Satu Langkah Bersama Seniman Bangunan

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoSetiap bulan Tim Medis Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan di lokasi pembangunan Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. Baksos ini bertujuan menjaga kesehatan para "seniman bangunan" yang tengah membangun rumah bagi insan Tzu Chi di Indonesia.

“Orang yang mampu melayani orang lain, lebih beruntung daripada orang yang harus dilayani orang.” (Master Cheng Yen)

Misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya kemanusiaan, bantuan bencana internasional, pelestatian lingkungan, relawan komunitas dan misi donor sumsum tulang belakang adalah 4 misi utama dan 8 jejak langkah besar dari Master Cheng Yen. Di dalam menjalankan misi tersebut, para insan Tzu Chi menetapkan hati dan melatih diri mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen.

Ladang Berkah Bagi Relawan
Pembangunan Aula Jing Si di PIK yang sudah berjalan lebih dari setahun, menjadikan ladang berkah semakin bertambah bagi para insan Tzu Chi. Di dalam pembangunannya, beberapa misi bergabung menjadi satu, relawan dan pemerhati bangunan juga bergabung menjadi satu. Namun satu unsur penting di dalam pembangunan Aula Jing Si adalah “seniman bangunan”. Istilah untuk para pekerja bangunan ini hanya terdengar di Tzu Chi dan terus terngiang di dalam hati setiap insan Tzu Chi.

Seniman bangunan yang terdiri dari para ahli kayu dan besi berjumlah ratusan dalam mengerjakan Aula Jing Si. Setiap hari, secara bergiliran relawan dari setiap He Qi – Barat, Utara, Selatan, Timur, dan Tzu Chi Tangerang— memasak hidangan vegetarian dan melayani para seniman bangunan dengan ramah. Misi amal dan kesehatan kemudian bergabung menjadi satu dalam sebuah baksos yang selalu diadakan setiap bulannya. Secara bergiliran, tiap Hu Ai dari He Qi Utara melakukan baksos kesehatan bekerja sama dengan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) bagi para seniman bangunan.

Kegiatan baksos itu selalu dimulai sejak jam 8 pagi. Ketepatan waktu merupakan andalan dari setiap baksos yang diadakan. Para seniman bangunan akan masuk secara per kelompok yang dipimpin oleh seorang duifu (ketua kelompok). Seorang duifu memandu 10 orang seniman bangunan, membimbing mereka dengan jalan yang benar, duduk dengan cara yang benar dan kemudian mengisi biodata para seniman bangunan untuk menentukan nomor urut dari masing-masing meja.

foto  foto

Ket : - Seorang dokter umum tengah memeriksa "seniman bangunan". Pengobatan umum paling banyak               dibutuhkan oleh para pekerja pembangunan Aula Jing Si.(kiri)
         - Pengobatan gigi juga sangat dibutuhkan. Dengan adanya baksos ini, maka dapat menghemat              pengeluaran para pekerja. (kanan)

Tema yang Bervariasi
Dengan baju yang dikenakan seadanya, topi khusus pekerja dan sandal jepit yang mengapit pada ibu jari dan telunjuk kedua kakinya, para seniman bangunan sudah melenggangkan kakinya lebih pagi dari saat kedatangan relawan Tzu Chi. Para seniman bangunan dengan antusias berdiri dan mengantri menunggu giliran masuk dan mendengarkan topik cinta kasih yang bervariasi dalam temanya setiap bulan.

Variasi tema memenuhi gaung ruang kantin setiap baksos dilakukan. Mulai dari pelestarian lingkungan sampai vegetarian. Penyajian materi yang tidak membosankan, membuat para seniman bangunan merasakan interaksi yang luar biasa dengan para insan Tzu Chi. Tiga puluh menit berlalu dengan materi yang menggugah rasa keingintahuan para seniman bangunan terbayarkan. Berjalan lagi bersama para duifu yang senantiasa membimbing para seniman bangunan, para suster, bruder, dan dokter pun siap memberikan pelayanan cinta kasih dalam setiap tindakannya.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi, Karim Baharuddin memberikan penjelasan tentang pelestarian lingkungan kepada             para pekerja. (kiri)
         - Selain melestarikan lingkungan, bervegetarian juga dapat menjaga kesehatan tubuh manusia. Tema             vegetarian ini dibawakan oleh Posan, relawan He Qi Utara. (kanan)


Sumbangsih Para Dokter Muda
TIMA selalu menurunkan dua jenis profesi kedokteran yang sangat diperlukan sebagai dasar kesehatan para seniman bangunan: dokter umum dan dokter gigi. Banyak dokter muda yang idealis kemudian senantiasa turut bersumbangsih dalam peran sertanya pada setiap kali baksos kesehatan dilakukan. Proses yang cepat dari tiap pemeriksaan membuat para relawan dengan tak henti-hentinya, mengantar para seniman bangunan menuju tempat di mana resep telah dikelompokkan. Selagi menunggu, para seniman bangunan kemudian memakan bubur cinta kasih yang telah disediakan.

Jumlah yang besar tak menyurutkan hati dan keinginan para insan Tzu Chi untuk terus berkarya. Apoteker yang membimbing para relawan kini dapat mendelegasikan tugasnya kepada para relawan di posko apotik pada saat itu. Suasana yang semakin siang dan mendekati jam 12 siang membuat para relawan menjadi lebih antusias dengan menumpuknya resep yang harus didistribusikan. Panas, peluh keringat yang mengucur dengan derasnya dan suasana terburu-buru sangatlah terlihat. Namun, bekerja dengan hati yang penuh cinta kasih membuat para insan Tzu Chi tetap bersikap tenang dan gembira. Karena sesuai dengan kata perenungan Master Cheng Yen, “Makna kebahagiaan bukan pada keberadaan harta, melainkan pada keberadaan cinta kasih dalam hati.”

  
 
 

Artikel Terkait

Pameran Pendidikan dan Seminar Tzu Chi University di Medan

Pameran Pendidikan dan Seminar Tzu Chi University di Medan

14 Maret 2024

Bersama dengan 43 lembaga pendidikan, baik universitas, akademi, sekolah dari dalam dan luar negeri, Universitas Tzu Chi hadir dalam pameran pendidikan di Main Atrium Centre Point Mall, Kota Medan.

Setetes  Darah Sejuta Harapan

Setetes Darah Sejuta Harapan

12 Mei 2017

Kegiatan donor darah yang digelar Tzu Chi Medan kali ini rupanya telah dinantikan oleh warga yang sudah mengerti pentingnya  donor darah. Donor darah ini digelar pada Minggu 7 Mei 2017 ini digelar di Gedung PGTK Perguruan  Sutomo, Jl  Thamrin No 55 Medan.

Keceriaan Opa dan Oma

Keceriaan Opa dan Oma

27 September 2010
Beberapa oma tampak menangis terharu. Salah satunya Oma Hani (80) yang sudah tinggal di panti wreda ini sekitar 8 tahun lamanya. “Terima kasih untuk kunjungannya dan semoga kita dapat bertemu kembali," ungkapnya.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -