Saya Semangat, Saya Bahagia
Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Meiliana, Lim Tjiap Bu (Tzu Chi Pekanbaru)Melalui acara buka puasa bersama, relawan Tzu Chi juga membagikan bantuan sembako yang diperuntukkan bagi keluarga penerima bantuan sembako
6 Juli 2014, sebanyak 44 Kepala Keluarga bantuan Tzu Chi berkumpul di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, kantor Penghubung Pekanbaru untuk berbuka puasa bersama. Acara yang diadakan secara rutin setiap tahun ini senantiasa disambut dengan penuh syukur dan sukacita oleh keluarga dari penerima bantuan. Selain mendengarkan siraman dharma dari Master Cheng Yen, Gan En Hu memberikan sharing berupa pengalaman yang bisa menginspirasi saudara lainnya. Melalui acara buka puasa bersama ini, relawan Tzu Chi membagikan bantuan sembako yang diperuntukkan bagi keluarga penerima bantuan sembako. Sebanyak 10 relawan Komite, 17 relawan Biru Putih, 8 Abu Putih, 5 Tzu Ching, 4 Tzu Shao, dan 16 relawan Rompi turut memberikan kebahagiaan di bulan suci Ramadhan.
Ponidi tengah mengisahkan seputar hidupnya kepada penerima bantuan lainnya
Semangat dan Kebahagiaan Sosok Ponidi
Salah
satu Gan En Hu yang hadir, adalah
Bapak Ponidi. Jalinan jodoh Bapak Ponidi dengan Tzu Chi berawal ketika ia
bermain ke jembatan Kuantan Regency (salah
satu kompleks perumahan di Pekanbaru) untuk menjumpai temannya. Melihat kondisi
Ponidi yang cukup memprihatinkan, temannya pun memperkenalkan Ponidi kepada
relawan Tzu Chi. Sebelumnya, Ponidi bekerja di salah satu perusahaan advertising dan sedang memasang baliho
di Pasar Kodim (salah satu nama pasar di Pekanbaru). Namun hal yang tidak
diharapkan terjadi. Baliho yang masih bertegangan listrik jatuh, menimpa dan
menyetrum kaki dan tangan Ponidi. Ia pun dioperasi dan dirawat di ICU selama 1
bulan 16 hari. Kesembuhan
dari operasi pertama masih kurang maksimal. Ponidi memiliki BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial), relawan Tzu Chi menuntun dan mendampingi Ponidi
agar mau melakukan operasi ulang (operasi bedah plastik) demi penyempurnaan
operasi pertama. Bagi Ponidi, bisa berjodoh dengan Tzu Chi merupakan rezeki
dari Tuhan karena menerima perhatian yang tidak pernah didapatkan
sebelumnya. Ponidi sangat berbahagia setiap kali mengikuti acara buka puasa
bersama di Tzu Chi karena dapat bertemu dengan saudara-saudara lainnya. “Dulu
saya tidak bahagia. Tidak ada semangat hidup. Hidup saya dulu hanya di kamar,
di dapur, di kamar, di dapur, ngga
mau keluar. Setelah mengenal Tzu Chi saya merasa semangat dan bahagia. Bukan
karena dapat sembako. Kalau hanya sembako, keluarga saya mampu. Tetapi,
cintakasih dan perhatian, inilah yang diberikan oleh relawan Tzu Chi yang
membuat saya semakin semangat dan bahagia menjalani hidup saat ini. Saya
berharap bisa menginspirasi teman-teman lainnya,” cerita Ponidi.
Lina shijie seorang relawan sedang berbincang penuh kehangatan dan perhatian dengan istri dari Pak Arhamka
Ada juga Bapak Arhamka yang berprofesi sebagai wakil RT dan pegawai di KUA (Kantor Urusan Agama). Walaupun sudah menginjak usia 60 tahun, beliau adalah pribadi yang yang memiliki jiwa semangat luar biasa yang tidak kalah dengan Ponidi. Walaupun harus merawat istrinya yang menderita penyakit asma dari tahun 2000, dalam kesehariannya Bapak Arhamka memanfaatkan setiap detik waktunya untuk bersumbangsih bagi warga setempat dimana ia tinggal. Jika ada tetangganya yang sakit, pak Arhamka selalu siap siaga untuk membantu membawa pasien ke Rumah Sakit. Dengan cara apapun akan ia perjuangkan agar saudara yang sakit bisa segera mendapatkan perawatan. Tidak ada mobil, motor pun jadi. Kini, pak Arhamka tengah merawat ayahnya yang berusia 116 tahun. Kebajikan yang dilakukan dengan sepenuh hati oleh pak Arhamka, juga menuai buah kebajikan. “Terkadang kalau saya jarang di rumah, istri saya kambuh, tetangga membantu membawa istri saya ke Rumah Sakit. Nanti waktu saya pulang, mereka akan memberitahu saya bahwa istri saya sedang di Rumah Sakit,” ujar Arhamka. Bapak Arhamka juga merasa sangat bersyukur kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah memberikan bantuan alat pernapasan (oksigen) dan obat-obatan pernapasan untuk istrinya. Bantuan tersebut sangat diharapkan sejak dulu. Sebagai wujud rasa syukurnya, Pak Arhamka selalu mensosialisasikan Tzu Chi kepada orang-orang yang ia kenal. Beliau berharap agar generasi muda dapat memanfaatkan waktu yang ada saat ini untuk bersumbangsih bagi orang lain.