Semangat Anak Asuh

Jurnalis : Budi Suparwongso (He Qi Pusat), Fotografer : Budi Suparwongso, Benny Chandra, Ciu Yen (He Qi Pusat)
 
 

foto
Ernawaty shijie (kiri) sebagai pemandu acara sedang membimbing para anak asuh tentang pentingnya bakti kepada orang tua dan mengundang semua anak asuh untuk datang ke acara Open House Tzu Chi di Tzu Chi Center PIK. Penuturan Ernawaty shijie dan penayangan film telah membuat semua anak asuh merasa terharu dan teringat akan budi baik orang tua mereka masing-masing.

Welas asih adalah cinta kasih murni. Memiliki cinta kasih agung terhadap orang asing sekalipun adalah kasih tak ternoda. Walaupun saya tidak punya hubungan dengan seseorang, saya masih dapat peduli kepadanya dengan kasih yang memberinya kebahagiaan dan memberi saya kebebasan dari rasa cemas. Inilah kasih yang paling besar, paling murni.

Acara Kunjungan Anak Asuh kali ini terasa istimewa karena berkaitan dengan bulan Mei, bulan penuh berkah di Tzu Chi. Relawan Tzu Chi akan merayakan Perayaan Waisak, Hari Ulang Tahun Tzu Chi Internasional, dan Bulan Bakti kepada orang tua. Materi yang disampaikan kepada 15 peserta anak asuh yang hadir juga berkenaan dengan bulan penuh berkah namun lebih menitikberatkan kepada bulan bakti kepada orang tua.

Di tengah acara, Ernawaty Shijie mengajak seluruh peserta untuk menyanyikan lagu “Bunda”. Lirik lagu dan lantunan lembut lagu “Bunda” seakan menarik ingatan kita semua kepada masa kecil di mana sang ibunda kita menimang-nimang kita dan selalu tersenyum kepada kita. Apapun yang kita inginkan akan diusahakan oleh sang bunda. Bagaimana sang bunda memutar otak, memeras keringat dan membanting tulang dari pagi hingga malam hanya untuk memastikan anak-anaknya mendapat cukup makanan. Tidak mengapa sang bunda tidak makan, tetapi sang anak harus mendapat makanan yang cukup.

Kata-kata yang diucapkan oleh Ernawaty Shijie turut membawa kenangan indah nan haru ke dalam kalbu. Tidak terasa air mata menetes di pipi, kerongkongan serasa kering karena teringat jasa orang tua yang tidak mungkin terbalaskan oleh sang anak. Suasana ruangan yang mulai redup menambah perasaan rindu kepada sang bunda hingga air mata pun mengalir deras.

Aprilia Anggraini, seorang anak asuh yang duduk di kelas 7B SMP Santo Yoseph tidak bisa datang ke acara kali ini karena sedang mengikuti pelatihan Katekumen di gereja sehingga Susanti sebagai orang tua yang datang menggantikan. Aprilia sudah mendapat bantuan SPP dari Yayasan Buddha Tzu Chi sejak bulan Juli 2012.

Sebenarnya Aprilia pada usia 8 tahun, yaitu di tahun 2008 pernah dibantu oleh Tzu Chi untuk operasi klep jantung bocor di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Pada waktu itu Susanti berpikir bahwa Tzu Chi hanya membantu di bidang kesehatan saja. Kemudian Susanti bertemu dengan seorang temannya yang juga pernah ditolong oleh Tzu Chi untuk melakukan operasi. Temannya itu memberitahu bahwa Tzu Chi juga bisa membantu untuk biaya pendidikan. Susanti segera pergi ke Kantor Yayasan Tzu Chi di ITC Mangga Dua untuk mengisi formulir dan setelah itu ada relawan Tzu Chi yang melakukan survei.

Kali ini pada saat jodoh baik kedua kalinya, Susanti mendapat bantuan untuk biaya SPP anaknya Aprilia supaya bisa masuk ke sekolah Santo Yoseph yang juga kebetulan sesuai dengan agama keluarga, yaitu agama Katolik.

foto  foto

Keterangan :

  • Susanti (kanan) adalah orang tua dari Aprilia Anggaini yang berhalangan datang karena sedang mengikuti katekumen di Gereja Katolik. Susantiterharu mengingat bagaimana perjuangan orang tuannya membesarkan semua anaknya sampai berhasil lulus sekolah semua dan tanpamenuntut balik apapunke pada anak-anaknya (kiri).
  • Tommy Indrian (kanan) sedang menulis pesan-pesan cinta kasih kepada orang tuanya. Benaknya dipenuhi semangat untuk maju terus menyongsong masa depan setelah mendapat bantuan biaya sekolah dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sambil berikrar untuk meneruskan welas asih Tzu Chi dengan ikut membantu sesama (kanan).

“Acara kunjungan anak asuh kali ini sangat menyentuh hati para anak asuh dan orang tuanya. Anak asuh jadi tersadar akan cinta kasih orang tua yang mati-matian kepada anak-anaknya. Ingin anaknya sekolah yang bagus, ingin juga anak bisa perhatian kepada orang tuanya sendiri. Menghargai pengorbanan orang tua agar tidak disia-siakan. Orang tua tidak menuntut apa-apa, juga tidak lupa kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang mengajarkan cinta kasih universal tanpa pamrih,” begitu cerita penuh harap dari Susanti.

Harapan dari Susanti agar anak asuh bisa memanfaatkan kesempatan dari Tzu Chi dan hormat pada orang tua. Bisa berbuat kebajikan kepada orang tua. Di rumahnya, Susanti tidak punya celengan bambu, tapi ada sebuah kotak kayu sebagai pengganti celengan bambu untuk belajar menanam benih kebajikan setiap hari.

Membangun Kepercayaan
“Kegiatan di Kelas 10 SMK Asisi Tebet kebanyakan adalah praktek, bongkar pasang PC, merakit PC, menginstal program ke dalam komputer. Dilakukan berkelompok 3 orang. Hasilnya bisa dijual ke sekolah lain, pemasukan untuk sekolah tapi perkelompok ada sedikit bonus. Praktek di SMK sangat penting sehingga setelah lulus bisa punya keahlian untuk mencari kerja. Rencana ke depan yayasan sekolah mau adakan merakit laptop,” cerita Tommy yang bangga akan sekolahnya.

Tommy bisa sampai ke acara anak asuh ini setelah awalnya di tahun 2011 ia mendapatkan informasi dari seorang teman ayahnya di Wihara. Teman ayahnya itu menanyakan kesulitan yang sedang dihadapi oleh keluarga Tommy karena ayah Tommy hanya bekerja paruh waktu. Akhirnya Tommy dan ayahnya datang ke Yayasan Buddha Tzu Chi di ITC Mangga Dua untuk mencari bantuan. Berkat bantuan Ayen Shijie di yayasan, maka setelah selesai disurvei, bantuan SPP bisa diterima oleh Tommy.

Hal yang paling mengesankan Tommy adalah sewaktu pemutaran video Dance With My Father. “Kalau kita sedang sedih kita ingat orang tua, kalau sedang senang kita lupa orang tua,” tutur Tommy.

Di akhir pembicaraan Tommy mengatakan bahwa dia berminat menjadi relawan Tzu Chi dan keputusan itu didukung pula oleh orang tuanya. Selanjutnya Tommy akan dihubungi oleh relawan Tzu Chi untuk memberitahukan kegiatan-kegiatan Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Eka Rachmawati (kanan) sangat bersyukur bisa bersekolah di SMK idamannya berkat bantuan dari Tzu Chi. Cita-citanya ingin masuk ke sekolah kedokteran dan dia ingin sekali bisa ikut kegiatan daur ulang di Tzu Chi (kiri).
  • Lim Sui Hoen (kanan) adalah orang tua dari Andreas yang berhalangan datang. Ia sangat berterima kasih atas semua bantuan yang didapat dari Tzu Chi dan terharu oleh acara yang dipandu oleh Ernawaty Shijie sehingga teringat akan jasa orang tua yang tidak memintabalas jasa dari anak-anaknya (kanan).

Berpegang Teguh Pada Ketulusan
Eka Rachmawati yang kali ini datang sendiri mendapat bantuan SPP dari Tzu Chi, mendapat teman-teman baru di lingkungan Tzu Chi serta mendapat pengalaman baru bagaimana mendaur ulang barang-barang bekas melalui sosialisasi. “Insya’Allah pengen, saya pengen ikut langsung acara daur ulang Tzu Chi,” ujarnya. Eka yang tinggal di Bekasi mendengar tentang Tzu Chi dari teman saudaranya, lalu datang ke Kantor Tzu Chi di PGC Cililitan. Setelah mendaftar di kantor Tzu Chi PGC Cililitan, Eka kemudian datang ke kantor yayasan di ITC Mangga Dua lantai 6 untuk mengambil kartu Gan En Hu.

Bantuan SPP diterima sejak 6 bulan lalu ketika masuk kelas SMA 1 tahun 2013 jurusan Administrasi Perkantoran. “Senang sekali rasanya. Tadinya sudah pupus harapan sekolah di situ tapi karena ada bantuan dari Tzu Chi jadi bisa sekolah di SMK Karya Guna 2 Bekasi,” terangnya. “Karena fasilitas di SMK Karya Guna 2 Bekasi lebih bagus dari pilihan lainnya. Setelah lulus dari SMK, saya bercita-cita untuk masuk ke sekolah Kedokteran,” tambahnya.

Perasaan paling haru dari hati Eka tercurah sewaktu pembagian kwitansi bantuan dari Tzu Chi karena dia menjadi saksi bahwa masih ada orang lain yang mau menolong dirinya padahal tidak saling mengenal, juga karena akhirnya Eka bisa mencapai cita-cita bersekolah di tempat yang diinginkan sehingga setiap kali mengambil kwitansi bantuan dari Tzu Chi selalu merasa terharu. “Supaya jadi orang tidak sombong, kalau sukses nanti pasti akan membantu orang lain yang kurang beruntung.” Membantu orang lain tidak perlu menunggu sukses karena dengan ketulusan, perhatian dan kemauan berbagi kita sudah bisa bersumbangsih. Juga bakti kepada orang tua selalu diingatkan di dalam acara ini, apalagi bulan Mei adalah Bulan Penuh Berkah termasuk kepada orang tua kita.

Pelangi Menerangi Hati
“Waktu itu kan saya bingung ya, anak saya yang satu masuk SMP, yang satu lagi mau masuk SMK. Pusing untuk pembayaran uang gedung. Ada seorang teman yang sarankan untuk datang ke Buddha Tzu Chi meminta bantuan. Teman saya namanya pak Abu juga sudah pernah mendapat bantuan Bedah Rumah dari Tzu Chi. Saya terima bantuan SPP dari Tzu Chi sejak tahun 2011”, kenang Lim Sui Hoen.

 “Puji syukur sudah dibantu SPP,” lanjutnya. “Bagi kami itu sudah sangat membantu sekali, Bagi kita yang serba kekurangan pokoknya bersyukur sekali. Saya juga pernah mengajukan ke tempat lain tapi tidak berhasil, akhirnya sampai di Buddha Tzu Chi bisa dibantu, mungkin Tuhan sudah menunjukkan jalan saya ke Buddha Tzu Chi. Biarpun di sini mayoritas Buddha tapi tidak membeda-bedakan agama.”

Di rumah Lim Sui Hoen sudah ada celengan bambu. Dia selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan selalu main di warnet, sekali-kali isi celengan bambu sedikit demi sedikit. Rp. 500 atau seribu rupiah juga boleh. Walaupun tidak mudah, Lim Sui Hoen percaya bahwa suatu saat anaknya juga akan bisa meneladani sifat welas asih dari Master Cheng Yen. Harapan lainnya adalah agar setelah besar nanti, Andreas bisa ikut menjadi relawan organisasi sosial sehingga bisa lebih bahagia di hati dan di masyarakat. Semua orang pada dasarnya memiliki hati yang bersih dan setara dengan Buddha. Pikiran dan perkataan serta kebiasaan di lingkungan bisa membuat cobaan dan tantangan pada hati kita. Anak asuh yang dibantu oleh Tzu Chi mempunyai semangat yang patut dicontoh oleh kita semua, walaupun situasi mereka sedang susah, masa depan mereka tadinya tidak menentu, tetap mereka tidak berhenti untuk berjuang demi masa depan keluarga mereka dan ditambah dengan tekad untuk meneladani niat baik menolong sesama yang sudah mereka rasakan dari kehangatan hati para relawan Tzu Chi. Pelangi yang indah sudah terbentuk di dalam hati untuk menjembatani pertemuan jodoh baik. Melihat semangat dari anak asuh, para relawan yang membantu akhirnya mendapatkan dorongan semangat yang baru pula.
  
 

Artikel Terkait

Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

07 Desember 2012 Secara umum, ekonomi dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya dan cara pemanfaatannya agar mendapat hasil semaksimal mungkin. Waktu, tanpa kita sadari, sebenarnya juga merupakan suatu sumber daya yang kita miliki.
Keceriaan Arif Menanti Kesembuhan

Keceriaan Arif Menanti Kesembuhan

07 September 2016

Relawan Tzu Chi dari Jakarta dan Cianjur kembali mengunjungi Arif (tiga tahun) di rumahnya di Desa Sukamaju, Kecamatan Cibeber, Cianjur. Kondisi bola mata Arif yang sebelumnya membesar kini telah mengecil dan tengah menunggu pemasangan bola mata palsu.

Silaturahmi dengan Warga Kampung Belakang

Silaturahmi dengan Warga Kampung Belakang

31 Agustus 2009 Sabtu, 29 Agustus 2009, sebanyak 54 warga kampung belakang telah berkumpul di Sasana Krida Karang Taruna, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat. Kehadiran mereka pada sore itu adalah untuk mengikuti kegiatan doa bersama dan penyerahan dana bagi korban bencana alam di Taiwan.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -