“Hello Guys, welcome back to my Youtube Channel, balik lagi sama aku Vanya di sini yang bakal live bareng kalian dalam fast tournament dari Esmeralda V. Ada 12 tim yang akan bertanding dalam tiga ronde ke depan. Jadi teman-teman semuanya jangan lupa pencet tombol like dan juga subscribe di channel Youtube aku dan share live streaming ini ke teman-teman kalian semua.”
Industri E-sport atau olahraga elektronik terus berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Banyak atlet E-sport Indonesia yang berhasil menoreh prestasi di luar negeri. Tak hanya atlet, olahraga anyar ini juga menelurkan profesi seperti caster alias komentator.
Sejak 2019 Agatta menerima bantuan biaya hidup dari Tzu Chi setiap bulannya. Kini ia sudah bisa mandiri. Dengan kemauannya sendiri, ia pun mengembalikan ATM Tzu Chi kepada Johan Kohar dan Tarsisius Eko karena di luar sana masih banyak orang yang lebih membutuhkan darinya.
Seperti yang tengah digeluti Agatta Meralda Stevanya (25), seorang penerima bantuan Tzu Chi. Ia menjadi caster di channel Youtube-nya sendiri, Esmeralda V. Ia juga menciptakan turnamen bagi para pemain Games. E-sport telah membuka jalan bagi Agatta yang sebelumnya hanya bisa berbaring karena lumpuh, kini bisa menjadi tulang punggung keluarga. Sebuah kisah inspiratif bahwa selalu ada jalan jika kita berusaha dan berdoa.
“Tadinya hobi main games. Jadi proplayer juga pernah. Trus ada yang ajak saya masuk E-sport, tapi (belakangan) karena handphone nggak mendukung jadinya di belakang layar, buat turneman-turnamen itu,” jelasnya.
Johan Kohar bersama Tarsisius Eko datang ke rumah Agatta dengan penuh sukacita melihat keadaan Agatta kini. Bersama Agatta dan ibunya, mereka pun berdoa bersama.
Ketika menjadi proplayer, Agatta beberapa kali menang dan mendapat hadiah. Sebulan, ia bisa mendapat 700-800 ribu rupiah. Namun terkendala smart phone, cara bermain Agatta pun tak maksimal.
”Jadi harus cari cara lain. Kemarin main games dapat duit tapi sekarang nggak bisa ya gimana caranya tetep harus cari duit. Jadi Agatta coba lihat-lihat orang lain yang buat event, trus ajak teman-teman juga coba buat event bareng, buat turnamen. Trus akhirnya jadi,” katanya.
“Oke dan kita langsung saja bakal ngelihat finalis-finalis kita di sini yang udah mulai bertempur, dari tim 1 dan juga tim 2 sudah ada yang tertebak nggak di sini guys?”
Sepintas tak ada yang berbeda dari penampilan Agatta jika menonton Youtube Channelnya. Namun siapa sangka ia melakukannya di atas kursi roda. Profesi ini sudah ditekuni Agatta satu setengah tahun ini.
Suaranya yang renyah, didukung wajahnya yang murah senyum dan ekspresif serta keahliannya memandu pertandingan, membuat pertandingan jadi tak membosankan.
Agatta Sebelumnya
Pada tahun 2016, Agatta saat itu berumur 19 tahun dan merupakan mahasiswi universitas swasta di Jakarta. Untuk menyambut mahasiswa baru di kampusnya, Agatta dan teman-temannya dari organisasi pencinta alam melakukan atraksi repling (menuruni ketinggian dengan media tali). Tiga rekannya berhasil, sedangkan Agatta gagal karena miskomunikasi dengan teman lainnya yang mengakibatkannya lumpuh dari pinggang ke bawah.
Masa itu merupakan masa kelam bagi Agatta. Ia tak lagi punya semangat hidup, sedih, marah, kalut, dan tidak terima keadaan dirinya. Ia bahkan berkali-kali mencoba bunuh diri. Ditambah lagi dengan kondisi almarhum ayah Agatha saat itu yang baru didiagnosa leukemia, benar-benar memberi pukulan bagi keluarga Agatta.
Para relawan Tzu Chi saat mengantarkan bantuan ranjang untuk Agatta 20 November 2017.
Satu ketika, pada September 2017, Tzu Chi menggelar baksos kesehatan gigi di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Jakarta Utara. Johan Kohar, relawan Tzu Chi diberitahu salah satu pengurus gereja bahwa Agatta, warga lingkungan Blasius, yang tak jauh dari paroki gereja, baru saja mengajukan permohonan bantuan ke Tzu Chi.
Pengajuan permohonan itu pun diproses, dan pada 20 November 2017, para relawan Tzu Chi mengantarkan bantuan ranjang. Secercah harapan dan semangat baru pun muncul di hati Agatta dan sekeluarga. Sejak saat itu hingga kini, para relawan Tzu Chi terus memberi perhatian pada Agatta. Sejak tahun 2019, Tzu Chi juga memberi bantuan biaya hidup dan diapers untuk Agatta setiap bulannya.
“Tadinya Agatta hopeless banget, merasa paling di bawah, tidak bisa apa-apa. Lalu dapat pencerahan dari relawan Tzu Chi kalau masih banyak yang lebih kurang dari Agatha. Jadi Agatta berpikir mereka bisa kenapa Agatta tidak bisa, coba untuk percaya sama Tuhan, masih punya keyakinan, selama kita berusaha pasti ada jalan. Selama kita mau berdoa Tuhan selalu kasih jalan. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita,” kata Agatta yang dikunjungi Johan Kohar, relawan Tzu Chi dan Tarsisius Eko, staf Bakti Amal di rumah kontrakan Agatta di Marunda Baru, Jakarta Utara, 9 Januari 2022.
Kabar Baik dari Agatta
Di tahun 2022 ini, banyak perkembangan menggembirakan dari Agatta. Agatta sudah mulai bisa mandiri. Dari yang sebelumnya hanya berbaring di tempat tidur, kini sudah bisa naik turun dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya.
“Puji Tuhan sekarang sudah lebih baik dari pada yang dulu, beda jauh banget sama yang dulu. Tadinya cuma bisa tiduran, sekarang sudah mulai bisa duduk, setelah itu sudah mulai cari cara biar bisa duduk di kursi roda,” kata Agatta.
Selain dari sisi fisik, Agatta yang dulu patah arang kini menjadi semangat. Dari yang lumpuh kini menjadi berdayaguna, ia bahkan telah menjadi tulang punggung keluarga.
“Waktu Agatta masih terbaring di tempat tidur, Agatta selalu berdoa supaya Tuhan kasih Agatta mampu bekerja dan bisa bantu keluarga. Lama banget itu berdoanya setiap hari sampai setahun lebih trus saya pikir kapan ini doanya dijawab. Tapi ternyata waktu Tuhan selalu Indah pada waktunya. Dan akhirnya doa Agatta terjawab,” katanya sambil tersenyum.
Para relawan Tzu Chi saat mengunjungi Agatta pada medio 2017.
Pada kunjungan kasih tersebut, Johan kohar dan Tarsisius Eko juga dibuat terharu. Siang itu, Agatta ditemani ibunya, Anni Pankey menuturkan bahwa bantuan biaya hidup yang telah diberikan oleh Tzu Chi sejak tahun 2019 sudah bisa dihentikan seiring dengan kemampuan Agatta yang kini bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Agatta ingin bantuan biaya hidup itu diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
“Saya bersyukur dan terima kasih untuk Agatta. Agatta sudah menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Agatta mempunyai hati yang mau memberi, suatu sukacita yang luar biasa. Itulah yang diharapkan oleh Master Cheng Yen, membentuk manusia, menjadi manusia yang benar-benar berguna bagi sesama,” ujar Johan Kohar.
Agatta pun mengembalikan ATM Tzu Chi kepada Johan Kohar. Agatta sungguh bersyukur.
“Agatta merasa lebih bersyukur karena lebih diberkati. Meskipun Agatta seperti ini, Agatta masih bisa memberi kepada orang lain yang lebih membutuhkan, itu suatu yang indah,” kata Agatta.
Agatta juga sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan para relawan Tzu Chi yang memberikan pengaruh yang besar dalam menjalani hidup.
“(Peran dari para relawan Tzu Chi) berpengaruh banget, semenjak Agatta enggak bisa apa-apa sampai detik ini tidak pernah berhenti buat kasih dukungan, kasih bantuan. Agatta sampai enggak tahu cara membalas, akhirnya hanya bisa berdoa mudah-mudahan suatu saat Agatta bisa diberikan kesuksesan supaya bisa jadi relawan juga, bisa membantu orang yang membutuhkan seperti Agatta,” pungkasnya.
Editor: Metta Wulandari