Satu Misi Satu Hati

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoLebih kurang 61 karyawan meneguhkan hati dalam kegiatan Training Humanis DAAI TV Indonesia yang diadakan di Kantor Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, pada hari Sabtu, 30 Januari 2010.

Bukan hanya sekadar mencatat sejarah, para karyawan DAAI TV juga merupakan “proyektor” dari stasiun televisi berbudaya humanis ini.

Tujuan Master Cheng Yen mendirikan DAAI TV adalah mengalirkan aliran jernih di masyarakat agar bisa menenangkan hati manusia. Dan misi inilah yang kembali diingatkan kepada seluruh karyawan DAAI TV dalam kegiatan Training Humanis Karyawan DAAI TV, Sabtu, 30 Januari 2010, bertempat di Kantor Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi, Gedung ITC Mangga Dua, Jakarta.

Benar, Bajik, dan Indah
“Seperti yang kita tahu, Master Cheng Yen berharap bahwa stasiun televisi (DAAI TV) kita ini bisa benar-benar mejadi aliran jernih dan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus memantapkan misi tersebut dalam diri kita masing-masing,” ucap Mansjur Tandiono, selaku Executive Committee DAAI TV, dalam pembukaan training.

Mansjur juga menjelaskan bahwa saat ini tayangan-tayangan DAAI TV yang memiliki unsur mendidik, menyentuh, dan sumber inspirasi, telah mendapatkan banyak respon positif dari masyarakat. Selain membanggakan, hal ini juga menjadi sebuah tanggung jawab yang besar bagi seluruh karyawan DAAI TV Indonesia untuk terus bisa memberikan tayangan yang lebih baik lagi kepada para pemirsa. “Berbeda dengan dua tahun lalu, saat ini DAAI TV sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Banyak dari mereka yang mengaku terispirasi oleh program yang kita sajikan,” tandasnya.

Karena itu, ia pun berharap para karyawan selalu memegang teguh unsur “benar, bajik, dan indah” yang menjadi pedoman dalam setiap tayangan DAAI TV, sehingga DAAI TV Indonesia bisa menjadi salah satu referensi yang positif bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. “Ini memang tidak mudah, tapi kita harus tetap memegang teguh komitmen ini,” tegas Mansjur.

foto  foto

Ket : - Dalam training ini, peserta diajak untuk meneguhkan kembali misi awal pendirian DAAI TV, serta              mempelajari budaya humanis. (kiri)
          - Menurut Hoey Leng, budaya humanis dapat dipelajari dengan terjun menjadi relawan. (kanan)

Refleksi dari Budaya Humanis
“Mengapa training humanis seperti ini diperlukan oleh para karyawan?” tanya Hong Tjin, selaku CEO DAAI TV yang saat itu juga menjadi salah satu pembicara. Jawabannya adalah, karena secara sadar atau tidak, para karyawan merupakan refleksi atau cerminan dari tayangan-tayangan humanis yang telah disuguhkan oleh DAAI TV. “Cara kita bertutur kata, tindakan, berpakaian, maupun makan, harus bisa mencerminkan budaya humanis tersebut,” jelasnya.

Hong Tjin pun menambahkan, “Bagaimana kita bisa memberikan tayangan yang humanis, kalau kita sendiri tidak bisa berjiwa humanis?” Oleh karena itu, Hong Tjin pun berharap melalui training seperti ini, para karyawan mulai menumbuhkan semangat budaya humanis dalam diri mereka masing-masing.

Mempelajari budaya humanis tidak hanya melalui training, Hoey Leng, yang merupakan pembina dan juga salah satu relawan pemerhati RSKB (Rumah Sakit Khusus Bedah) Cinta Kasih Tzu Chi mencoba untuk berbagi pengalaman. “Saat ini, di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi ada yang namanya relawan pemerhati. Tugas mereka adalah memberikan perhatian kepada para pasien, dan melayani mereka,” ucap Hoey Leng.

foto  foto

Ket : - Dalam pelatihan ini, para peserta juga diajak untuk mempraktikkan salah satu budaya berbaris yang              menunjukkan kerapihan dan pengendalian diri. (kiri).
         - Sebuah permainan juga dilakukan untuk mengukur kebersamaan dan sikap saling menghargai antar              karyawan DAAI TV. (kanan)

Hoey Leng menjelaskan, selain itu para relawan ini juga membantu tugas para perawat yang cukup berat, mulai dari memberikan obat, mengganti seprai, dan bahkan memandikan pasien. “Hal yang mungkin dalam kehidupan mereka sendiri belum tentu mereka lakukan kepada keluarga atau orangtua mereka. Tapi setelah menjadi relawan pemerhati, mereka mulai belajar untuk bersabar, menghargai orang lain, dan bersyukur,” katanya.

Secara langsung ataupun tidak, budaya humanis pun tumbuh di dalam lingkungan RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Para karyawan RSKB yang melihat pelayanan yang diberikan oleh relawan pemerhati yang notabene tidak dibayar, namun begitu tulus dan penuh cinta kasih, memotivasi mereka untuk mulai melakukan hal serupa. “Mereka yang mungkin dulu setengah hati melayani para pasien, kini mereka bisa sepenuh hati melayani pasien,” jelas Hoey Leng.

Dalam sesi sharing, Setyo Tari, salah satu karyawan DAAI TV yang baru 3 minggu bergabung dengan DAAI TV Indonesia sudah mulai mengakui perubahan dalam dirinya. “Sejak saya (ikut) training, saya merasakan di DAAI TV saya tidak hanya sekadar bekerja, tapi juga bisa beramal. Mungkin yang awalnya saya hanya bisa bersedekah, melalui liputan survei kasus yang saya ikuti, saya bisa melihat langsung, menyentuh, bahkan berbicara dengan para pasien tersebut. Dari sana saya juga belajar untuk menghargai sesuatu,” tuturnya haru. Semoga dengan menyatukan hati dan misi para karyawan DAAI TV Indonesia dalam mengalirkan aliran jernih di masyarakat melalui tayangan-tayangan humanisnya, DAAI TV bisa bisa memberikan ketenteraman dan kesejukan di masyarakat.

  
 
 

Artikel Terkait

Bulan Penuh Berkah

Bulan Penuh Berkah

13 September 2012 Hari Minggu, tanggal 26 Agustus 2012 diadakan penyuluhan “Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah” di Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Masyarakat cukup antusias dengan kegiatan ini.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Tekad Tulus Ingin Membantu Sesama

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Tekad Tulus Ingin Membantu Sesama

29 Maret 2017

Melihat kesungguhan relawan kala proses baksos berlangsung, Suhendra mengaku tidak terbiasa. “Kami diperlakukan sangat baik sama bapak dan ibu di sini. Mereka (relawan Tzu Chi) tidak hanya merawat pasiennya tapi juga memperhatikan keluarga pasien. Seperti kami kemarin disediakan makan, diingatkan juga untuk makan, semua dengan ramah,” kata sopir angkutan umum Kota Bogor ini sembari tersenyum.

Membangun Etika Sejak Dini

Membangun Etika Sejak Dini

24 Desember 2012 Kelas budi pekerti pada hari ini bertemakan “etika”. Hal ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya penanaman etika kepada setiap orang sedini mungkin, karena etika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -