Selamatkan Bumi dari Sekarang
Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya Para siswa dari Sekolah Santa Maria, Santa Theresia, dan Santa Ursula mengikuti Sosialisasi Pelestarian Lingkungan dan Pemilahan Sampah di Perumahan Cinta Kasih Cengkareng. | “Dari seribu anak di sini, kalau semua bergerak, maka akan ada seribu keluarga yang bergerak. Harapannya kemudian bisa merembes ke keluarga lain dan semoga di Jakarta ini sampahnya makin berkurang dan makin sehat,” Zr Lidwina Suhartati (Sekolah Santa Theresia) |
Dikucurkannya air sedikit demi sedikit ke sepasang tangan yang terbalut busa sabun itu. Kemudian ia menyodorkan handuk hijau di lengan kirinya, agar teman sebayanya itu dapat mengeringkan tangan yang baru selesai dicuci. Kurnia sedang bertugas menjadi “guru hemat air”. Ia dan sekitar 40 temannya siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat bertanggung jawab memberi contoh kepada seribu peserta pemilahan sampah hari itu untuk menghemat air sewaktu mencuci tangan mereka. Bahwa, kita cukup menggunakan aliran air yang kecil namun kontinu untuk membersihkan tangan. Kurnia bergembira menyambut teman-teman dari tiga SMP Katolik di Jakarta, yaitu SMP Santa Maria, SMP Santa Ursula, dan SMP Santa Theresia. Total siswa berjumlah 1.050 orang dari 4 sekolah –termasuk SMP Cinta Kasih– mengikuti penjelasan tentang pelestarian lingkungan yang dilanjutkan dengan pemilahan sampah daur ulang sesuai jenisnya. “Dari acara ini mudah-mudahan sih membantu nerapin cara menghemat air yang juga bisa diterapkan teman-teman di rumah,” harap Kurnia. Ket : - Sejumlah 1.050 siswa dengan didampingi guru mereka mengikuti tayangan penyebab dan akibat Anak Gaul itu Ramah Lingkungan “Sampah adalah masalah kita semua, tidak hanya di tempat pembuangan sampah, tapi juga di pinggir jalan. Di tempat-tempat umum semua dipenuhi oleh sampah,” demikian Suriadi, seorang relawan Tzu Chi membuka presentasinya. Dalam sesi yang dibawakannya selama 40 menit itu, Suriadi memutarkan video tentang pemanasan global beserta akibatnya. Penyebab terbesarnya tidak lain adalah perilaku hidup manusia sendiri. Maka, re-think (berpikir kembali sebelum membeli) menempati urutan teratas bagan pelestarian lingkungan agar manusia tidak berlebihan mengikuti keinginan mereka membeli barang yang pada akhirnya akan menciptakan sampah. Kepada para siswa yang masih belia itu, Suriadi memberikan arahan antara lain agar mereka mengurangi sampah dengan tidak menggunakan kantong plastik, kotak makan styrofoam, sumpit bambu, juga kertas tisu. Semua barang sekali pakai ini sulit diuraikan secara alami dan tidak dapat didaur ulang, sehingga merupakan bentuk pemborosan sumber daya. Para siswa diajak untuk membawa tas kain untuk berbelanja, serta kotak makan dan minum sendiri ke sekolah. “Anak yang ramah lingkungan itu baru namanya anak gaul,” ujar Suriadi ditingkahi tawa para siswa. Ket : - Para siswa "berhadapan" dengan tumpukan sampah yang harus mereka pilah. Jumlah sampah yang begitu Beberapa jenis sampah yang lain merupakan barang yang dapat didaur ulang (digunakan kembali). Namun proses daur ulang yang optimal baru tercapai bila sampah tersebut dipilah dengan baik sejak awal. Secara umum, sampah daur ulang ini dapat dipilah menjadi 6 jenis terdiri dari kaleng dan kaca, kertas, karton, plastik keras, plastik lentur, dan umum. Lakukan dengan Tangan Kita Ket : - Wiyona sangat bersungguh-sungguh memilah sampah. Bulir keringat bermunculan di dahinya. Ia dan Setelah mengikuti presentasi, para siswa memang diajak untuk langsung mempraktikkan pemilahan sampah. Sesuai petunjuk dari pengarah dalam kelompok masing-masing, mereka memisahkan sampah sesuai jenisnya ke dalam kantong plastik hitam besar. Kegiatan yang berlangsung kurang lebih 1 jam ini menghasilkan bulir-bulir keringat di dahi Jonathan. Siswa kelas 1 SMP ini ternyata sudah terbiasa melakukannya di rumah. Kakaknya yang bersekolah di SMU Santa Ursula pernah mendapat tugas dari sekolah untuk memilah sampah di rumah. Meski sekarang tugas sudah selesai, keluarganya meneruskan kebiasaan tersebut. Menurut Jonathan, “Nggak repot pilah sampah di rumah. Jadi sampahnya bisa didaur ulang, soalnya nggak kecampur dengan yang basah supaya nggak bau.” Berbeda halnya dengan Wiyona yang dengan orangtuanya baru berencana akan menjalankan hal tersebut di rumahnya. “Yang non organik mau didaur ulang, yang organik dijadikan pupuk,” tuturnya. Sejak 2 tahun lalu, sesungguhnya ketiga sekolah Katolik yang dikelola oleh para suster ini sudah melakukan pemilahan sampah menjadi 2, yaitu organik dan non organik. “Di setiap ruang kelas disediakan 2 tempat sampah, merah dan hijau. Tapi anak-anak memang harus periodik diingatkan, tidak bisa kita lepas karena mereka masih suka lupa,” terang Agustinus, salah seorang guru yang hari itu juga ikut memilah sampah dengan para siswa. Theodorus, guru yang lain pun mengakui bahwa pemilahan sampah belum efektif berjalan di sekolahnya, dan berharap kegiatan ini dapat menggugah kembali semangat siswa. Meneruskan Tekad Ket : - Para siswa menuliskan tekad mereka setelah mengikuti kegiatan. Bermacam tekad ini akan dibawa pulang Dalam sharing mereka di atas panggung, para siswa mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini. Pemilahan sampah secara rinci adalah suatu pelajaran baru yang mereka dapat, dan melakukannya beramai-ramai dengan teman baru menambah kegembiraan dalam melestarikan lingkungan tersebut. Kepala Sekolah SMP Santa Maria, Elly berniat melanjutkan semangat ini di sekolah dengan mengajak para siswa membawa sampah daur ulang dari rumah setiap hari Sabtu untuk kemudian diambil oleh Tzu Chi. “Saya mengajak semua anak dan guru dari 3 sekolah untuk bertekad mau memulai membuang sampah pada tempatnya. Kita membawa botol minum ke sekolah supaya mengurangi beban sampah,” pesannya. Albert Ng, relawan Tzu Chi juga mengajak para siswa untuk mewariskan bumi yang indah dan bersih bagi anak-cucu dan generasi penerus di masa depan. Ruth menjawab ajakan itu dengan bertekad mengubah kebiasaannya yang semula cuek dengan pemilahan sampah. “Mudah-mudahan bukan hanya yang dateng di sini doang yang mau menjaga agar dunia lebih baik, tapi menyebar luas dan bertahan lama,” harapnya. | |
Artikel Terkait
Menyelami Makna Sutra Bakti Seorang Anak
30 Desember 2015Mengalahkan Rasa Takut Berdonor Darah
21 Juni 2016Tzu Chi He Qi Pusat, Xie Li Sunter menggelar kegiatan donor darah. Para relawan punya cara jitu menghadapi calon pendonor yang masih takut dengan jarum suntik ataupun darah.
Menjaga dan Melindungi Kesehatan Bersama
29 September 2020Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan Rapid Test kedua pada 28 September 2020 yang diadakan di Lantai 1 Gedung DAAI. Lima Tim Medis dari RSCK Tzu Chi dan 1 perawat TIMA telah menerima 203 sample darah dari seluruh staf Yayasan dari berbagai Badan Misi di Tzu Chi Center.