Sejarah Dalam Goresan Tulisan
Jurnalis : Beh Guat Ngo, Indrawati Widjaja (He Qi Pusat), Fotografer : Indra Gunawan (He Qi Utara 2), Agus Darmawan (He Qi Barat 2)Setelah kurang lebih tiga tahun tidak berkumpul bersama, kegiatan ini juga dimanfaatkan relawan ZSM untuk mengabadikan kebersamaan mereka.
Laksana menulis sebuah diary kehidupan, relawan Zhen Shan Mei (Dokumentasi) Tzu Chi juga menorehkan setiap jejak cinta kasih Tzu Chi di setiap kegiatan. Agar aktivitas mengukir (merekam dan mencatat) jejak cinta kasih insan Tzu Chi kelak dapat menjadi motivasi dan panutan bagi relawan lainnya, mendorong He Xin Zhen Shan Mei (ZSM) Indonesia untuk menghadirkan Writing Workshop dengan tema Dear Diary pada Sabtu, 25 Maret 2023. Kegiatan dimulai pukul 09.00 -12.00 WIB di Ruang Galeri DAAI, Gedung DAAI, LT. 1, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Dihadiri sekitar 77 peserta beserta panitia.
Aris Widjaja, selaku PIC Utama dari workshop ini menyampaikan tujuan diadakannya kegiatan ini, ”Agar semua relawan bukan hanya menjalankan misi ya, tapi mereka punya kemampuan untuk mencatat, mendokumentasi apa yang telah dilakukan, dan bisa men-sharing-kan kepada yang relawan lainnya.”
Aris Widjaja (kiri), PIC kegiatan ini mengatakan jika tujuan diadakannya workshop ini adalah agar semua relawan selain berkegiatan Tzu Chi juga dapat mendokumentasikan jejak kebajikan ini.
Aris mengharapkan agar semua relawan memahami pentingnya mencatat sejarah. Menurutnya, jika kita melakukannya, mencatatnya, hal-hal ini akan terus berlanjut, dan akan menginspirasi yang lain. “Seperti halnya Shang Ren (Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi), beliau di Taiwan dan tidak pernah keluar negeri, tapi Shang Ren bisa mendapatkan berita-berita kebajikan, kebaikan, hal-hal yang telah dilakukan oleh relawan-relawan (di seluruh dunia), itu karena ada catatan-catatan, yang dibuat oleh setiap relawan,” kata Aris menjelaskan. Ia berharap prinsip Ren Ren Zhen Shan Mei (setiap relawan Tzu Chi adalah relawan Zhen Shan Mei) bisa terwujud dan benar-benar bisa dilaksanakan bersama.
“Untuk target peserta adalah setiap relawan dari setiap badan misi, atau setiap relawan yang aktif menjalankan kegiatan Tzu Chi, bukan hanya dari fungsional ZSM. Semua relawan mampu dan bisa melakukan pencatatan dokumentasi jejak cinta kasih yang sudah dilakukan,”pungkas Aris.
Stephen Ang, He Xin Zhen Shan Mei memberikan motivasi kepada para peserta worskhop tentang pentingnya mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.
Workshop ini dikemas bagi relawan Tzu Chi pemula yang hendak bersumbangsih mencatat setiap jejak cinta kasih. "Komunitas begitu banyak kegiatan, relawan penuh dengan sukacita bisa berbagi dan bersumbangsih, tapi jika rasa haru dan bahagia hanya tersimpan di diri sendiri, lama-kelamaan memudar seakan tidak pernah ada kejadian tersebut,” kata Stephen Ang, He Xin ZSM ketika membuka workshop. “Dan juga, bagaimana jika ada beberapa kegiatan sekaligus, tapi relawan ZSM-nya terbatas. Akan ada beberapa kegiatan terlewatkan begitu saja yang mungkin saja bisa menginspirasi, dan itu akan terlewatkan. Ingat, peran ZSM bukan di satu atau dua orang saja, tetapi juga semua relawan karena kesungguhan hati adalah profesionalitas," tambah Stephen Ang memotivasi.
Kartini, relawan ZSM dari komunitas He Qi Utara 2 membawakan materi Dear Diary. Lewat cara yang sederhana ini diharapkan bisa mendorong para relawan untuk mulai mencatat dan mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.
Pemateri utama workshop kali ini adalah Kartini, relawan ZSM dari komunitas He Qi Utara 2. Kartini membawakan materi Dear Diary, dengan mengajak para peserta untuk membuat kerangka tulisan lebih dulu untuk memudahkan pengembangan sebuah kisah. Metode penulisan 5 W 1 H (What When why Who Where How) yang umum dipakai untuk menggali pertanyaan menjadi unsur utama dalam pembuatan tulisan. Untuk lebih memudahkan relawan mengingatnya, 5 W 1 H ini bisa diubah dengan ADIKSIMBA (Apa, Dimana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana).
Setelah memberikan contoh penulisan 5 W 1 H, Kartini mengajak para peserta mencari satu foto di galeri untuk dibuat kisahnya. “Dari sebuah foto, kita bisa menceritakan cerita di dalam foto tersebut, salah satu caranya dengan menggunakan metode ini,” kata Kartini.
Sutini (kanan) membawakan talkshow dengan narasumber Susi Christine (kiri). Susi menceritakan pengalamannya selama mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi. Keduanya merupakan relawan ZSM dari komunitas He Qi Pusat.
Agar workshop lebih hidup, sesi talk show juga menghiasi kegiatan ini, dengan pembicara Susi Christine, relawan ZSM di komunitas He Qi Pusat. "Perbedaan menulis diary biasa dengan penulisan untuk Tzu Chi yaitu prinsip Zhen Shan Mei (Benar, Bajik, Indah) dan budaya humanis dalam penerapannya, baik dalam proses peliputan maupun penulisan. Menulis untuk Tzu Chi, selain indah, juga harus benar, tidak boleh dengan asumsi penulis sendiri. Yang ditulis adalah apa yang kita lihat dan rasakan,” kata Susi menjawab pertanyaan salah satu peserta, “jika menulis diary tentu boleh secara suka-suka dan banyak bumbu-bumbunya (asumsi), tapi menulis untuk kisah Tzu Chi harus sesuatu yang nyata.”
Selain diikuti oleh relawan-relawan baru, workshop ini juga diikuti oleh relawan Tzu Chi yang sudah cukup senior, Hok Lay. Menurut Hok Lay, sebagai relawan di misi amal, kemampuan menulis kisah sangat penting bagi setiap relawan.
Salah satu contoh penerapan budaya humanis dalam merekam jejak cinta kasih Tzu Chi dalam hal foto antara lain harus ada kontak mata antara penerima dan pemberi bantuan, pengambilan foto pun harus tepat tidak membelakangi kamera karena akan kurang indah dilihat, serta meminta izin dahulu sebelum mendokumentasikan.
Di antara para peserta workshop, hadir relawan Komite Tzu Chi Johnny Chandrina. Di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua He Qi Tangerang dan He Xin Pelestarian Lingkungan, Johnny masih menyempat diri mengikuti kegiatan ini. “Saya pikir bagus ya, workshop-workshop seperti ini kan bagus. Materi yang disampaikan demikian ringan, diberikan contoh-contoh juga, talkshow narasumber, membuat orang jadi tertarik (untuk menulis), selanjutnya tinggal semangat dan kesungguhan mereka untuk menulis,” kata Johnny.
Di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua He Qi Tangerang dan He Xin Pelestarian Lingkungan, Johnny masih menyempatkan diri mengikuti kegiatan ini. “Saya pikir bagus ya. Materi yang disampaikan demikian ringan, diberikan contoh-contoh juga, talkshow narasumber, membuat orang jadi tertarik (untuk menulis), selanjutnya tinggal semangat dan kesungguhan mereka untuk menulis,” kata Johnny.
Dari workshop ini, diharapkan setiap relawan yang hadir di kegiatan Tzu Chi bisa mendokumentasikan (foto dan menulis), karena setiap orang adalah pencatat sejarah yang bisa menginspirasi sesama. Menulis itu mudah! Menulislah dengan cinta kasih. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Jangan meremehkan diri sendiri karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga."
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Biarkan Foto Berbicara
25 Mei 2023Pelatihan Foto dengan tema Biarkan Foto Berbicara ini diisi oleh para pemateri yang merupakan relawan Zhen Shan Mei yang sudah lama aktif dan sangat memahami teknik fotografi dan budaya humanis Tzu Chi.
Menjalin Keakraban dengan Generasi Muda Lewat Kelas Fotografi
08 Juni 2022Relawan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Medan mengadakan kelas Seni Fotografi Instagramable untuk masyarakat umum, Minggu 1 Juni 2022. Kelas ini sebagai wujud sumbangsih kepada generasi muda yang mempunyai aspirasi di bidang foto.
Menyertakan Dharma Dalam Merekam Sejarah
18 Juli 2018Pada
Minggu, 15 Juli 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Pelatihan bagi
relawan Zhen Shan Mei. Kegiatan ini
pun diikuti oleh 30 orang relawan.