Sehat Badan, Sehat Lingkungan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoNuriati dan Ngu Suei dengan mengendarai motor mengambil dan mengumpulkan sampah-sampah daur ulang milik relawan Tzu Chi dan warga lainnya di sekitar Jelambar, untuk dikumpulkan di rumahnya sebelum diambil mobil daur ulang Tzu Chi. |
| ||
Mengubah Sampah Menjadi Emas Hal inilah yang mendorong para relawan Tzu Chi, termasuk Nuriati dan Ngu Suei untuk mengumpulkan, memilah, dan memanfaatkan sampah-sampah daur ulang. Tidak hanya mengumpulkan dari tetangga dan lingkungan tempat tinggal mereka, Nuriati yang sejak tahun 2006 bergabung di Tzu Chi ini juga mengambil dan mengumpulkan sampah-sampah daur ulang dari beberapa toko dan rumah di wilayah Jelambar dan sekitarnya. “Donatur (daur ulang) saya sekarang dah ada 12 orang lebih. Mulai dari rumah tangga, pemilik toko, sampai ke warnet dan rental-rental,” terang Nuriati.
Ket : - Menyusuri lorong demi lorong dilakukan Nuriati dan Ngu Suei demi mengumpulkan sampah daur ulang dari warga di sekitar tempat tinggalnya. (kiri) Mengumpul dari Pengumpul Liana, sang pemilik perusahaan ekspedisi yang juga relawan Tzu Chi ini pun kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. “Dulu sampah dibuang-buang aja. Sekarang dah nggak, saya bilangin ke teman-teman untuk kumpulin sampah daur ulangnya, dan akan saya ambil jika sudah penuh,” katanya. Wanita yang pernah bekerja di Jepang ini bahkan terbilang ”nekad” melobi para pemilik toko di sekitar tempat usahanya untuk mengumpulkan sampah daur ulang. “Untuk mengurangi polusi, agar lingkungan kita bersih dan untuk sumbang DAAI TV juga,” katanya beralasan. Dalam seminggu, cukup banyak sampah yang terkumpul di tempat Liana, dan tugas Nuriatilah untuk menjemputnya dan mengumpulkan di rumahnya bersama sampah-sampah lainnya untuk diambil mobil daur ulang Tzu Chi seminggu sekali.
Ket : - Seminggu sekali, Nuriati dan Ngu Suei mengambil sampah dari rumah para donaturnya. (kiri). Setelah mengucap salam dan berterima kasih, Nuriati dan Ngu Suei pun melanjutkan tugas mereka. Dengan dua karung di tangan kanan dan kiri Ngu Suei, Nuriati tetap lincah mengendarai sepeda motornya menuju rumahnya. Lima menit perjalanan, tibalah mereka di rumah. Kedua karung sampah itu pun segera ditaruh dan disusun bersama tumpukan sampah lainnya di depan rumah Nuriati. Tugas belum selesai. Nuriati kembali men-starter motornya, dan Ngu Suei pun tetap setia di bangku belakang. “Sasaran” mereka kali ini adalah sebuah rental play station yang banyak dikunjungi anak-anak dan remaja. “Di tempat ini banyak gelas-gelas plastik dan kardus minuman,” kata Nuriati dan diamini Ngu Suei. Sama seperti di tempat sebelumnya, begitu motor berhenti, Lili – pemilik rental – segera masuk ke dalam. Tak berapa lama, Lili telah membawa sekarung besar berisi gelas-gelas plastik bekas minuman para pengunjungnya. Di sampingnya juga telah disiapkan setumpuk dus tempat minuman. “Kalau dulu sampah ini saya buang begitu aja, biar pemulung yang ambil. Tapi, belakangan saya lihat kalau di Tzu Chi (dari siaran DAAI TV), sampah-sampah ini bisa digunakan untuk membantu orang-orang yang sakit dan kurang mampu.
Ket : - Dengan sepeda motor, keduanya lincah menyusuri jalan. "Tidak berat, kan ini sampah-sampah plastik," terang Nuriati. (kiri). Lili yang membuka usaha sejak tahun 2000 ini mengaku mulai tergerak untuk menyumbangkan sampah daur ulang ke Tzu Chi sejak dua tahun silam. Waktu itu, Lili yang satu wihara dengan Nuriati merasa tertarik dengan cerita-cerita Nuriati selepas mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di Tzu Chi. “Saya kalau ikut kegiatan (Tzu Chi) kan nggak bisa, jadi ya lewat cara seperti ini saya berpartisipasi. Nggak bisa sumbang tenaga, ya sumbang ini aja,” jelas Lili, “lagipula kalau dijual uangnya nggak seberapa, kalau dikumpulkan oleh Tzu Chi kan uangnya jadi lebih banyak untuk dapat dipakai untuk membantu sesama.” Lili pun tidak merasa telah merampas rezeki para pemulung yang biasa memungut sampahnya. “Rezeki orang kan ada masing-masing. Dibuang kemana pun, yang penting sampah ini bisa dimanfaatkan banyak orang dan juga turut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan,” tegas Lili. Bukan Malu, Tapi Bangga Ibu dua anak ini juga tidak keberatan dan merasa risih dengan banyaknya sampah yang menggunung di teras rumahnya. “Nggak mengganggu. Sampah-sampah ini nggak bau karena kan semuanya sampah kering: kertas, botol plastik dan kardus. Saya nggak masukin sampah yang basah,” terangnya. Suami dan kedua anaknya pun seolah memahami keinginan istri dan ibu mereka, “Suami dan anak-anak nggak keberatan.” Di usianya yang telah menginjak 54 tahun, Nuriati merasa bahwa kegiatan daur ulang ini juga sangat baik untuk kesehatannya. “Ketimbang di rumah nggak ngapa-ngapain, mendingan juga seperti ini, ada olahraganya, ada keluar keringat. Ketimbang duduk dan diam saja badan malah jadi sakit,” ungkapnya. Entah sampai kapan Nuriati akan terus mengumpulkan sampah daur ulang, menjadi orang yang turut andil dalam pelestarian dan menjaga lingkungan, sekaligus berpartisipasi membantu orang lain yang membutuhkan. “Pokoknya selama saya masih sehat, saya akan terus (pergi) daur ulang,” tegas Nuriati. | |||
Artikel Terkait
Kreasi Masakan Vegan yang Tak Kalah Enaknya
02 September 2019Akhir pekan kemarin, 31 Agustus dan 1 September 2019, relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Barat 1 punya acara yang seru di Mal Taman Palem, Cengkareng, Jakarta Barat dalam rangka meramaikan Bulan Tujuh Penuh Berkah. Rangkaian acaranya banyak dan menarik, ada sosialisasi dan doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah, Senam S3 Andrie Wongso, Voice of DAAI, mendongeng, dan lomba serta demo masak masakan vegan.
Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Melalui Titik Pemilahan
05 Oktober 2018Meningkatkan Literasi Berbahasa Mandarin Lewat Pendidikan
10 Februari 2020Kinokuniya Indonesia mendonasikan 1.885 buku berbahasa Mandarin untuk Misi Pendidikan Tzu Chi pada Kamis, 6 Februari 2020. Buku-buku ini akan digunakan oleh Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan Sekolah Tzu Chi Indonesia yang menggunakan tiga bahasa (Indonesia, Inggris, Mandarin) dalam proses pembelajarannya.