Sebersit Harapan Melihat Indahnya Dunia
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)
|
|
||
Langkah Awal yang Harus Dijalani Pasangan suami-istri ini memiliki 4 orang anak dimana anak 1, 3 dan 4, menderita katarak sedangkan anak ke-2 menderita radang tenggorokan. Selama kehamilan anak pertama sampai keempat, Ama tidak pernah melakukan pengecekan kandungan secara rutin ke dokter. Terakhir diketahui bahwa di dalam tubuh ibu Ama terdapat virus sebagai penyebab katarak. Selama ini, Ama hanya pasrah dan tabah membesarkan keempat anaknya. Kehidupannya sehari-hari pas-pasan dan anak-anaknya hanya belajar mengaji di mesjid dekat rumahnya. Harapannya adalah anak-anaknya bisa melihat indahnya dunia. Berbeda dengan Mar (63 tahun), warga Bogor, yang menderita katarak pada kedua mata selama 2 tahun ini. Berawal dari mata yang terus berair, ia kemudian memeriksakannya ke puskesmas dan dokter menvonis bahwa ia menderita katarak. Pihak keluarga tidak melakukan tindakan pengobatan lanjutan karena masalah keuangan. Disamping itu, Mar memiliki penyakit darah tinggi, sehingga sulit dilakukan operasi katarak. Selama ini hanya mengonsumsi obat darah tinggi.
Keterangan :
Pada tanggal 2 Maret 2014, keluarganya mendapat informasi dari tetangga mengenai pengobatan katarak gratis. Keluarga Mar sangat gembira, mereka kemudian melengkapi semua data persyaratan, dan menyerahkan surat tersebut kepada tetangganya. Hanya berselang 2 minggu, keluarga Oma mendapat panggilan telepon meminta Mar datang ke RS. Dr. Suyoto untuk melakukan screening katarak. Hari ini, Mar ditemani Iva Muliati (anak ke-4) melakukan screening katarak. Dokter menyarankan agar mata kiri dioperasi terlebih dahulu. Mar sangat senang dan siap untuk menjalani operasi katarak Sabtu, 22 Maret ini. Di ruang periksa visus terlihat Eva Shijie (57 tahun), relawan He Qi Selatan, sibuk meneteskan obat Midratial ke mata pasien katarak dan di ruang screening akhir membantu dr. Ruth. Ia menuturkan bahwa jalinan jodohnya dengan Tzu Chi telah ia jalani selama 10 tahun. Ia juga telah menjadi koordinator pengobatan mata selama 6 tahun terakhir. “Bermula dari ada seseorang melihat saya kuat di ruang Operasi Kecil (OK) katarak, kuat di ruang ber-ac yang sangat dingin, tahan berdiri lama selama operasi berlangsung, siap mental di komplain oleh dokter dan pasien katarak,” tuturnya. Ia mengaku bahwa dengan melihat langsung para pasien yang datang, secara tidak langsung timbul rasa syukur dalam dirinya. Perhatiannya tidak hanya tertuju pada pasien yang positif menderita katarak dan pterygium, namun juga bagi mereka yang datang untuk sekedar mengetahui keadaan matanya. “Di sini saya akan menguatkan pasien bahwa penyakit yang diderita bukan penyakit yang mematikan, mereka harus selalu ke dokter mata untuk mengontrol kondisi matanya. Oleh sebab itu saya selalu memberikan cenfresh (obat tetes mata) sebagai kepedulian kita terhadap penyakitnya. Juga memberikan kacamata plus bagi pasien bermata plus saat diketahui bahwa matanya bukan katarak,” ujar Eva Shijie. Screening pasien katarak berjalan lancar, dengan bantuan 4 orang dokter mata, 6 orang dokter umum, 8 orang perawat umum, 2 orang perawat mata, 4 orang analis, 2 orang apoteker dan 50 relawan dari He Qi Pusat, dan He Qi Selatan. Sekitar pukul 2 siang, relawan mulai memberesin perlengkapan screening. Dari 183 calon pasien yang daftar, tercatat ada 80 orang penderita katarak dan 5 orang penderita pterygium. |
|||
Artikel Terkait
Kelas Kata Perenungan Kunjungi Panti Asuhan Berkat Tangan Kasih
13 November 2023Murid Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) Tzu Chi cabang Medan Mandala mengunjungi Panti Asuhan Berkat Tangan Kasih pada Minggu, 29 Oktober 2023. Kunjungan kasih ini untuk membina kebersamaan, menumbuhkan rasa syukur dan berbagi.