Sebuah Cahaya Pelita
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoPara relawan mencoba menyemangati pasien penderita katarak yang masih kecil untuk berani melakukan operasi mata. |
| |
Menindaklanjuti hasil pemeriksaan tersebut, pada tanggal 7 - 9 Oktober 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) dan Komando Resort Militer 032/WBR mengadakan kegiatan baksos kesehatan katarak, bibir sumbing, hernia, Pterygium di RS Dr. Reksodiwiryo, Padang. Para relawan yang ingin membantu kegiatan Baksos Kesehatan di Padang ini berkumpul di Bandara Soekarno - Hatta pada jam 9 pagi lalu berangkat ke Padang pada pukul 11.20 WIB. Satu jam lima menit lamanya perjalanan untuk dapat sampai di Bandara International Minangkabau, Padang. Sesampainya di RS. Dr. Reksodiwiryo, ternyata pada saat itu sedang berlangsung kegiatan operasi mata katarak. Pasien yang datang lebih kurang 65 pasien. Pasien-pasien yang datang adalah pasien yang telah mendapat jadwal dari proses screening seminggu yang lalu. Pasien yang ingin melakukan operasi katarak terlebih dahulu mendaftar di bagian pendaftaran, kemudian di-cek tensi darah dan berat badannya. Setelah selesai diperiksa, para pasien yang ditemani oleh keluarga menandatangani surat izin operasi— yang ditandatangani oleh pihak keluarga yang menemani. Sesudah menandatangi, pasien naik ke lantai dua RS. Dr. Reksodiwiryo untuk melakukan gunting bulu mata, cuci kaki, pemberian obat untuk membuat kornea mata membesar, kemudian menunggu antrian operasi mata.
Keterangan :
Melihat dengan Jernih. Setelah anak-anaknya dewasa dan bisa mencari nafkah, Rasunah pun tidak bekerja lagi dan hanya menemani cucu-cucunya di rumah. Dua tahun kemudian, Rasunah memutuskan untuk tinggal dengan adik kandungnya yang tinggal di padang. Ia datang ke Padang dengan ditemani oleh putra bungsu dan menantunya. Setelah tinggal beberapa waktu lamanya di Padang, ia mengalami gangguan penglihatan pada mata bagian kanan. Rasunah tidak dapat melihat dengan jelas. Kini ia ingin melakukan operasi untuk menyembuhkan katarak yang ada di matanya yang sebelah kanan. Sebelumnya Rasunah pernah melakukan operasi mata pada mata kirinya di sebuah rumah sakit di Solo tiga tahun yang lalu. “Kalau yang kiri sudah bagus, jelas. Tetapi yang sebelah kanan nggak nampak,” jelas Rasunah. Rasunah pun menambahkan jika dirinya mengetahui adanya baksos ini dari adiknya yang bekerja sebagai tentara.” Kak… Mau operasi katarak tidak,” tanya sang adik. “Mau,“ jawab Rasunah. Maka pada tanggal 1 Oktober 2011, dengan ditemani adiknya, ia pergi ke RS Dr. Reksodiwiryo untuk menjalani proses screening. Seusai menjalani proses screening, ia mendapat jadwal untuk operasi katarak pada tanggal 7 Oktober 2011 ini, dengan harapan esok kedua matanya dapat melihat dengan jernih.
Keterangan :
Ayahku Pahlawan Bustani pun menceritakan mengenai masa kecilnya yang penuh dengan petualangan kepada kami. Dulu ketika ia masih kecil, ayahnya bekerja sebagai “sais” (ungkapan belanda untuk andong). Ketika tentara Jepang mulai masuk ke desanya di Padang, ia dan kedua orangtua beserta adiknya melarikan diri ke Solo. Setelah beberapa lama di Solo, ayahnya pun masuk menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Suatu hari, mereka sekeluarga memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka di Padang. Pada malam harinya, mereka sekeluarga pulang dengan melalui bukit Kanca menuju ke Bukit Nurjidah dan terakhir ke Bukit Balimbiang untuk sampai ke kampung halaman mereka. Naasnya, dalam pertengahan jalan mereka tertangkap oleh tentara belanda, karena status sang ayah sebagai TKR. Selama seminggu lamanya mereka di tahan di sebuah sel, lalu mereka di pulangkan kembali ke Bananue. “Ayah saya adalah pahlawan yang tak terdaftar,” jelas Bustami. Dari pernikahannya, ia dikarunia 3 orang anak. untuk menafkahi kebutuhan hidup mereka sekeluarga, Bustami pun melakukan segala pekerjaan yang dapat ia lakukan. Pada tahun 2008, ia mengalami gangguan penglihatan. Ia pun memeriksakan matanya ke Rumah Sakit Umum di Padang, tetapi karena factor biaya, ia pun tidak meneruskan pengobatan. Beruntung anak sulungnya, Mustafa yang bekerja sebagai supir Mikrolet melihat poster mengenai kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi di di RS Dr. Reksodiwiryo sehingga kini dirinya dapat menyembuhkan penyakit kataraknya. Pada tanggal 1 Oktober 2011, Mustafa mengantar Bustani untuk menjalani proses screening. “Sebenarnya saya dijadwalkan untuk operasi besok (Sabtu, tanggal 8 Oktober 2011 - red). Tetapi saya maunya hari ini,” ungkap Bustani. Dirinya berharap dengan operasi ini, penglihatannya dapat kembali normal. Dengan adanya bantuan dari para tim medis dan relawan Tzu Chi ini, para warga kurang mampu di Padang kini dapat memperoleh kesempatan kedua untuk melihat keindahan dunia. Hal ini ibarat cahaya pelita harapan yang menyala di hati setiap insan Tzu Chi, untuk menerangi hati seluruh umat manusia yang berada di pelosok dunia sekalipun. |
Artikel Terkait
Setiap Orang Adalah Zhen Shan Mei
04 Mei 2018Bersih Pangkal Sehat
08 November 2010 Setiap bulan di minggu ketiga adalah giliran relawan Hu Ai Jelambar bekerja di Posko Daur Ulang Muara Karang. Minggu, 24 Oktober 2010, relawan yang hadir kali ini sekitar 20 orang. Mereka terlihat bekerja bahu membahu membuat amplop kertas, menginjak dan mengumpulkan botol-botol bekas minuman air mineral, memilah-milah kertas dan lain-lainnya.Pembuatan 1.7 Ton eco Enzyme
01 Desember 2021Tzu Chi Bandung bersama komunitas Eco Enzyme Bandung membuat 1.7 Ton Eco Enzyme di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung. Pembuatan Eco Enzyme ini tujuan utamanya untuk mengurangi sampah rumah tangga dan lingkungan guna menyelamatkan alam.