Seleksi Calon Penghuni di Kelenteng Dewi Samudera

Jurnalis : Dok. Tzu Chi Indonesia, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia

Seiring dengan hampir selesainya pembangunan Perumahan Cinta Kasih Panteriek, Lam Seupeung tahap I sejumlah 230 unit dari total 500 unit, seleksi calon penghuni dilakukan di beberapa tempat, salah satunya dilakukan di Kelenteng Dewi Samudera (Makcopo) Jalan Panglima Polim, Kampung Mulia, Kecamatan Kutalem, Banda Aceh. Para calon penghuni yang diseleksi sebagian besar merupakan warga etnis Tionghoa sebanyak 113 calon, sedangkan jumlah rumah yang diperuntukkan bagi mereka adalah 28 unit rumah.

Malam itu, pukul 20.30 WIB, para relawan memulai melakukan wawancara. Para calon penghuni sebagian besar berasal dari daerah sekitar kelenteng, diantaranya dari Kampung Mulia, Peunayang, Laksana, dan daerah lain. Seleksi di kelenteng ini pertama kali dilakukan tanggal 11 Desember lalu.

Dua pewawancara, Abdul Muis dan Aida, harus benar-benar jeli ketika mengajukan pertanyaan karena hampir semua calon penghuni berusaha memancing rasa iba pewawancara. Terkadang ada orang yang menutupi keadaan ekonominya yang sebetulnya telah pulih dan bahkan termasuk kategori berkecukupan.

"Bapak bekerja sebagai apa?" tanya Abdul Muis kepada seorang calon penerima rumah.
"Jual minyak," jawabnya.
"Di pinggir jalan?"
"Iya"
"Tempat jualannya luasnya berapa Pak?"
"Empat kali dua belas meter," jawab calon penerima rumah tanpa curiga ada yang salah dengan jawabannya.
"Ruko dong, Pak," timpal Abdul Muis

Sang calon penerima rumah pun mengiyakannya dengan malu-malu. Ternyata sang calon penerima tersebut berjualan minyak, bahkan oli di sebuah ruko yang ia sewa. Tentu saja dia bukan orang kekurangan yang pantas mendapat rumah hingga akhirnya ia pun dicoret dari daftar calon yang pantas menerima rumah.

Menurut Abdul Muis, relawan Tzu Chi yang melakukan wawancara, orang-orang yang menjadi prioritas untuk mendapatkan rumah adalah mereka yang menjadi korban tsunami dan memiliki semangat untuk bangkit kembali atau tidak bergantung pada bantuan, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang yang mengeluhkan kerajinan orang Aceh.

Di Kelenteng Dewi Samudera sendiri saat ini masih menampung pengungsi sebanyak 9 kepala keluarga (KK). Mereka adalah para warga yang tidak tertampung di kamp-kamp pengungsi. Para pengungsi tersebut berasal dari agama yang berbeda-beda. Ada yang dari Buddha, Katolik, ataupun Islam. Selama ini kebutuhan sehari-hari mereka bergantung pada bantuan dari berbagai pihak, termasuk Tzu Chi yang secara rutin memberikan bantuan sembako sejak 3 hari usai bencana tsunami terjadi. Sebagian dari mereka kini ada yang sudah bekerja.

Di lobi di belakang ruang utama kelenteng, para pengungsi tersebut menggelar triplek seadanya untuk alas tidur. Triplek tersebut digelar berjejer di lantai. Tiap triplek dilengkapi dengan kelambu untuk melindungi diri dari sengatan nyamuk. Pengungsi laki-laki di lantai bawah sedangkan pengungsi perempuan di lantai atas.

Seharusnya semua di kelenteng tersebut terpilih untuk memperoleh rumah, namun 2 KK tidak jadi mendapat jatah rumah karena alasan yang berbeda. Satu keluarga adalah penjaga kelenteng tersebut, sedangkan keluarga yang satu lagi adalah orang yang berkecukupan sehingga tidak masuk dalam kriteria orang yang pantas memperoleh bantuan.


Artikel Terkait

Indahnya Cinta Kasih Tzu Chi, Cinta Kasih Universal

Indahnya Cinta Kasih Tzu Chi, Cinta Kasih Universal

23 Maret 2023

Tzu Chi Pekanbaru terus menebar cinta kasih di kota Dumai lewat misi amal, misi kesehatan dan misi pelestarian lingkungan. Berbagai kegiatan telah dilakukan sebagai wujud nyata berbagi kasih dengan sesama dan lingkungan.

Tzu Chi Salurkan Kembali Bantuan Banjir di Periuk Tangerang

Tzu Chi Salurkan Kembali Bantuan Banjir di Periuk Tangerang

02 Maret 2020

Perumahan Garden City Resident Tangerang, Banten ini mengalami beberapa kali banjir dalam 2 minggu ini, relawan Tzu Chi bersama Tim Tanggap Darurat Tzu Chi  langsung mensurvei lokasi dan segera berkoordinasi dengan pengurus lingkungan setempat untuk memberikan bantuan paket banjir (29/02/2020).

Inti dari Budaya Humanis Adalah Perbuatan

Inti dari Budaya Humanis Adalah Perbuatan

10 Juni 2013 Puluhan relawan datang lebih awal untuk mempersiapkan diri mengikuti pelatihan. Mentari pagi nan hangat menyinari setiap relawan yang hadir. Perasaan nyaman dan bersemangat seketika terbangun.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -