Sehati dan Sepenanggungan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

foto
Sebanyak 120 orang warga Kelurahan Tikala Baru kembali mengikuti program Solidaritas dan Kepedulian yang diadakan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dalam kegiatan kali ini, fokus yang akan dibersihkan adalah saluran-saluran air yang mampet akibat endapan lumpur yang tebal dan kering.

Jarum jam baru menunjukkan pukul 07.30 WITA, namun kesibukan sudah tampak di Balai Kelurahan Tikala Baru, Kecamatan Tikala, Manado, Sulawesi Utara.  Hari ini, Kamis, 27 Februari 2014, sebanyak 35 relawan Tzu Chi dan 120 orang warga (pria, terbagi dalam 6 kelompok) Tikala Baru akan mengadakan kegiatan bersih-bersih di Lingkungan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, Kelurahan Tikala Baru, Manado. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan Program Solidaritas dan Kepedulian yang telah dilakukan sebelumnya. Titik fokus kegiatan kali ini adalah pembersihan saluran-saluran air (got) yang tersumbat akibat endapan lumpur yang mengeras.

Selain bersih-bersih, relawan dan warga (wanita) juga bekerja sama membersihkan dan kemudian mengecat dinding balai kelurahan Tikala Baru.

Sejak dua hari lalu (25-26 Februari), para relawan berkoordinasi dengan Lurah dan Kepala Lingkungan di wilayah Tikala Baru. Saat itu Lurah Tikala Baru Eva M. Kaunang menyambut baik kedatangan insan Tzu Chi kembali di wilayahnya. Lurah juga untuk mengajak warganya untuk membantu relawan Tzu Chi untuk membagikan kompor yang akan dimulai sejak tanggal 28 Februari – 1Maret 2014.  Lurah berjanji akan mengajak kurang lebih 40 warga untuk menjadi relawan dan membagikan kompor tidak hanya di wilayah kelurahan Tikala Baru, tetapi juga Dendengan Dalam, Pal 4, Perkamil, Banjer, Tikala Ares, Tikala Kumalaka, dan Kampung Arab.

Tergerak dan Terinspirasi
Niat Foni Gumbelani, warga Tikala Baru ini pada awalnya datang ke Kelurahan Tikala Baru adalah untuk mengurus surat keterangan korban bencana. Namun, melihat para relawan Tzu Chi yang saat itu tengah membersihkan dinding balai kelurahan, ia pun tak menampik tatkala diajak untuk turut berpartisipasi. “Mau, soalnya para relawan saja yang jauh-jauh datang mau peduli kepada (warga) Manado, jadi saya pun harus ikut,” kata Foni. Mengutip salah satu semboyan masyarakat Manado, Foni mengatakan, “Torang  (kita) bilang, kelompok sehati, sepikir, dan sepenanggungan.”   

foto  foto

Keterangan :

  • Foni Gumbelani, warga Tikala Baru ini pada awalnya datang ke Kelurahan Tikala Baru adalah untuk mengurus surat keterangan korban bencana. Namun, melihat para relawan Tzu Chi yang saat itu tengah membersihkan dinding balai kelurahan, ia pun tak menampik tatkala diajak untuk turut berpartisipasi (kiri).
  • Hafsah,  warga Kelurahan Banjer ini tak menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih di balai kelurahan, meski yang dibersihkannya bukanlah berada di wilayah tempat tinggalnya. “Daripada duduk-duduk di rumah, lebih baik begini, kerja, berkeringat, dan bermanfaat,” kata Hafsah yang tinggal di Lingkungan 2, Kelurahan Banjer, Kecamatan Tikala (kanan).

 Semua kegiatan ini dilakukan Foni dengan ikhlas dan tanpa pamrih apapun. Jika sebelumnya ia berpartipasi dalam Program Solidaritas dan Kepedulian dan menerima kepedulian insan Tzu Chi, tapi kali ini ia dengan sukarela membantu relawan membersihkan dan mengecat Balai Kelurahan Tikala Baru. “Saya ikhlas, ini juga sudah banyak terima kasih sama yayasan (Buddha Tzu Chi),” ujarnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi bersama warga juga turut membersihkan selokan dan saluran air yang tersumbat. Sebanyak 35 orang relawan Tzu Chi berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari Jakarta, Biak, Medan, Singkawang, dan Manado sendiri (kiri).
  • Untuk melancarkan saluran air yang tersumbat, Tzu Chi juga mengerahkan mobil-mobil penyemprot air, alat berat, dan juga truk untuk mengangkut sampah-sampah ke tempat yang disediakan (kanan).

Senada dengan Foni, Hafsah pun kebetulan melintasi Kantor Kelurahan Tikala Baru sehabis dari Puskesmas di wilayah tersebut. Hafsah pun diajak untuk turut berpartisipasi. Warga Kelurahan Banjer  ini pun tak menolak, meski yang dibersihkannya bukanlah berada di wilayah tempat tinggalnya. Ibu lima orang anak ini bersama-sama dengan relawan dan warga lainnya membersihkan dinding balai kelurahan. “Daripada duduk-duduk di rumah, lebih baik begini, kerja, berkeringat, dan bermanfaat,” kata Hafsah yang tinggal di Lingkungan 2, Kelurahan Banjer, Kecamatan Tikala. Sebelumnya, ada dua orang ibu-ibu yang juga bersamanya, tetapi tatkala mengetahui bahwa kegiatan ini tidak mendapatkan dana solidaritas, mereka pun undur diri. “Kalau saya terus aja, nggak dibayar juga nggak papa,” tegasnya.

Hafsah (43) sebelumnya juga adalah salah satu penerima Program Solidaritas dan Kepedulian yang dilakukan Tzu Chi sebelumnya. Bersama sang suami, Karjo (44), Hafsah merasakan betul manfaat dari program ini. “Ya rumah saat itu kena banjir. Suami juga lagi nggak kerja, jadi bisa buat kebutuhan sehari-hari,”ujarnya. Hafsah sendiri sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci, tetapi karena sakit ia akhirnya berhenti.  “Belum kerja lagi, nanti mau mulai lagi. Kalau kerja seminggu bisa dapat 150 ribu seminggu,” terangnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu kondisi saluran air yang mampet akibat tersumbat lumpur dan sampah. Warga dan relawan harus bekerja ekstra keras membersihkannya (kiri).
  • Kondisi setelah dibersihkan oleh relawan. Program Solidaritas dan Kepedulian ini akan dilakukan selama 2 (dua) hari (25 Februari 2014) (kanan).

Sebagai seorang Muslimah, Hafsah sangat terkesan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi yang peduli kepada korban banjir di Manado, dengan tidak memandang suku, ras, dan agama. “Alhamdulillah ada bantuan dari yayasan, sehingga bisa membantu meringankan beban warga.”

Memberi bantuan kepada warga yang terkena musibah adalah langkah awal bagi insan Tzu Chi dalam meringankan derita para korban. Langkah kedua adalah memberikan semangat dan motivasi kepada mereka untuk memulihkan semangat dan kehidupan mereka. Dan alangkah indahnya jika setiap langkah dan jejak cinta kasih Tzu Chi ini bisa tertanam di dalam batin warga dan menginspirasi mereka untuk turut berbagi kepada sesama. Tentunya dengan keikhlasan dan kemampuan mereka.

Artikel Terkait

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -