Sekolah Tzu Chi Tak Bedakan Suku, Agama

Jurnalis : -, Fotografer : -



KOMPAS.com - Tzu Chi School, sekolah yang didukung pengusaha Indonesia merupakan sekolah yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku dan etnis. Sekolah ini menjadikan empat sifat mulia yaitu “kasih sayang, belas kasih, sukacita, dan keikhlasan bersumbangsih” sebagai semboyan sekolah.

Lokasi sekolah yang diresmikan 10 Juli 2011 ini sangat strategis, berada di pintu keluar Tol Kapuk (dari tol Bandara Soekarno Hatta) sehingga mudah dijangkau. Gedung Primary dan Kindergarten Tzu Chi School memiliki total luas bangunan 2,2 hektar, terletak di kompleks Tzu Chi Centre di atas tanah seluas 10 ha yang juga peruntukan bagi Aula Jing Si (pusat kegiatan Tzu Chi Indonesia).

Bangunan Sekolah Tzu Chi sendiri terdiri dari dua bangunan utama ; Gedung TK memiliki luas bangunan 8.099 m2 terdiri 37 ruangan dan Gedung SD luas bangunannya 25.850 m2 terdiri dari 115 ruangan, semua dilengkapi juga dengan sarana penunjang dan fasilitas pendidikan lainnya.

Sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar seperti kolam renang anak-anak, ruang upacara minum teh, ruang merangkai bunga, ruang musik, Gymnassium, Lab Komputer, Lab Science, Lab. Bahasa, perpustakaan yang luas dan lengkap dilengkapi dengan internet, ruangan kelas yang dilengkapi dengan interactive white board, dll, telah tersedia dengan baik.

Lingkungan sekolah ditanami dengan banyak tanaman hijau untuk mendekatkan murid dengan alam serta memiliki open space bagi tempat bermain murid yang cukup luas. Keunggulan secara sumber daya manusia. Tenaga pendidik dan kependidikan yang professional baik dari dalam maupun dari luar negeri sesuai kompetensinya masing-masing sehingga proses belajar mengajar dan manajemen penyelenggaraan sekolah akan berjalan dengan baik dan terjaga mutunya.

Penerapan nilai-nilai sopan santun dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.

Keunggulan secara kurikulum dan kultur sekolah ini adalah menggunakan kurikulum nasional yang diperkaya dengan CIPP ( Cambridge International Primary Program) untuk level Primary.

Tzu Chi School adalah Trilingual School menggunakan Bahasa Indonesia, Mandarin dan English, dimana Mandarin dan English merupakan bahasa utama dalam pelajaran dan dalam komunikasi sehari-hari. Menggunakan Native Speaker dari negara yang sesuai dengan bahasa asing yang diajarkan sehingga murid bisa berbahasa asing dengan baik dan benar

Kelas budaya humanis menjadi ciri khas Tzu Chi School, menanamkan sikap bersyukur dan menghormati, dan welas asih. Sekolah Tzu Chi menerapkan cara berpikir dan praktik langsung dalam pengajaran kata perenungan dan menerapkan nilai-nilai sopan santun dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari. Siswa Tzu Chi harus menghormati guru dan orang yang lebih tua, meningkatkan etika dan akhlak yang lebih baik. Sekolah ini juga mengajarkan pemilahan sampah untuk digunakan kembali dan mengajarkan pada murid hendaknya menyadari, menghargai, dan menciptakan berkah.

Tzu Chi School yang akan memulai tahun ajaran baru 2011-2012 di tanggal 11 Juli 2011 ini, telah memiliki total jumlah murid dari kelas Early Childhood sampai Primary 3 kurang lebih 500 murid. Jumlah murid ini telah memenuhi target kapasitas murid untuk tahun pertama ini dan bahkan masih banyak calon murid yang tidak mendapatkan tempat di tahun ini. Untuk tahun depan, Tzu Chi School menargetkan total kurang lebih 900 murid di level Early Childhood dan Primary.

Tzu Chi School memiliki keyakinan menjadi sekolah terbaik di Indonesia, yang menghasilkan murid-murid berbudi pekerti luhur serta memiliki kemampuan akademis yang berdaya saing global, yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Filosofi Tzu Chi
Sekolah Tzu Chi memiliki cta-cita luhur membentuk manusia berguna dengan empat prinsip yaitu membimbing dengan prinsip kebenaran, membina dengan akhlak yang mulia, mendidik dengan perilaku penuh tata krama, mewariskan jalan kebenaran.

Tzu Chi memberikan pendidikan akademik dan pendidikan budi pekerti secara bersamaan. Membina bidang keilmuan dan moralitas berlandaskan budaya humanis agar para siswa menjadi tenaga profesional yang memiliki kasih sayang dan berbudi luhur. Juga memegang landasan “budi pekerti dan ilmu pengetahuan” yang direalisasikan dalam budaya humanis dan pengabdian; berusaha dengan sungguh-sungguh dan giat untuk terus meningkatkan kemampuan agar sasaran dalam membentuk manusia seutuhnya dapat tercapai.

Misi Tzu Chi mengembangkan pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya yang berhati-nurani, memiliki kemampuan yang bajik, dan memiliki pikiran serta pandangan yang benar, meletakkan dasar bagi sebuah pendidikan berjenjang lengkap yang bertujuan membentuk sumber daya manusia yang berdaya guna baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, serta membentuk sumber daya yang berkompeten dan berakhlak baik.

Tzu Chi menyelenggarakan “pendidikan kehidupan” dengan pengelolaan yang berpegang teguh pada cinta kasih dan sistem yang berlandaskan aturan moralitas. Menyelenggarakan pendidikan berbudaya humanis, dengan menerapkan ajaran empat sifat mulia: “kasih sayang, belas kasih, sukacita, dan keikhlasan bersumbangsih” serta membentuk sikap hidup yang “tulus, lurus, berkeyakinan, dan murni”. Serta menerapkan pendidikan yang berwawasan luas, agar tekad luhur untuk menjernihkan hati manusia dan menciptakan masyarakat yang damai tenteram dapat terus berlanjut.


52 negara
Yayasan Buddha Tzu Chi adalah sebuah NGO yang telah terdaftar di PBB, didirikan Master Cheng Yen pada tahun 1966. Berpusat di Hualien, Taiwan, saat ini Tzu Chi berdiri di 52 negara. Kegiatan Tzu Chi terfokus pada empat misi utama, dari misi amal sosial, misi kesehatan, misi pendidikan, sampai misi budaya humanis.

Selain itu kegiatan Tzu Chi juga dijalankan dalam empat misi turunan, yaitu bantuan internasional, donor sumsum tulang belakang, relawan komunitas, dan misi pelestarian lingkungan.

Merencanakan masa depan sebuah bangsa berarti membangun pendidikan bagi anak-anak. Karena itu pendidikan yang terbaik harus selalu diupayakan bagi anak-anak kita. Untuk itulah Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen mulai merintis misi pendidikan pada tahun 1989 di Taiwan. Pendidikan yang diberikan Tzu Chi adalah pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, namun juga mengajarkan tentang nilai-nilai humanis yang mengandung unsur bersyukur, menghormati dan mencintai sesama dan lingkungan.

Berkenaan dengan pendidikan, Master Cheng Yen pernah memberikan arahan dengan penuh cinta kasih, “Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang bertujuan menjernihkan hati manusia. Pendidikan yang terselenggara dengan baik merupakan harapan bagi masyarakat, dan terlebih lagi merupakan kekuatan yang dapat menenteramkan hati.”

Arahan Master ini selaras dengan pesan Mendiknas Moh Nuh dalam pidato beliau pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional, "Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan, karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya. (Sumber: www.kompas.com)

 
 

Artikel Terkait

Baksos Degeneratif: Wujud Cinta Kasih Tzu Chi untuk warga Palmerah

Baksos Degeneratif: Wujud Cinta Kasih Tzu Chi untuk warga Palmerah

10 September 2024

Relawan dan Tim Medis Tzu Chi kembali mengadakan Baksos Kesehatan Degeneratif di Palmerah, Jakarta Barat. Tim Medis dari Puskesmas Palmerah juga turut mendukung kegiatan ini.

Kasih untuk Kakek Munadi

Kasih untuk Kakek Munadi

21 Agustus 2009 Penderita stroke ini rata-rata sudah berusia lanjut dan mengalami kesulitan berjalan akibat lumpuh, seperti yang dialami oleh Munadi. Pria sebatang kara yang berusia 60 tahun ini sudah sekitar 5 tahun mengalami kelumpuhan akibat serangan stroke. Pria ini hidup sendirian di sebuah gubuk sederhana di pinggiran sebuah kebun di kawasan Karangrejo Sawah, Surabaya.
Tulus Berbuat Kebaikan Selagi Mampu

Tulus Berbuat Kebaikan Selagi Mampu

25 Juni 2015 “Berawal dari anak saya yang menjalani operasi hernia tahun 2004 dan butuh darah. Saat itu sulit sekali mencari pasokan darah yang tersedia. Saya benar-benar sangat khawatir tapi bersyukur akhirnya anak saya mendapatkan darah yang dibutuhkan," ujar Emma, salah satu pendonor.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -