Sukendro, relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor memberikan beras secara simbolis kepada salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Fatihatul Qur’an Education Centre yang berlokasi di Kemang, Bogor.
Pada Senin, 20 Desember 2021, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) menyerahkan bantuan berupa 1 ton beras secara simbolis kepada Pondok Pesantren Fatihatul Qur’an Education Centre yang berlokasi di Kemang, Bogor. Beras tersebut diperuntukkan bagi keberlangsungan pemenuhan kebutuhan siswa dan pengurus yang tinggal di dalam pesantren. Seluruhnya ada 39 siswa dan 12 guru yang menempati Pesantren Fatihatul Qur’an yang turut terdampak pandemi.
“Saya mewakili Pesantren Fatihatul Qur’an merasa bahagia dan sangat berterima kasih sekali karena menerima bantuan ini. Di sini santri kami tidak semuanya orang mampu, banyak yang latar belakangnya dhuafa, yatim piatu, dan lainnya. Bantuan ini sangat berarti untuk kelangsungan pemenuhan kebutuhan mereka di pesantren ini,” tutur Ustaz Faris Alfaruq, guru sekaligus pengasuh di pesantren. “Semoga ini menjadi pembuka pintu silaturahmi menjadi ikatan sebuah keluarga, satu keluarga, dari kita maupun pihak lain,” imbuhnya.
Atik Muayati, mewakili Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) memberikan beras secara simbolis kepada salah satu santri.
Ustaz Faris Alfaruq, guru sekaligus pengasuh di Pesantren Fatihatul Qur’an Education Centre memberikan sambutan sekaligus mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Tzu Chi dan ICRP.
Pesantren Fatihatul Qur’an Education Centre dibangun berlandaskan welas asih yang ingin menghilangkan stigma tentang muslim yang keras, “Jadi memperkenalkan muslim yang damai, indah karena gedung ini atas sumbangsih saudara kita yang muslim, nasrani, banyak sekali,” jelas Ustaz Faris.
Sejak 2017, pesantren ini terus menerima siswa dari berbagai kalangan dan bahkan membantu anak terlantar dari jalanan, kurang biaya, hingga yang putus sekolah untuk menempuh pendidikan di pesantren. “Cita-cita dari Alm. Ustaz Kyai Munib (pendiri pesantren) adalah mengangkat derajat anak-anak dari pendidikan. Semoga ke depannya dapat tercapai,” doa Ustaz Faris.
Prem Singh yang datang mewakili ICRP mengungkapkan bahwa kegiatan pendistribusian beras ini adalah salah satu dialog lintas agama sekaligus berbagi kepada sesama.
Seluruhnya ada satu ton beras yang diperuntukkan bagi keberlangsungan pemenuhan kebutuhan 39 siswa dan 12 pengurus yang tinggal di dalam Pesantren Fatihatul Qur’an.
Sukendro, relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor salut dan turut bersukacita bisa mendengar langsung kondisi pesantren dari pemaparan Ustaz Faris.
“Bahagia bisa langsung bertemu dan melihat seluruh santri serta menyalurkan bantuan yang memang benar-benar dibutuhkan oleh pesantren di masa pandemi ini,” tuturnya. “Semoga nantinya sesuai cita-cita para pendiri pesantren, para santri bisa memperoleh masa depan yang penuh cinta kasih dan cerah, serta bisa menjadi panutan dalam masyarakat,” tambah Sukendro.
Usai bantuan beras ini, ke depannya relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor berencana untuk memperkenalkan eco enzyme kepada para santri sehingga bisa dipergunakan dan bermanfaat dalam kesehariannya.
Pondok Pesantren Fatihatul Qur’an Education Centre yang berlokasi di Kemang, Bogor dioperasikan sejak 2017, pesantren ini menerima siswa dari berbagai kalangan termasuk anak terlantar, kurang biaya, hingga yang putus sekolah untuk menempuh pendidikan yang lebih baik.
Prem Singh yang datang mewakili ICRP mengungkapkan bahwa kegiatan pendistribusian beras ini adalah satu hal yang luar biasa. “Karena kita berkesempatan berkunjung dan berbagi bersama. Terima kasih Tzu Chi sudah mau berkontribusi bersama ICRP untuk memberikan beras ini kepada Pesantren.”
Lebih lanjut, Prem Singh menuturkan total ada sebanyak 20 ton beras yang didistribusikan di Jabodetabek dan Jawa Barat yang merupakan hasil kerja sama antara Tzu Chi, Pengusaha Peduli NKRI, dan yang lebih khusus menggandeng ICRP. “Kami terus mendorong agar dialog lintas iman seperti ini terus dilakukan, bukan hanya di atas panggung saja tapi harus diterjemahkan dalam kehidupan nyata sehari-hari dalam perbuatan dan tindakan salah satunya dengan kegiatan seperti ini,” ungkap Prem Singh.
Editor: Arimami Suryo A.