Sejarah “Sutra Bakti Seorang Anak” (Bag. III)

Jurnalis : Indrawan (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi Timur)
 
 

foto
Meski sang anak telah menyakiti hati orang tuanya, orang tua tetap mencintai dan melindungi anaknya.

Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada kumpulan besar itu, "Kalian semua harus mengerti dan mengetahui ini, sekarang akan Ku jelaskan beberapa segi dari hal ini." "Bila seseorang memikul ayahnya dengan bahu kirinya dan ibunya dengan bahu kanannya dan oleh karena beratnya menembus tulang sumsumnya sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu karena beban berat mereka, dan anak tersebut mengelilingi Puncak Sumeru selama seratus ribu kalpa lamanya, sehingga darah yang mengucur membasahi pergelangan kakinya, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya.

"Bila seorang anak selama waktu satu  kalpa yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badannya demi memberi makan kedua  orang tuanya dan ini diperbuatnya sebanyak debu yang dilalui dalam per-jalanan ratusan ribu kalpa, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tuanya." "Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencungkil kedua belah matanya dan mempersembahkannya kepada Tathagata, dan terus dilakukannya hingga beratus-ratus ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi ayah dan ibunya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Bila seorang anak yang demi orang tua-nya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi orangtuanya, menghancur kan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Jika seorang anak demi orangtuanya, menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuhnya, dan hal ini dilakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas budi baik yang besar dari orang tuanya"."Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, dalam keadaan terbakar mempersembahkan tubuhnya kepada Buddha, dan melakukannya selama ratusan ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas jasa kebajikan dari orang tuanya".

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Sang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua, tulislah sutra ini untuk mereka , Kumandangkanlah sutra ini untuk mereka, bertobatlah atas pelanggaran pelanggaran dan kesalahan kesalahan demi mereka. Untuk kepentingan orang tua berikanlah persembahan kepada Sang Triratna, demi orang tua patuhlah kepada perintah untuk hanya memakan makanan suci dan bersih. Demi orang tua biasakanlah berdana dan mencari keberkahan, Bila engkau dapat melakukan ini engkau adalah anak yang berbakti, Bila engkau tidak melakukannya, engkau adalah orang yang akan menuju pada alam sengsara.”

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda,” Bila seseorang tidak berbakti ketika hidupnya berakhir dan badannya membusuk, dia akan jatuh kedalam neraka avici yang tidak terbatas. Neraka yang besar ini kelilingnya delapan puluh ribu yojana, dan dikelilingi dinding besi pada keempat sisinya. Diatasnya ditutup oleh jaring jaring dan lantainya juga terbuat dari besi. Api akan membakar dengan berkobar kobar, sementara itu petir bergemuruh dan sambaran kilat yang berapi api akan membakar. Perunggu yang cair dan cairan besi akan disiramkan keatas badan orang – orang yang bersalah.

foto   foto

Keterangan :

  • Sang anak sering lupa akan budi baik orang tuanya sehingga memperlakukan mereka dengan kasar (kiri).
  • Ketika anak sadar dan ingin membalas budi baik orang tua, terkadang orang tua sudah meninggal dan terlambat (kanan).

Anjing – anjing perunggu dan ular ular besi terus menerus memuntahkan api dan asap yang membakar orang – orang bersalah an memanggang badan dan lemaknya hingga menjadi bubur” “Oh, penderitaan yang hebat! sukar menahankannya, sukar menanggungkannya, Ada galah , pengait, lembing- lembing, tombak – tombak besi dan rantai besi, pemukul – pemukul dari besi dan jarum – jarum besi. Roda – roda dari pisau besi turun bagai hujan dari udara. Orang yang bersalah itu dicincang, dipotong atau ditikam dan mengalami hukuman – hukuman yang mengerikan ini selama berkalpa – kalpa tidak henti – hentinya. Kemudian mereka memasuki neraka berikutnya, dimana kepala mereka akan ditutupi dengan mangkok -mangkok yang panas sekali, sedangkan roda – roda besi akan menggilas badan mereka secara mendatar dan tegak lurus sehingga perut mereka pecah dan daging seta tlang tulangnya menjadi lebur. 
Dalam satu hari mereka akan mengalami beribu ribu kelahiran dan kematian. Penderitaan – penderitaan yang demikian adalah akibat melakukan kelima perbuatan jahat dan karena tidak berbakti selama seseorang masih hidup.

Pada waktu itu, Setelah mendengar Hyang Buddha membicarakan sutra tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dengan sedihnya dan berkata kepada Tathagata, ” Pada hari ini, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?” Hyang Buddha berkata “Wahai siswa siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan kebaikan mereka, maka demi mereka salinlah sutra ini, bila sesungguhnya membalas kebaikan mereka.

Bila seseorang dapat menyalin satu saja, maka ia akan melihat satu Buddha, Bila seseorang dapat menyalin sepuluh buku maka ia akan melihat 10 Buddha, Bila seseorang dapat menyalin seratus, maka ia akan bertemu dengan 100 Buddha, Bila seseorang menyalin 1000, maka ia akan melihat 1000 Buddha, Bila seseorang dapat menyalin 10.000, maka ia akan melihat 10.000 Buddha. Inilah kekuatan yang diperoleh bila orang orang saleh menyalin sutra, semua Buddha akan selamanya melindungi orang yang demikian itu dan dapat segera menyebabkan orang – orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan – penderitaan mereka.

Pada ketika itu, Ananda dengan agung dan perasaan damai, bangkit dari tempat duduknya dan bertanya kepada Hyang Buddha, “Hyang Bhagava, apakah nama sutra ini bila kami mengikutinya dan menjaganya? Hyang Buddha berkata kepada Ananda, sutra ini disebut “sutra kasih yang mendalam dari orang tua dan kesulitan membalasnya” pakailah nama ini bila engkau mengikutinya dan menjaganya.”

Pada ketika itu, kumpulan besar itu, Dewa Dewa, Manusia Manusia, Asura, dan lain lainnya, mendengar apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha, betul betul merasa gembira. Mereka mempercayainya, menerimanya dan menyesuaikannya dengan tingkah laku mereka dan kemudian menunduk hormat dan berlalu. (selesai)

 

 
 

Artikel Terkait

Paket Lebaran 2022: Aksi Bersama untuk Sesama

Paket Lebaran 2022: Aksi Bersama untuk Sesama

26 April 2022

Tzu Chi Bandung membagikan 3.500 Paket Lebaran 2022 untuk warga di Kecamatan Andir dan Batujajar pada 17 April 2022. Paket lebaran berisi beras, minyak goreng, gula, dan 20 lembar masker medis.

Suara Kasih:  Mengikis Karma Buruk

Suara Kasih: Mengikis Karma Buruk

21 Mei 2013 Kita sering berkata bahwa kita membina diri dan berbuat baik demi menghimpun hutan pahala.  Akan tetapi, saat timbul sedikit kegelapan batin dan kebencian, maka api kebencian ini bisa membakar seluruh hutan pahala kita.
Menggalang Hati Warga Panipahan

Menggalang Hati Warga Panipahan

04 Januari 2021
Jalinan jodoh warga panipahan dengan Tzu Chi dimulai pada tahun 2016, saat pertama kali relawan Tzu Chi Tebing Tinggi melakukan tanggap darurat kebakaran. Kemudian pada tahun 2019 dan tahun 2020 relawan juga melakukan tanggap darurat kebakaran di sana. Hal itulah yang menyentuh hati warga Panipahan melihat relawan yang cepat sampai ke lokasi untuk meringankan kesusahan warga. 
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -