Sekuntum Bunga dan Secangkir Teh Manis
Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo, Lo Wahyuni (He Qi Utara)Cahyadi (kiri) sangat menjiwai perannya sebagai anak berandal yang melawan orangtua pada Bab Kesalahan Anak
Di penghujung tahun 2014 ini, berdekatan dengan hari ibu nasional yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2014, komunitas He Qi Utara mengadakan pementasan drama “Sutra Bakti Seorang Anak”. Acara ini berlangsung tanggal 14 Desember 2014 bertempat di lantai 3 Aula Jing Si PIK. Mengusung tema “A Happy Family Day” acara dimulai jam 10 pagi. Menyesuaikan tema acara, terlihat banyak keluarga yang memakai pakaian yang senada, ada mama yang memakai kaos dengan tulisan Mother diiringi dengan sang papa ”Father” dan anak-anaknya “Daughter,” “Son”.
Salah satu adegan dari pementasan drama ini adalah pada Bab Kesalahan Anak, bab ini menceritakan kesalahan anak yaitu melawan orangtua. Tokoh anak yang memerankan peran ini sangat menjiwai karakter dengan menggerakkan tubuh serta didukung oleh ekspresi wajah. Tokoh tersebut adalah Cahyadi, salah satu siswa dari sekolah Dharma Suci. Ia memerankan anak berandal yang setelah ditangkap oleh polisi masih melawan orang tua. “Sebenarnya tidak ada rencana untuk mengikuti drama ini, tapi pas hari minggu ketika saya menghubungi teman saya, ternyata teman-teman sedang latihan drama di Jing Si Books & Café Pluit, saya pun berkunjung dan diajak menjadi salah satu pemain,” cerita Cahyadi. Awalnya peran yang dimainkan adalah sebagai salah satu pemain latar, namun ternyata teman yang memerankan anak berandal ini berhalangan karena sakit sehingga peran tersebut diberikan kepadanya. “Dengan menjadi bagian dalam drama sutra bakti ini saya diingatkan kembali, orangtua sangat penting dalam hidup ini. Terima kasih mama, walaupun saya tidak bisa bicara langsung saya sayang mama, saya mau berjuang untuk mama,” imbuh Cahyadi dengan percaya diri mengungkapkan isi hatinya. Ia juga bercerita bahwa mamanya selalu mengatakan tidak usah membalas budinya, tetapi ia mempunyai harapan ingin membiayai mama mengunjungi benua Eropa.
Dengan ikut berperan dalam pementasan drama Sutra Bakti ini, Cahyadi merasakan bahwa orangtua sangat penting dalam kehidupan ini
Dari Bab Sepuluh Budi Luhur dan Bab Kesalahan Anak, drama ini dibagi menjadi 17 bagian kecil dan tiap bagian itu terdapat PIC-nya masing-masing. Salah satu PIC adalah Tjoeng Mimi Shijie. Menurut penuturannya, pementasan ini sudah dipersiapkan sejak 2 bulan lalu, proses latihannya seminggu sekali. Ia mengaku salah satu kesulitannya adalah mengatur jadwal latihan karena tidak semuanya dapat mengikuti latihan yang sudah dijadwalkan. “Sebagian dari pemain berusia muda, masih banyak yang kuliah, saya harus memahami mereka, apabila salah satu dari mereka tidak dapat mengikuti latihan, sayalah yang sementara mengisi perannya.” ujar Mimi. Mengenai kostum pemain, Mimi Shijie menyadari bahwa anak muda sekarang jarang menonjolkan budaya Indonesia, karena itu ia lebih memilih kebaya dan batik daripada gaun dan jas. Dan memang kostum inilah yang paling menarik perhatian dari keseluruhan bagian drama yang dimainkan. Selama menjadi PIC, banyak suka duka yang dialaminya. Semua pemain adalah bagian dari tim, karena itu dengan sikap saling memahami dan toleransi, semua akan menjadi indah.
Ada satu sikap dan cara berpikir Mimi Shijie yang cukup luas dan bijaksana. Menurutnya, memang pada kenyataannya ada anak yang durhaka, setelah menikah akan berubah, ini pelajaran untuk anak muda. Tetapi dengan bijaksana ia berkata lagi, “Tidak semua mama itu baik, tidak semua anak itu durhaka, menjadi orangtua yang baik sama sulitnya menjadi anak yang berbakti. Semua anak lahir hanya membawa karma, sebagai orangtua tidak boleh terlalu menuntut, tidak semua kesalahan ada pada anak.” Keharmonisan sebuah keluarga bukan hanya menuntut anak berbakti pada orang tua, namun di pihak orang tua juga hendaknya bisa belajar menjadi orangtua yang sebagaimana mestinya.
Mimi Shijie (kanan) yang merupakan salah satu PIC Babak, belajar dalam sebuah tim dibutuhkan sikap saling memahami dan toleransi
Kala Mimi Shijie sedang bercerita, tanpa terasa air matanya juga menetes karena ia teringat anaknya pernah memberikan bunga, coklat dan buku “Teladan Cinta Kasih”, ini membuatnya sangat terharu. ”Saya bukanlah mama yang berhasil tetapi saya cukup bangga karena kedua anak saya sudah ikut (bergabung di) Tzu Chi,” harunya. Ia juga menyarankan agar setiap orang dapat memberikan sekuntum bunga dan secangkir teh manis sebagai simbol bakti kepada orangtua. Ia yakin pemberian sederhana namun bermakna seperti ini pasti dapat membahagiakan orang tua yang menerimanya. Master Cheng Yen juga mengatakan dalam hidup ini ada dua hal yang tidak bisa ditunda, berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan.