Sehati dan Sepenanggungan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
|
||
Selain bersih-bersih, relawan dan warga (wanita) juga bekerja sama membersihkan dan kemudian mengecat dinding balai kelurahan Tikala Baru. Sejak dua hari lalu (25-26 Februari), para relawan berkoordinasi dengan Lurah dan Kepala Lingkungan di wilayah Tikala Baru. Saat itu Lurah Tikala Baru Eva M. Kaunang menyambut baik kedatangan insan Tzu Chi kembali di wilayahnya. Lurah juga untuk mengajak warganya untuk membantu relawan Tzu Chi untuk membagikan kompor yang akan dimulai sejak tanggal 28 Februari – 1Maret 2014. Lurah berjanji akan mengajak kurang lebih 40 warga untuk menjadi relawan dan membagikan kompor tidak hanya di wilayah kelurahan Tikala Baru, tetapi juga Dendengan Dalam, Pal 4, Perkamil, Banjer, Tikala Ares, Tikala Kumalaka, dan Kampung Arab. Tergerak dan Terinspirasi
Keterangan :
Semua kegiatan ini dilakukan Foni dengan ikhlas dan tanpa pamrih apapun. Jika sebelumnya ia berpartipasi dalam Program Solidaritas dan Kepedulian dan menerima kepedulian insan Tzu Chi, tapi kali ini ia dengan sukarela membantu relawan membersihkan dan mengecat Balai Kelurahan Tikala Baru. “Saya ikhlas, ini juga sudah banyak terima kasih sama yayasan (Buddha Tzu Chi),” ujarnya.
Keterangan :
Senada dengan Foni, Hafsah pun kebetulan melintasi Kantor Kelurahan Tikala Baru sehabis dari Puskesmas di wilayah tersebut. Hafsah pun diajak untuk turut berpartisipasi. Warga Kelurahan Banjer ini pun tak menolak, meski yang dibersihkannya bukanlah berada di wilayah tempat tinggalnya. Ibu lima orang anak ini bersama-sama dengan relawan dan warga lainnya membersihkan dinding balai kelurahan. “Daripada duduk-duduk di rumah, lebih baik begini, kerja, berkeringat, dan bermanfaat,” kata Hafsah yang tinggal di Lingkungan 2, Kelurahan Banjer, Kecamatan Tikala. Sebelumnya, ada dua orang ibu-ibu yang juga bersamanya, tetapi tatkala mengetahui bahwa kegiatan ini tidak mendapatkan dana solidaritas, mereka pun undur diri. “Kalau saya terus aja, nggak dibayar juga nggak papa,” tegasnya. Hafsah (43) sebelumnya juga adalah salah satu penerima Program Solidaritas dan Kepedulian yang dilakukan Tzu Chi sebelumnya. Bersama sang suami, Karjo (44), Hafsah merasakan betul manfaat dari program ini. “Ya rumah saat itu kena banjir. Suami juga lagi nggak kerja, jadi bisa buat kebutuhan sehari-hari,”ujarnya. Hafsah sendiri sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci, tetapi karena sakit ia akhirnya berhenti. “Belum kerja lagi, nanti mau mulai lagi. Kalau kerja seminggu bisa dapat 150 ribu seminggu,” terangnya.
Keterangan :
Sebagai seorang Muslimah, Hafsah sangat terkesan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi yang peduli kepada korban banjir di Manado, dengan tidak memandang suku, ras, dan agama. “Alhamdulillah ada bantuan dari yayasan, sehingga bisa membantu meringankan beban warga.” Memberi bantuan kepada warga yang terkena musibah adalah langkah awal bagi insan Tzu Chi dalam meringankan derita para korban. Langkah kedua adalah memberikan semangat dan motivasi kepada mereka untuk memulihkan semangat dan kehidupan mereka. Dan alangkah indahnya jika setiap langkah dan jejak cinta kasih Tzu Chi ini bisa tertanam di dalam batin warga dan menginspirasi mereka untuk turut berbagi kepada sesama. Tentunya dengan keikhlasan dan kemampuan mereka. |
|||