Sedia Payung Sebelum Hujan
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya * Tidak hanya bantuan secara fisik yang dibutuhkan para korban bencana banjir, namun perhatian yang diberikan dapat menguatkan mental mereka dalam menghadapi cobaan tersebut. | Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), dimulai per tanggal 10 Januari 2008, hingga beberapa hari ke depan, curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya diperkirakan sangat tinggi, dan diprediksi berpotensi menimbulkan banjir di beberapa tempat. |
Untuk mengantisipasi lancarnya pemberian bantuan kepada masyarakat korban banjir, Kodam Jaya bekerjasama dengan unsur TNI, Pemprov. DKI, LSM, Yayasan Kemanusiaan, serta masyarakat mengadakan kegiatan latihan gabungan terpadu berupa Geladi Posko, yang dilaksanakan di Markas Kodam Jaya, Jl. Mayjen Sutoyo No. 5, Cililitan, Jakarta Timur. “Setelah kita menjalani lima hari training di Makodam, maka di dalam Simulasi Geladi Lapang penanggulangan bencana alam banjir, kita mencoba menerapkan secara langsung kegiatan bakti sosial kesehatan yang telah kita pelajari sebelumnya,” tutur Adi Prasetyo, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi. Adi juga menjelaskan, kegiatan simulasi yang diadakan di lapangan Apartemen Laguna, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan simulasi pertama yang diselenggarakan. Sebelumnya belum ada prosedur dan pengendalian yang pasti dalam pendistribusian bantuan. Dengan kegiatan ini, pihak Kodam Jaya berharap, nantinya hasil evaluasi dari simulasi ini, akan dibuat Standard Operation Procedur (SOP), yang akan menjadi panduan dalam memberikan bantuan di seluruh Indonesia. “Saat ini, posko yang didirikan hanyalah sebatas latihan, belum secara permanen. Namun apabila nanti sudah siaga satu dan dua, kita langsung mendirikan posko sesuai dengan apa yang telah kita lakukan hari ini. Dengan kegiatan simulasi, setiap pihak tahu apa yang harus dilakukan,” tambah Adi. Ket : - Untuk mengantisipasi bencana banjir di Jakarta dan sekitarnya, Kodam Jaya bekerjasama dengan unsur Bakti Sosial Kesehatan Tujuh belas dokter yang terdiri dari 10 dokter Tzu Chi International Medical Association (TIMA), 5 dokter dari Kesehatan Kodam Jaya (Kesdam), dan dua dokter dari Pemda DKI Jakarta, yang dibantu dengan 15 perawat Kesdam, 10 perawat dan 23 Apoteker dari Tzu Chi, 3 apoteker Kesdam, serta 3 asisten apoteker dari Kesdam, saling bahu-membahu melayani, dan meringankan penderitaan para warga yang terbelenggu oleh penyakit. Tangan penuh cinta kasih, dan tutur kata yang lembut para insan kesehatan, ternyata berhasil meredam rasa takut di hati Shintia. Gadis manis berusia lima tahun setengah ini awalnya sangat takut apabila diajak untuk pergi ke dokter, terlebih dokter gigi. Namun entah mengapa, hari ini, Sintia sangat berani memeriksakan salah satu giginya yang mulai terasa sakit. “Hallo anak manis, coba buka mulutnya sayang! Sekarang kita bersihin dulu gigi kamu, nanti kalau rasanya sakit, kamu angkat tangan yah.” Sintia menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah selesai dibersihkan, sang dokter gigi memberikan resep kepada Rukiah (ibu Sintia-red), dan berpesan. “Ibu, saat ini saya tidak mencabut gigi Sintia, saya hanya menambalnya, agar apabila gigi Sintia nanti tumbuh, dia tetap memiliki pegangan, sehingga giginya tetap bisa tumbuh dengan rapi. Tetapi Sintia harus rajin ke dokter gigi untuk terus melakukan perawatan selanjutnya,” jelas dokter. Tidak hanya para dokter, cinta kasih juga disalurkan oleh lebih kurang 100 relawan Tzu Chi yang terjun langsung ke lapangan. Mulai dari menemani para pasien ketika diperiksa, hingga membantu mengambilkan obat, mereka lakukan dengan penuh sukacita. Tidak ada perbedaan di antara mereka, semua menyatu layaknya sebuah keluarga. Ket : - Kurang lebih terdapat 3.000 pasien yang dilayani dalam kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan Rumahku, Lapakku “Suami saya (Muhammad Nur) tidak ikut, karena dia harus memulung,” jelas Tiah, sambil memungut satu-persatu botol yang berserakan di lapangan. Kehidupan Tiah memang jauh dari kata sempurna. Wanita asli Kediri yang baru dikaruniai satu orang anak ini, harus berjuang keras di tengah ganasnya kehidupan ibukota. Karena tidak memiliki sanak saudara dan rumah, Tiah terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal. Ket : - Tiah Yuniarti dan putrinya, Mulan Yuliana, mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan baksos Saat ini, Tiah dan keluarga tinggal disebuah lapak kumuh yang berada di pinggir Kali Pluit. Di bawah lapak empat pintu yang dihuni oleh empat keluarga tersebut, juga terdapat kandang kambing si empunya lapak. Selama menempati lapak tersebut, Tiah dan tiga keluarga lainnya tidak pernah dipungut biaya. Hal itu dikarenakan, orang yang memiliki lapak tersebut adalah orang yang menadah hasil pulungan mereka. Setiap hari, mereka sudah terbiasa mencium bau kambing dan sampah yang berserakan di pinggir Kali Pluit. “Mau tidak mau. Jangankan bermimpi membeli rumah, untuk makan sehari-hari saja, kami kesulitan,” tambah Tiah. Ket : - Di dalam lapak inilah, keluarga Tiah harus berbagi dengan tiga keluarga lainnya untuk tinggal. Meskipun Pendapatan sang suami yang hanya sekitar sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah setiap harinya, secara tidak langsung memaksa Tiah dan keluarga untuk tetap bertahan dengan keadaan tersebut. “Belum lagi kalau air lagi pasang dan banjir, pasti banyak ular yang naik.” Biasanya, setiap kali lapaknya terkena banjir, Tiah hanya mengungsi di lapangan Apartemen Laguna dengan tempat seadanya. Namun kini, ia bersyukur karena pemerintah mulai mempedulikan nasib mereka dengan menyediakan posko penampungan korban banjir di lapangan Apartemen Laguna. “Setidaknya di posko, kami bisa istirahat dengan layak, apalagi ada tempat pengobatan, hati juga rasanya lebih tenang,” ungkap Tiah, sambil memeluk anaknya. | |
Artikel Terkait
Semangat Juang Bapak Tujuh Orang Anak
24 Februari 2009 Kecelakaan tabrak lari itu terjadi pada bulan September 2007. Tulang paha sebelah kanan gadis berumur 23 tahun ini patah, dan dengan uang tabungan seadanya, Amir membawa Harwati ke pengobatan alternatif di daerah Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah dua bulan berjalan, Harwati pun akhirnya mulai bisa berjalan dengan menggunakan tongkat.Sosialisasi tentang Ekoenzim, Pembersih Ramah Lingkungan
24 Maret 2017Selalu ada aktivitas yang berlangsung di komunitas Relawan Tzu Chi Batam tiap hari Sabtu. Kali ini para relawan mempraktikkan bagaimana membuat ekoenzim yang merupakan hasil fermentasi sampah dapur berupa sisa-sisa sayuran dan kulit buah. Ekoenzim ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya menjadi cairan pembersih lantai dan piring.