Sehari Menjaga Si Bayi Telur
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariSiswa-siswi P1 dan P2 SD Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk membawa bekal satu butir telur mentah pada Senin, 24 Oktober 2016. Dalam waktu satu hari penuh, mereka bertugas sebagai orang tua yang harus menjaga telur yang diibaratkan sebagai bayi tersebut agar tidak terluka atau pecah. Kegiatan tersebut merupakan persiapan dalam menyambut datangnya hari ibu.
Mengawali pekan di minggu ke empat bulan Oktober ini (24/10/16), siswa siswi kelas 1 dan 2 SD Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk disibukkan dengan rutinitas yang berbeda. Mereka datang ke sekolah dengan bekal yang sama, yaitu satu butir telur ayam mentah. Bukan untuk keperluan ekstrakurikuler memasak, bahan makanan yang mudah pecah itu digunakan untuk tujuan lain. “Kami meminta anak-anak menjaga telur yang mereka bawa jangan sampai pecah,” ucap Chen Pei Wen. Kegiatan ini juga merupakan persiapan kami untuk perayaan hari ibu yang tidak lama lagi akan kami laksanakan,” tambah Koordinator kegiatan ini.
Chen Pei Wen menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman pada anak-anak bagaimana perjuangan orang tua mereka dalam merawat dan menjaga buah hati mereka. “Telur-telur tersebut kami ibaratkan sebagai bayi dalam kandungan. Jadi agar mereka bisa merasakan ketika ibu sedang mengandung, ibu sangat hati-hati menjaga bayinya. Jadi seharian itu, dalam melakukan kegiatan apapun mereka harus membawa dan menjaga telurnya. Karena telurnya sangat rapuh maka harus sangat hati-hati menjaganya, jadi mereka bisa tahu bahwa ternyata ayah dan ibu sangat menjaga saya dengan susah,” tutur Pei Wen.
Sejak masuk ke lingkungan sekolah, siswa-siswi ini diwajibkan menjaga telur mereka sendiri. Berbagai cara juga dilakukan oleh siswa siswi untuk menjaga telur mereka.
Kayleen, siswa P2, menjaga telurnya dengan memasukkan tisu ke dalam plastik. “Saya kasih tisu di plastiknya, biar telurnya empuk,” ujarnya.
Sejak masuk ke lingkungan sekolah, siswa-siswi ini diwajibkan menjaga telur yang mereka bawa. Sebagian anak memasukkan telur mereka ke dalam plastik dan mengalungkannya di leher, sebagian lagi memasukkan telur mereka ke dalam sebuah kotak ataupun gelas plastik dan memberikan hiasan manis lalu mengalungkannya di leher. Ada pula yang memberikan nama pada telurnya, “Namanya Rossy,” ucap seorang siswa P2 Joy.
Berbagai cara juga dilakukan oleh siswa siswi untuk menjaga telur mereka. “Saya kasih tisu di plastiknya, biar telurnya empuk,” tutur Kayleen, siswa P2. Ia pun menambahkan bahwa akan menjaga telur agar tidak sampai pecah, “Soalnya kalau pecah, baby egg-nya bisa mati,” tambahnya polos. Hal yang berbeda dilakukan Ethan, ia memilih menggunakan gelas plastik bekas minuman sebagai tempat yang aman untuk menjaga telurnya. Ia pun menggambar dua buah mata dan segurat senyuman di telurnya. “Ini biar baby egg-nya senang terus,” jelasnya dikelilingi teman sekelasnya.
Ethan memilih menggunakan gelas plastik bekas minuman sebagai tempat yang aman untuk menjaga telurnya. Ia pun menggambar dua buah mata dan segurat senyuman di telurnya.
Kegiatan menjaga telur yang dinilai sederhana bagi sebagian orang, ternyata menyusahkan untuk anak-anak. Belum sampai sehari, beberapa anak sudah memecahkan telur mereka karena kurang hati-hati saat bermain.
Kegiatan menjaga telur yang dinilai sederhana bagi sebagian orang, ternyata menyusahkan untuk anak-anak. Belum sampai sehari, beberapa anak sudah memecahkan telur mereka karena kurang hati-hati saat bermain. Guru kelas pun secara berkala mengingatkan mereka untuk berhati-hati dalam bergerak karena telur yang mereka jaga dengan mudah bisa pecah. “Menjaga telur hari ini lebih mudah daripada saat mama dan papa menjaga kalian sejak kecil sampai sekarang. Makanya kalian harus menyayangi mama dan papa, dan juga menjaga telur dengan sepenuh hati,” pesan guru kelas P1 Compassion setiap waktu.
Pei Wen menambahkan bahwa Master Cheng Yen mempunyai kata perenungan yang paling diingat oleh anak-anak: Ada dua hal yang tidak dapat ditunda, berbakti pada orang tua dan berbuat kebajikan. “Maka di sini kami mengajarkan anak bahwa anak yang berbakti kepada orang tua adalah anak yang paling diberkati. Jadi kami berharap mereka bisa mengerti susahnya menjadi orang tua, perhatian orang tua terhadap mereka, pengharapan orang tua terhadap mereka, semoga mereka bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, menjadi anak yang diberkati,” tutupnya.
Artikel Terkait
Sehari Menjaga Si Bayi Telur
24 Oktober 2016Kelas Spesial untuk Menyambut Hari Ibu
20 Desember 2024Pada Minggu, 8 Desember 2024 sebanyak 27 Xiao Pu Sha mengikuti Qin Zi Ban (Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) dengan tema “Pendidikan Jasmani: Lahirnya Kehidupan” di Kantor Penghubung Tzu Chi Palembang