Selalu Ada Jalan untuk Sembuh

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 

fotoAgus Purwanto tak merasa cemas dan khawatir meski baru pertama kali mendonorkan darahnya. Setelah putranya memperoleh bantuan dari Tzu Chi, kini Agus merasa dia pun harus bisa membantu orang lain, salah satunya melalui donor darah.

Dengan langkah mantap, Agus Purwanto mendatangi meja pemeriksaan tim medis PMI Cabang Tangerang.  Tidak terlihat sama sekali kecemasan ataupun ketakutan di wajahnya, meski ini merupakan donor darah pertama baginya. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petugas cleaning service di salah satu pertokoan di Jakarta Utara itu menjadi pendonor ke-10 dalam kegiatan donor darah yang diadakan Kantor Perwakilan Tzu Chi Tangerang. Rupanya kondisi fisik Agus cukup fit saat itu. Setelah menjalani pemeriksaan tensi dan kadar hemoglobin, ia dinyatakan memenuhi syarat sebagai pendonor. Kepada salah seorang relawan Tzu Chi yang mendampinginya, Agus berujar, “Saya dah dibantu orang, masa saya nggak mau membantu orang lain.” Agus pun menyakinkan bahwa donor darah ini bukanlah yang pertama dan terakhir yang dilakukannya.

 

 

Agus mengaku datang ke acara donor darah yang diadakan pada tanggal 14 November 2009 ini atas undangan dari relawan Tzu Chi Tangerang. Agus adalah ayah dari Alif Saputra, bayi berusia 2 ½ bulan yang sejak lahir mengalami gangguan penyumbatan di usus 12 jarinya. Saat itu, Agus juga dengan jujur mengakui hatinya tergerak untuk mendonorkan darahnya setelah anaknya memperoleh uluran tangan dari Tzu Chi.

Jalan Buntu yang Berliku
Setelah menikah pada tahun 2006, pasangan Agus (34) dan Sumiati (30) ini memang sulit memperoleh “momongan”.  Dua kali hamil, dua kali pula Sumiati mengalami keguguran. Aura kebahagiaan mulai menghampiri pasangan ini ketika Sumiati kembali mengandung di akhir tahun 2008. Kali ini sang janin cukup kuat. Seiring tangisan pertama sang bayi pada tanggal 28 Agustus 2009, pecahlah pula tangis kebahagiaan Agus dan istrinya.

Tapi keceriaan itu tak lama. Selang beberapa jam kemudian, sang bayi mulai menunjukkan gejala kesehatan yang kurang baik. “Setiap kali habis diberi susu (formula), dia muntah-muntah,” kata Agus mengenang.  Atas saran dokter, Agus pun membawanya ke rumah sakit umum. Selama dirawat, baru pada hari ke-6 diketahui jika Alif ternyata mengalami penyumbatan di usus 12 jarinya. Tak heran jika diberi asupan makanan atau minuman, bayi ini selalu muntah. Karena itu, untuk bertahan hidup Alif mengandalkan bantuan cairan infuse.

foto  foto

Ket: - Sejak lahir, Alif Saputra (2 1/2 bulan) mengalami gangguan penyumbatan di usus 12 jarinya. Agus Purwanto            sang ayah, nekad membawanya ke rumah sakit meski harus menjual rumah di kampung halaman dan            bermodalkan pinjaman demi menyelamatkan nyawanya. (kiri)
       - Di rumah kontrakan inilah, Agus yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga pembersih di salah satu mal di           Jakarta tinggal bersama istri dan anaknya.  (kanan)

Demi keselamatan, Alif disarankan untuk segera dioperasi. Agus yang tidak punya dana akhirnya nekad untuk membawa bayinya ke rumah. “Saya bawa pulang paksa. Dokternya sampai bilang, ‘Ini sama aja Bapak mau membunuh anak Bapak’. Tapi mau gimana? Sementara kalau ke rumah sakit harus ada duit dulu baru ditanganin,” terang Agus. Wajar jika Agus merasa “buntu”, sementara ia harus menyediakan untuk biaya operasi caesar sang istri, kini ia juga harus menyiapkan uang dalam jumlah besar untuk pengobatan putranya. “Waktu itu saya dah pasrah aja, saya pikir mungkin Tuhan belum kasih izin saya untuk memiliki anak,” kata Agus pasrah.

Tapi siapa yang sanggup melihat darah dagingnya menderita. Agus pun bangkit dan nekad membawa putranya ke rumah sakit. “Saya nggak tega, bayangkan, dari 2,3 kg  jadi 1,7 kg,” kata Agus. Dengan pegangan akan ada yang meminjaminya uang, Agus nekad membawa Alif. Ia pun sudah siap jika sewaktu-waktu ia harus berurusan dengan pihak berwajib lantaran tak sanggup membayar biaya perawatan. Ia bahkan  sudah berniat menjual rumahnya di Purwokerto sebagai bekal biaya operasi. “Cuma waktu itu baru dibayar 15 juta,” terang Agus, yang mengaku uang itu sudah hampir habis untuk membayar biaya operasi istri dan perawatan Alif selama 6 hari ketika baru lahir.

foto  foto

Ket: - Mendonorkan darah selain sebuah perbuatan mulia juga bermanfaat bagi kesehatan. Bagi yang sudah             terbiasa, mendonorkan darah merupakan hal yang membahagiakan karena dapat membantu orang lain.             (kiri)
       - Relawan Tzu Chi Tangerang juga mengajak para pegawai di kantor mereka untuk turut mendonorkan darah.           (kanan)

Membaca Buletin Tzu Chi
Alif pun selamat setelah dioperasi, tinggal biaya pengobatan dan perawatannya yang belum ada. Berbekal Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), Agus pun mencoba mencari cara lain untuk bisa membayar biaya operasi dan perawatan Alif. Berbagai yayasan dan stasiun TV yang mengadakan bantuan kesehatan ia sambangi, tapi hasilnya nihil. Di tengah-tengah kegalauan hatinya, saat melintasi daerah Cengkareng, matanya tertuju kepada RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. “Kebetulan, tadinya pernah dengar selentingan, tapi nggak kepikiran bisa sampai ke sini,” ujarnya. Berbekal sebuah Buletin Tzu Chi—tertera alamat dan nomor telepon direktori Tzu Chi – yang diterimanya dari satpam RSKB Cinta Kasih, Agus pun akhirnya mengajukan bantuan pengobatan ke Kantor Perwakilan Tzu Chi Tangerang.

Tanggal 16 September 2009, Agus pun mendatangi Kantor Tzu Chi Tangerang. Keesokan harinya, relawan Tzu Chi segera menyurveinya di rumah sakit dan juga rumah kontrakannya. Setelah melihat langsung kondisinya, akhirnya relawan memutuskan untuk membantu biaya perawatan Alif. Maka, sejak tanggal 18 Oktober 2009, beban yang harus ditanggung Agus pun berkurang. “Bersyukur banget, masih ada orang yang baik dan mau peduli sama hal-hal seperti ini,” ungkap Agus yang mengaku selama hampir sebulan tak dapat tidur nyenyak memilikirkan masalah pengobatan putranya.

Ada hikmah yang diperoleh Agus atas kejadian ini, yakni sikap pantang berputus asa. “Coba bayangkan, bagaimana kalau saya pasrah dan membiarkan anak saya begitu saja tanpa pengobatan, saya pasti akan menyesal seumur hidup,” katanya haru. Hidup memang penuh perjuangan, dan Agus sudah membuktikannya untuk sang putra tercinta.

foto  foto

Ket: - Kecemasan dan kekhawatiran pendonor akan sirna dengan adanya pendampingan dari relawan Tzu Chi.             Menurut Melti, relawan Tzu Chi, kegiatan ini merupakan yang ke-4 yang dilakukan oleh Tzu Chi Tangerang.             (kiri)
       - Tidak hanya para relawan Tzu Chi, masyarakat umum pun banyak yang tergerak untuk mendonorkan                     darahnya di Kantor Perwakilan Tzu Chi Tangerang, Sabtu, 14 November 2009. (kanan)

Menghimpun Cinta Kasih
Menurut Melti, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan, donor darah ini merupakan yang ke-4 yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi Tangerang. Sampai acara ditutup, tercatat sudah 65 orang yang mendaftarkan diri sebagai calon pendonor. “Tujuan kita adalah menghimpun cinta kasih sesama, biar orang tahu darah itu kan penting untuk bisa menolong orang lain,” kata Melti. Untuk menginformasikan kepada para calon pendonor, Melti menggunakan cara melalui xie li-xie li (komunitas relawan sesuai tempat tinggal -red), poster  ataupun melalui sms (short message service) ke para relawan dan penerima bantuan Tzu Chi. “Kita juga ikut senang dan bahagia kalau para penerima bantuan Tzu Chi itu pun tergerak untuk membantu orang lain. Dulu mereka dibantu, sekarang bisa membantu orang lain,” terang Melti.

 
 

Artikel Terkait

Menciptakan Dunia yang Bersih

Menciptakan Dunia yang Bersih

15 September 2011 Dalam kegiatan ini, selain menjunjung tinggi nilai kebersihan, para relawan Tzu Chi  juga berupaya dalam misi menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global.
Ruang Kasih untuk Opa dan Oma

Ruang Kasih untuk Opa dan Oma

20 Februari 2012
Berbagai kesibukan tersebut bisa dimulai dari sekolah hingga mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehai-hari. Akan tetapi, ditengah kesibukannya masih ada insan manusia yang senantiasa menyempatkan dirinya untuk berbagi terhadap sesama.
Suara Kasih: Mengembangkan Welas Asih

Suara Kasih: Mengembangkan Welas Asih

28 Juli 2011
Lihatlah Qiao Feng. Sejak berusia 11 tahun dan baru kelas 5 SD, daya penglihatannya sudah melemah secara perlahan. Namun, tak ditemukan sebab penyakitnya.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -