Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-111: Wujud Kepedulian Terhadap Sesama
Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen, Erli Tan (HE Qi Utara)Sehari sebelum kegiatan screening dilakukan, para relawan, baik dari Jakarta maupun dari Cianjur, dan anggota TNI bersama-sama menyusun ruang tunggu untuk para warga.
Sebuah kehidupan menjadi tidak ternilai harganya apabila kita mampu memanfaatkannya dengan baik. Bila tidak dimanfaatkan dengan baik maka kehidupan akan berlalu dengan sia-sia. Hal ini senada dengan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi selama dua hari : Sabtu dan Minggu, 12 -13 Maret 2016. Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan dan wujud kepedulian terhadap sesama, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan screening Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111 bekerja sama dengan Komando Distrik Militer (Kodim) 0608 Cianjur, Jalan Siliwangi No.47, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Cakupan wilayah Kabupaten Cianjur yang luas, menyulitkan dalam penyampaian informasi tentang baksos yang akan diadakan. Oleh karena itu, dalam acara bakti sosial tersebut relawan mendapat dukungan dari para Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang menyampaikan informasi mengenai baksos ini langsung kepada masyarakat, sehingga peserta yang mendaftarkan diri pun cukup banyak yaitu 876, di luar dari target yang telah ditentukan sebelumnya sekitar 400 peserta. “Ini memang sudah diprediksi, yang penting adalah jumlah relawan dan TNI yang bekerjasama dengan baik. Dengn koordinasi pembagian tugas serta team work sehingga hal ini dapat diantisipasi,” Ungkap Wijaya selaku PIC kegiatan screening kali itu.
Munawar yang datang bersama putrinya merasa senang dengan pendampingan relawan, sehingga ia dan putrinya menjalani proses pemeriksaan dengan nyaman dan tenang.
Sumbangsih Relawan Lokal
Sejak sehari sebelumnya Sabtu, 12 Maret 2016 di dalam kompleks kodim yang didominasi oleh bangunan berwarna hijau tersebut terlihat kesibukan relawan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Mulai dari mempersiapkan peralatan medis Tzu Chi Medical Association (TIMA) hingga mempersiapkan alur lokasi screening demi terlaksananya kegiatan yang akan dilaksanakan pada keesokan harinya. Dengan bekerja sama dan bahu-membahu, pekerjaan yang berat pun menjadi ringan. Meskipun lelah namun senyuman selalu meghiasi wajah para relawan.
Hal yang cukup menarik adalah keterlibatan relawan lokal di Cianjur, kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh relawan untuk menjelaskan tentang budaya humanis serta tata cara berkegiatan di Tzu Chi. Mereka pun tampak menyimak dengan penuh perhatian “Tzu Chi bukan hanya tempat untuk berbuat baik (sosial), tetapi juga merupakan tempat pelatihan diri. Karena itu, penting untuk menjaga ucapan, pikiran dan perbuatan kita. Misalnya tidak merokok dan jangan marah-marah di depan pasien. Hendaknya kita berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan kita kesempatan berbuat bajik. Selain itu, kita juga harus memperlakukan pasien dengan tulus dan rasa hormat sehingga mereka juga merasa dihargai,” ujar Anie Widjaja yang diakhiri dengan pembagian tugas ke masing-masing individu.
Hal yang dapat dipelajari dari relawan lokal di Cianjur adalah “semangat” mereka. Para relawan yang membantu terdiri dari orang-orang yang datang dari latar belakang dan agama yang berbeda-beda dan meskipun demikian mereka dapat bersatu hati bersumbangsih dengan sukacita. Saat kita dapat bersumbangsih dengan “hati” maka akan diperoleh kepuasan batin hingga hasil akhirnya akan menjadi indah pula. “Tidaklah susah untuk mengumpulkan mereka (relawan). Saat menerima informasi tentang baksos kesehatan ini saya cukup meneruskan informasi tersebut melalui media whatsapp dan di luar dugaan ternyata responnya positif sekali sehingga banyak yang mau mendaftarkan diri menjadi relawan,” ungkap Anna.
Para relawan terus mendampingi dan mengajak warga berinteraksi sehingga dalam menjalani proses pemeriksaan, mereka menjadi lebih tenang.
Mendampingi Dengan Sepenuh Hati
Bapak Haji Munawar (85), salah satu dari 876 warga yang datang untuk mengikuti tahapan screening menatap dengan pandangan kosong dan hanya terdiam ketika sedang menunggu gilirannya diperiksa. Munawar saat itu datang dengan ditemani oleh anaknya, Ibu Totoh dan mereka harus menempuh perjalanan sekitar 12 km dari tempat tinggal mereka di Desa Bunisari. Sudah sekitar 10 bulan terakhir pandangan mata Munawar mulai terganggu. Setelah memeriksakan kondisinya di salah satu klinik di Cianjur, ia didiagnosa menderita katarak dan harus menjalani operasi. Namun karena kendala biaya, ia pun mengurungkan niatnya. Beruntung, ia dan keluarga mendapat informasi baksos kesehatan Tzu Chi dari Babinsa di desanya. Dengan berbekal informasi tentang baksos kesehatan ini lah pihak keluarga pun mencoba agar Munawar dapat segera mendapatkan pengobatan. Seuntai harapan pun terucap “Bapak ingin bisa kembali bertani, bisa ke Mesjid lagi, ingin sehat, terima kasih atas bantuannya,” ungkap Munawar penuh harap.
Melihat banyaknya masyarakat yang datang melakukan pemeriksaan, juga merupakan tantangan tersendiri bagi relawan Tzu Chi untuk dapat memberikan pendampingan yang maksimal sehingga para warga yang datang berobat merasa senang dan tenang dalam menjalani proses pemeriksaan. Dari 876 warga yang datang, tercatat sebanyak 371 pasien yang berhasil mendapat kartu kuning : 171 pasien katarak, 38 pasien pterygium, 69 pasien hernia, 39 pasien minor lokal, 40 pasien minor GA dan 14 pasien sumbing yang lolos pada tahapan awal screening hari itu. Diharapkan melalui baksos pengobatan ini dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat khususnya di Cianjur.
Hari menjelang sore, komplek di dalam kodim yang tadinya penuh oleh hiruk pikuk masyarakat perlahan mulai sepi. Keseluruhan kegiatan hari itu berakhir dengan baik berkat kerja sama dan semangat sumbangsih dari banyak pihak. Sebanyak 100 relawan Tzu Chi, 100 relawan lokal, 2 dokter mata, 2 dokter bedah, 5 dokter umum, 3 perawat mata, 4 analis lab, 19 suster umum, 2 asisten apoteker, 1 apoteker dan 300 personil TNI turut berpartisipasi hari ini. Semangat kebersamaan dalam bersumbangsih ini, seperti ucapan Master Cheng dalam kata perenungannya, yaitu bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia.