Sehat yang Bertumbuh

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari, Aris Widjaja, Lisda, Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

foto Memasuki halaman kantin Aula Jing Si dengan tertib, para seniman bangunan ini mengikuti baksos kesehatan yang diadakah Tzu Chi setiap bulannya.

Bersyukurlah kepada orang yang menerima bantuan kita, karena mereka memberikan kesempatan baik bagi tercapainya pembinaan rasa kasih sayang kita.  (Master Cheng Yen)

Alunan suara musik Tzu Chi berbahasa Indonesia mengiringi langkah para relawan yang telah bersiap siaga di pos masing-masing. Tepat jam 8 pagi, dimulailah sapaan penuh cinta dari seorang relawan pembawa acara, Karim Baharuddin, “Selamat pagi, Shixiong- Shijie !” Dengan antusias para seniman bangunan menjawab sapaannya. Bergetar dengan rasa, Karim pun menjelaskan visi dan misi Tzu Chi. “Tzu berarti memberikan kebahagiaan, Chi berarti menghilangkan penderitaan. Tzu Chi merupakan suatu organisasi amal kemanusiaan yang dipimpin oleh seorang biksuni yang bernama Master Cheng Yen. Tzu Chi memiliki 3 visi, yaitu menyucikan hati manusia, membangun masyarakat yang damai dan sejahtera, dan menghindarkan dunia dari bencana. Dengan misi yang murni, sekarang ini Tzu Chi telah ada di 52 negara,” jelas Karim.

Tzu Chi memiliki 4 misi utama dan 8 jejak langkah, yang terdiri dari misi amal,  kesehatan, pendidikan,  budaya kemanusiaan, pelestarian lingkungan, donor sumsum tulang, relawan komunitas, dan misi bantuan internasional. Di dalam misi pengobatan, Tzu Chi memiliki suatu wadah yang beranggotakan para dokter dari seluruh dunia. TIMA merupakan singkatan dari Tzu Chi International Medical Association yang turut berpartisipasi di dalam misi amal dan misi kesehatan yang dilakukan pada baksos hari itu. Tim TIMA hari itu menurunkan 4 dokter umum, 2 suster, dan 3 dokter gigi. Beberapa apoteker pun turut  berperan serta dan dengan cepat memberikan training kepada para relawan dari He Qi Utara yang membantu di bidang pemberian obat dari resep dan pengemasannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi yang telah dilatih ini membantu tugas-tugas apoteker untuk memilihkan obat yang akan diberikan kepada pasien baksos. (kiri)
  • Karim Baharuddin, relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Utara tengah memberikan penjelasan tentang Tzu Chi kepada para seniman bangunan. (kanan)

Kesehatan Adalah yang Utama
Dengan tubuh yang sehat, para seniman bangunan dapat bekerja secara maksimal sehingga bangunan yang dibuat menjadi sangat bagus dan berkualitas tinggi. Namun ada kalanya para seniman bangunan ini juga terserang penyakit, seperti batuk, flu, pusing, maupun penyakit kulit. Faktor penyebabnya biasanya karena kelelahan, kuman yang ada di sekitarnya dan kurangnya menjaga kebersihan. Agar selalu sehat, diharapkan para seniman bangunan ini mengonsumsi makanan yang sehat dan menjaga kesehatan mereka dengan cukup istirahat, mencuci tangan yang bersih dan berhati-hati dalam bekerja. Makan makanan yang sehat pun harus yang bersih dan bergizi. Bila sakit, para seniman bangunan harus mengetahui semua hal tentang obat agar tidak sembarangan dikonsumsi. Dan yang terpenting adalah cara menggunakan obat. Drg Linda menjelaskan bahwa jika obat berbentuk kapsul atau tablet, diminum dengan air hangat, obat dalam bentuk sirup digunakan sesuai sendok takaran yang telah disediakan, mencuci tangan sebelum menggunakan obat salep, dan selalu menutup kembali wadah setiap jenis obat agar kehigienisan tetap terjaga.

Dialog yang hangat muncul antara relawan Tzu Chi, Ustad Agus Yatim dengan Drg Linda. Beliau menanyakan banyak hal yang kasat mata namun sering terjadi. “Apa bedanya obat herbal dan jamu? Apa itu generik dan paten?, dan mengapa kalau minum antibiotik harus sampai habis?” tanya Ustad Agus. Dengan santai, Drg Linda menjawab bahwa herbal dan jamu sama saja, yang membedakan hanya pengucapannya di kalangan masyakarat. Generik adalah obat yang telah habis masa patennya sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti.  Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal. Obat paten disebut demikian karena ada hak patennya. Obat paten diproduksi melalui penelitian yang bertahap, rumit dan panjang. Setelah melewati berbagai uji laboratorium, uji pada hewan percobaan maupun pada manusia dan terbukti lolos atau memiliki efek terapi yang baik dan efek samping yang minimal, obat ini kemudian dipatenkan. Obat paten sangat mahal karena biaya penelitian yang mencapai puluhan tahun yang memakan biaya sangat besar. Antibiotik harus diminum sampai habis karena apabila tidak dihabiskan akan menyebabkan resistensi atau kekebalan terhadap mikroba patogen yang menyerang tubuh. Jika efek resistensi telah terjadi dikhawatirkan obat tersebut sudah tidak lagi efektif saat terjadi infeksi berikutnya yang membutuhkan antibiotik yang sama.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi memeriksa status pasien sebelum dilakukan pemeriksaan dan tindakan medis oleh dokter. (kiri)
  • Berat badan para seniman bangunan ditimbang untuk melihat sekaligus memantau kondisi kesehatannya selama bekerja di Aula Jing Si. (kanan)

Siapa saja bisa tertular flu. Ini bisa terjadi karena penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin, berbicara, dan lain-lain. Apalagi jika berada di ruangan yang sama dengan penderita. Ada kelompok orang yang disebut berisiko tinggi dengan tertularnya flu, yaitu mereka yang menderita asma, emfisema, bronkitis kronik, bronkiektasi, TBC, atau fibrosis kistik, jantung, anemia, dan mempunyai penyakit atau sedang menjalani terapi untuk menekan kekebalan tubuh. Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi bengkak dan meradang. Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam beberapa minggu. Influenza bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan menjauhi penderita flu. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan vaksin flu— harus digunakan setiap tahun sehubungan dengan seringnya virus flu bereplikasi.

Pada pemeriksaan kali ini, tingkat penyakit flu yang diderita sangat tinggi. Jumlah seniman bangunan yang diperiksa pun mendekati angka 300. Dokter yang memeriksa pun menunaikan tugasnya dengan penuh kebahagiaan, karena mereka diberi kesempatan untuk membantu menjembatani terciptanya benih cinta kasih yang besar di hati mereka. Relawan yang hadir menutup hari terpanjang dalam baksos, yang selesai tepat pada pukul 14.30 WIB. Semua peralatan dan perlengkapan dirapikan, lampu dimatikan, dan dalam rintik hujan yang deras, para relawan saling bersyukur satu sama lain karena telah menjalin jodoh yang baik dengan sesama.

  
 

Artikel Terkait

Kue Bulan Cinta Kasih yang Memikat

Kue Bulan Cinta Kasih yang Memikat

21 September 2016

Untuk memperingati Festival Kue Bulan, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menggelar Bazar Mooncake Cinta Kasih. Bazar yang digelar pada 10 September 2016 ini tak hanya memikat warga Tanjung Balai Karimun saja, tapi juga para turis.

Cinta Kasih di Tengah Pandemi bagi Suku Anak Dalam

Cinta Kasih di Tengah Pandemi bagi Suku Anak Dalam

16 September 2020

Relawan Tzu Chi di Xie Li Jambi 1 kembali melaksanakan kegiatan bakti sosial bagi Suku Anak Dalam. Pada kesempatan baik ini, relawan memberikan 200 masker kain dan 55 paket sembako bagi masyarakat Suku Anak Dam di Desa Tanjung (5/9/2020).

Suara Kasih: Membalas Budi Luhur Orang Tua

Suara Kasih: Membalas Budi Luhur Orang Tua

10 September 2013 Berbakti adalah dasar dari segala kebajikan. Orang yang berbakti dan berhati baik pastilah orang yang sangat menaati peraturan dan bertanggung jawab. Karena itu, berbakti adalah fondasi dasar untuk menjadi orang baik.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -