Acara kepulangan Gan En Hu yang diadakan oleh relawan Tzu Chi Medan menghadirkan berbagai kegiatan penuh kasih, seperti pangkas rambut gratis, foto, hiburan, serta makan siang bersama, untuk mendekatkan relawan dan penerima bantuan.
Pada tanggal 8 Desember 2024, relawan Tzu Chi Medan menggelar acara kepulangan bagi Gan En Hu (penerima bantuan), yang penuh dengan semangat dan cinta kasih. Acara yang dihadiri oleh 140 orang ini tidak hanya memberikan layanan pangkas rambut dan foto gratis, tetapi juga suguhan acara yang seru dan menarik, makan siang bersama, serta bingkisan akhir tahun. Kegiatan tersebut berlangsung di gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan, dengan acara untuk orang tua diselenggarakan di lantai 2 dan untuk anak asuh di lantai 3.
Acara dimulai dengan pengenalan Tzu Chi yang disampaikan oleh relawan Tzu Chi Medan Hu Ai Petisah, Siswanto Tam. Semenetara itu, untuk acara anak asuh, relawan pendidikan Tzu Chi Medan, Merry Sudilan, mengawali dengan penjelasan tentang empat misi utama Tzu Chi: Misi Amal, Misi Kesehatan, Misi Pendidikan, dan Misi Budaya Humanis. Hari ini, acara tersebut berfokus pada Misi Amal. Merry mengutip kata-kata dari Master Cheng Yen: “Kita harus bekerja keras, ulet, dan cerdas, maka tidak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia ini.”
Acara kemudian diisi dengan ceramah dari Master Cheng Yen. Ceramah untuk orang tua berjudul "Semangat Celengan Beras", yang mengisahkan warga Myanmar yang tidak mampu memberikan sumbangan uang, namun menyisihkan segenggam beras setiap hari untuk dimasukkan ke dalam celengan beras. Meskipun tampak seperti tindakan kecil, ini menunjukkan bahwa setiap bentuk sumbangan, sekecil apapun, tetap dapat membantu orang lain. Master Cheng Yen menekankan bahwa dengan membantu, kebahagiaan akan muncul di hati kita, karena dalam setiap butir beras terdapat cinta kasih. Ia juga mengingatkan bahwa “dari sebuah benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga” dan bahwa setiap tindakan kebaikan, meski kecil, dapat memberikan berkah besar.
Kuna Segri menceritakan keinginannya untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi.
Respon positif datang dari seorang ibu bernama Kuna Segri, yang terinspirasi oleh semangat relawan Tzu Chi. Ia berujar, “Suatu saat jika saya sudah berhasil, saya akan bergabung menjadi relawan Tzu Chi agar bisa membantu orang lain. Saat ini, yang bisa saya lakukan adalah memberi bantuan seperti beras dan pakaian bagi teman-teman yang membutuhkan. Tzu Chi tidak hanya meringankan penderitaan, tetapi juga memberikan kebahagiaan.”
Sementara itu, ceramah untuk anak asuh berjudul "Nilai Sebuah Batu", yang mengajarkan bahwa meskipun sebuah batu tampak tidak bernilai, setelah melalui proses, batu tersebut dapat menjadi sangat berharga. Ini mengandung pesan bahwa kita, seperti batu tersebut, akan menjadi berharga jika kita memiliki hati yang lapang dan pikiran yang sederhana. Nilai kehidupan kita tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan oleh cara kita melihat dan memperluas wawasan kita sendiri.
Relawan Tzu Chi mengajak peserta untuk ikut memperagakan isyarat tangan dengan lagu yang berjudul Menyemangatiku (Wei Wo Jia You).
Selain ceramah, acara ini juga diisi dengan kisah inspiratif dari Ahmad Prayugo, yang mengalami kecelakaan kerja akibat tersetrum listrik hingga menyebabkan luka bakar parah di tubuhnya. Karena keterbatasan biaya, penanganan terhadap luka-lukanya sempat tertunda, namun setelah mendapatkan bantuan dari Tzu Chi, ia menjalani operasi dan amputasi pada tangan dan kakinya. Setelah pulih, Ahmad merenung dan mencari bakat yang dapat ia kembangkan. Ia menemukan seni melukis menggunakan mulut dan mulai menekuni hobinya tersebut. Ahmad berkata, “Kita tidak tahu apa yang bakal menimpa diri kita untuk esok harinya, karena itu kita harus mempersiapkan diri mulai dari sekarang dengan cara bersyukur untuk segala keadaan yang dimiliki.” Dalam acara ini, Ahmad juga mempersembahkan lukisan bertemakan bunga teratai, yang melambangkan keindahan dan ketahanan, meskipun tumbuh di lumpur yang kotor.
Acara semakin meriah dengan berbagai pertunjukan, seperti permainan, kuis, dan penampilan seni. Anak-anak asuh diminta untuk menuliskan nama mereka dengan menggunakan mulut, sementara Kelly dari kelas Budi Pekerti Depo Cemara Asri mempersembahkan pertunjukan alat musik kecapi dengan lagu “We Wish You a Merry Christmas” dan “Feliz Navidad”, menyambut suasana Natal yang segera datang. Tarian Tor-Tor Horbo Paung dan Sinanggartullo dibawakan oleh SD Belawan, sementara Nakamura School menyajikan lagu “Dengarkanku Berkata Terima Kasih” dan tarian “Kimini Hakushu”. Para relawan juga mempersembahkan pertunjukan isyarat tangan dengan lagu “Menyemangatiku” (Wei Wo Jia You), yang mengajak semua peserta untuk ikut memperagakan gerakan tersebut.
Tarian Tor-Tor Horbo Paung dibawakan oleh anak-anak SD Belawan.
Di sisi lain, dari relawan TIMA SUMUT, Apt. Nasri M.Farm. memberikan penjelasan tentang obat-obatan, termasuk jenisnya, serta tips cermat dalam penggunaannya. Ia mengingatkan agar selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat keras dan menghindari membeli obat secara online yang tidak terjamin keamanannya. Pembelian obat sebaiknya dilakukan di apotek atau tempat yang terpercaya.
Untuk memotivasi semangat anak asuh, diputarkan video dari motivator terkenal Indonesia, Merry Riana, yang menceritakan kisah Ferruccio Lamborghini. Awalnya diremehkan karena kemampuannya dalam menciptakan mobil sport, Lamborghini akhirnya membuktikan dirinya dengan menciptakan mobil mewah yang dikenal dengan nama Lamborghini. Merry berpesan, “Ketika kita menghadapi tantangan, hadapilah dengan tekad yang kuat. Gunakan setiap kata yang meremehkan sebagai motivasi untuk mencapai kesuksesan.”
Sylvia Chuwardi merasa terinspirasi dengan semangat hidup dari Ahmad Prayugo.
Pesan semangat juga datang dari anak asuh, seperti Yanti yang menyatakan pentingnya membalas budi kepada orang tua dan menghormati sesama. Michael juga berbagi semangat untuk tidak pernah menyerah meskipun ada banyak cobaan dalam hidup.
Acara ditutup dengan pesan inspiratif dari relawan Sylvia Chuwardi, yang merasa terinspirasi oleh kisah hidup Ahmad Prayugo. Sylvia mengingatkan bahwa kita harus selalu bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan menyayangi bumi. Ia juga mengajak semua untuk menjadi seperti bunga teratai yang tumbuh indah di lumpur kotor, memberikan cahaya di tempat yang gelap, dan berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain.
Jelita Deva Adila berbagi kisah hidupnya yang terkena luka bakar sekujur tubuh akhirnya terselamatkan dengan bantuan Tzu Chi.
Sebagai penutupan, Jelita Deva Adila, seorang anak asuh yang sebelumnya mengalami luka bakar parah, berbagi kisahnya. Setelah mendapat bantuan dari Tzu Chi, ia menjalani operasi dan kini bisa berjalan kembali. Jelita mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tzu Chi dan berharap agar yayasan ini terus berkembang dan membantu lebih banyak orang yang membutuhkan.
Koordinator acara, Yantoro, menjelaskan bahwa tujuan acara ini adalah untuk lebih mendekatkan relawan dengan Gan En Hu, serta menciptakan hubungan yang lebih erat antara relawan dan anak asuh. Ia berharap acara ini dapat mempererat jalinan kasih yang tak terputus, dan Gan En Hu dapat merasakan kebersamaan dengan Tzu Chi, seperti pulang ke rumah batin mereka setiap tahunnya.
Editor: Metta Wulandari