Satu Xieli Satu Depo
Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Juliana Santy, Tzu Chi malaysia
Su Qi-feng Shixiong, berbagi tentang tekad relawan malaysia yaitu untuk memiliki satu depo di setiap xielinya.
Bertempat di Jiang Jing Tang, Aula Jing Si Lantai 4, tanggal 24 – 25 Mei 2014, Pelatihan 4 in 1 bagi relawan Tzu Chi Indonesia kembali diadakan. Bila tahun lalu relawan pembawa materi sharing didatangkan dari Taiwan, tahun ini juga dari luar negeri yaitu Malaysia. Selama beberapa tahun terakhir ini, Tzu Chi Malaysia mengukir prestasi yang cukup mencengangkan. “Satu juta Bodhisatwa” adalah ucapan ikrar yang dihadiahkan Master Cheng Yen kepada mereka tahun lalu. Ketua Tzu Chi Malaysia, Ci Lu Shijie awalnya tidak yakin bisa mewujudkan ikrar tersebut. Namun karena mereka bersatu hati, membulatkan tekat, giat, gotong royong, dan bekerja dengan tulus, sehingga dalam kurun waktu satu tahun, keberhasilan mereka mencapai 93 persen.
Di balik keberhasilan tersebut, tentu ada proses dan cara-caranya. Relawan Tzu Chi Indonesia yang juga sedang menggalakkan penggalangan Bodhisatwa, merasa penasaran dan juga ingin belajar dari relawan Tzu Chi Malaysia. Tahun 2010 saat peringatan 20 Tahun Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Sedunia, Ci Lu Shijie merasa melakukan daur ulang tidak cukup bila hanya satu bulan satu kali. Saat itu di Malaysia terdapat 26 depo daur ulang. Ci Lu Shijie berharap di tiap komunitas Xieli, masing-masing memiliki sebuah ladang pelatihan sendiri, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai tempat untuk menggalang lebih banyak bodhisattva dunia. Menurut Su Qi-feng Shixiong yang bertanggung jawab di misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Malaysia, di bawah ikrar yang telah dibuat di hadapan Master Cheng Yen, mereka berusaha mendirikan satu depo daur ulang di tiap komunitas Xieli. “Dalam kurun waktu 3 tahun, depo daur ulang kami yang tadinya 26 berkembang menjadi 129, naik lima kali lipat,” ujar Su Qi-feng Shixiong di tengah-tengah sharing.
Dalam kurun waktu 3 tahun, depo daur ulang di wilayah tersebut yang tadinya 26 berkembang menjadi 129.
“Depo daur ulang adalah rumah kedua
kami”
Su Qi-feng Shixiong
merasa sangat bersyukur, “Banyak relawan yang melakukan daur ulang dengan
perasaan sukacita, dan menganggap depo daur ulang merupakan rumah kedua. Karena
itu saat kita sedang menggalakkan program Satu
Xieli Satu Depo ini, ada relawan yang rela menyumbangkan rumah lamanya
untuk dijadikan depo daur ulang. Perbaikan serta renovasi dan dekorasi semuanya
juga kami lakukan sendiri.”
Depo daur ulang juga bisa mengubah kehidupan dan meningkatkan kebijaksanaan relawan. Ia mengemukakan beberapa contoh, ada seorang relawan yang kebiasaan lamanya bermain mahjong, akhirnya berhenti dan sepenuh hati melakukan daur ulang di depo. Ada juga yang menderita depresi dan harus minum obat setiap hari, selalu merasa tidak percaya diri sehingga enggan keluar dari rumah. Setelah mengenal Tzu Chi dan mulai aktif di depo, selalu memasak makanan untuk relawan, dan makanan yang dibawa juga tidak tanggung, sangat memuaskan. “Kami selalu memuji masakannya enak. tapi kami juga heran apakah dengan begitu bebannya tidak berat? Katanya tidak, mengapa, karena uang yang dulunya digunakan untuk mencari dokter, sekarang dia gunakan untuk memasak buat kami.” ungkap Su Qi-feng Shixiong.
Tempat yang tidak terpakai dirubah menjadi depo daur ulang.
Selain kegiatan daur ulang, depo itu juga mereka pergunakan sebagai tempat untuk gongxiu/bedah buku, latihan shouyu untuk pementasan dharma, juga tempat yang cocok untuk feng shi yaitu menyajikan makanan vegetarian dengan cara yang berbudaya humanis seperti feng cha (menyeduh teh). Menurutnya, cara feng shi ini sangat efektif dalam menjalin jodoh baik dan untuk mengundang lebih banyak bodhisattva datang bergabung.
Di akhir sharing, Su Qi-feng Shixiong mencoba membangkitkan semangat peserta pelatihan, “Indonesia dan Malaysia adalah satu keluarga, apakah Satu Xieli Satu Depo mungkin dijalankan di Indonesia?”. “Mungkin!” Melihat giat dan tulus serta kompaknya relawan Malaysia, dengan menjadikan contoh teladan sebagai panutan bagi diri sendiri, bukan tidak mungkin hal tersebut bisa terwujud juga di Indonesia. Seperti kata Master Cheng Yen, “Dengan berikrar maka ada kekuatan, dengan bersungguh hati maka akan penuh berkah”.