu selesai, bukan,” tambah Denasari.

Bahkan untuk mengikuti terapi di Bogor, Istiharoh dan Cello yang tinggal di Bekasi ini mesti kos tiga hari, yakni Selasa, Rabu, dan Kamis di Bogor.

“Pokoknya bagaimana caranya harus terapi terus, ibaratnya duit walaupun habis. Yayasan Buddha Tzu Chi saja ibaratnya mau bantu kami masa kami mau diam saja, sudah dibantu segitu banyaknya,” tambah Istiharoh.

Melihat perkembangan si bungsu, Sugio, sang ayah sangat bersyukur. Ia optimis Cello dapat bertumbuh kembang seperti anak-anak lainnya.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah membantu. Semenjak memakai implant dua, memang banyak sekali perubahannya. Sekarang sudah mulai sedikit-sedikit bisa bicara, bisa membaca. Harapannya ke depannya bisa sekolah normal, bisa mengikuti teman-teman yang lain, dan nanti dewasanya bisa mandiri,” pungkas Sugio, ayah Cello.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Berbagi Kebahagiaan Bersama Anak-anak Panti Asuhan Al Iman

Berbagi Kebahagiaan Bersama Anak-anak Panti Asuhan Al Iman

09 September 2022

Relawan Tzu Chi dan Muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Makassar rutin melakukan kunjungan kasih ke Panti Asuhan Al Iman. Selain memberi perhatian, relawan juga memberikan pendampingan dalam belajar.

Saling berbagi, Saling mengasihi

Saling berbagi, Saling mengasihi

23 Agustus 2017
Relawan muda Tzu Chi atau Tzu Ching Bandung mengunjungi anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Amin. Di sana, relawan muda Tzu Chi ini menghibur anak-anak dengan persembahan isyarat tangan, sharing, juga games.
Sepenggal Kisah Wulandhari yang Merawat Nadia

Sepenggal Kisah Wulandhari yang Merawat Nadia

11 Desember 2019

Tim medis RSCK bersama relawan Tzu Chi mengunjungi seorang pasien di Legok, Banten. Mereka menempuh perjalanan dua jam membelah kemacetan dan cuaca hujan menuju rumah seorang anak bernama Nadia, penderita atrofi cerebri.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -