Karena rumahnya sudah tak memungkinkan untuk ditempati, Darwis menumpang tinggal di teras rumah tetangganya.
Darwis (57) diliputi haru ketika tim relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1 pagi itu tiba di rumahnya, Selasa 30 Agustus 2022 untuk menyurvei kondisi rumah juga kehidupannya sehari-hari. Darwis merupakan satu dari 23 bakal calon warga Kelurahan Pegangsaan Jakarta Pusat yang akan mendapat bantuan bedah rumah dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
“Saya terharu, istilahnya orang lain mau membantu saya. Mudah-mudahan rumah saya bisa ditempati lagi seperti dulu,” katanya.
Kondisi rumah Darwis yang merupakan warisan orang tua ini memang sangat memprihatinkan. Atapnya sudah ambrol, kalau hujan, air pun mengucur deras. Karena itu sudah delapan tahun ini ia menumpang hidup di teras tetangga. Karena tanpa pintu, maka kehujanan, keanginan, digigit nyamuk sudah menjadi deritanya sehari-hari.
Tak hanya rumahnya, kondisi kesehatan Darwis pun sangat mengkhawatirkan. Sudah delapan tahun ini ia tak bisa melihat akibat syaraf matanya yang terganggu.
Kondisi rumah Darwis yang sangat memprihatinkan.
Secercah harapan untuk bisa hidup dengan layak pun muncul di hati Darwis dengan kedatangan tim relawan Tzu Chi. Apalagi ia sudah pernah mendengar tentang Tzu Chi yang tulus membantu masyarakat yang dalam kesulitan.
“Iya saya sudah tahu tentang Yayasan Buddha Tzu Chi karena dulu pernah bantu korban kebakaran di Jalan Bonang. Mudah-mudahan, seusia begini saya bisa tidur di dalam, tak keanginan dan kehujanan lagi,” imbuhnya.
Pada survei ini, He Qi Utara 1 menerjunkan 25 relawan untuk menyurvei 23 rumah. Para relawan dibagi menjadi enam kelompok. Mereka mengambil data yang sebenarnya di lapangan lalu menyocokkan dengan data yang sudah masuk ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Meski menemukan banyak tantangan, fokus relawan adalah menjalankan survei dengan sebaik-baiknya.
“Kalau Tzu Chi itu kami enggak pernah memikirkan kesulitan, kami selalu menjalankan sambil mencari solusinya. Di mana pun kami mendapat tugas, selalu kami siap saja. Seperti yang Master Cheng Yen bilang, sejak awal kita harus jalankan saja, jadi jangan banyak dipikirkan atau diperdebatkan, nanti tujuannya tidak terlaksana,” kata Adenan, relawan Tzu Chi.
Relawan mengambil data lengkap terkait kondisi rumah, kondisi penghidupan warga dan kelengkapan surat-surat tanah.
Meski Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia telah begitu banyak memberi bantuan bedah rumah kepada masyarakat prasejahtera baik di Jakarta maupun kota-kota lain di Indonesia, ini merupakan kali pertama bagi komunitas He Qi Utara 1 mendapat berkah menjalankan tugas bedah rumah.
Nyatanya, saat menjalankan survei ini, tim relawan He Qi Utara 1 tampak sangat terampil, efisien, dan penuh cinta kasih kepada bakal calon penerima bantuan bedah rumah. Ini karena mereka menjalankan SOP dengan benar. Sebelum menjalankan survei, tim relawan juga diberikan briefing, salah satunya relawan tak boleh memberi janji manis, relawan datang hanya untuk survei dan nanti hasilnya akan didiskusikan lagi untuk disetujui atau tidak.
“Relawan juga tidak boleh menanyakan terlalu mendasar tentang kehidupan pribadi, misalnya saja bapak, ibu, rumahnya begini kok betah? Nanti justru membuat warga yang akan dibantu justru sakit hati,” terang Joe Riadi, koordinator bedah rumah di Kelurahan Pegangsaan ini.
Setelah survei, tim relawan membahas hasil survei mereka pada 23 rumah. Data-data yang sudah dikumpulkan akan dicek lagi mana yang harus diprioritaskan dahulu. Yang diprioritaskan adalah yang surat-suratnya sudah lengkap dan benar-benar membutuhkan sekali.
Bantuan bedah rumah bagi masyarakat prasejahtera ini diberikan Tzu Chi Indonesia agar mereka memiliki rumah layak huni, sehingga bisa hidup tenteram, hati tenang, jasmani sehat, dan bisa lebih giat dalam bekerja. Anak-anak mereka juga jadi senang belajar di rumah.
“Mudah-mudahan setelah kita bantu ini bisa meningkatkan taraf hidup mereka,” pungkas Joe Riadi yang juga merupakan Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia.
Editor: Metta Wulandari