Semangat "ASG Berbagi" Membantu Sesama
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
Sugianto Kusuma, Komisaris Utama Agung Sedayu Group memberikan kata sambutan yang mengajak kepada karyawan ASG untuk turun langsung menjadi relawan Tzu Chi dalam menjalankan misi visi Tzu Chi di tengah masyarakat.
Kebajikan yang besar merupakan akumulasi dari perbuatan kecil, dengan hati yang baik seseorang akan melakukan perbuatan baik. Inilah yang disemangatkan Master Cheng Yen dalam manjalankan Misi Amal melalui program celengan bambu.
Penuangan celengan ini dihadiri lebih kurang 200 peserta dari Top Managemen Agung Sedayu Group (ASG) bertempat di Quo Yi Ting lantai 3 gedung Aula Jing Si Tzu Chi Center. Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang juga Komisaris Utama Agung Sedayu Group (ASG) dalam acara penuangan celengan bambu yang ke-8 (delapan) menyampaikan pesan cinta kasihnya bahwa program celengan bambu ini sangat besar efeknya. “Kita (relawan Yayasan Buddha Tzu Chi) tidak hanya membantu mereka yang lemah, tetapi celengan ini sebagai ladang pelatihan diri kita juga,” ujarnya dalam kegiatan penuangan celengan bamboo yang digelar pada tanggal 22 Juli 2017.
Celengan bambu mengandung semangat bahwa siapa pun dapat beramal sekalipun dengan dana kecil. Dari dana yang terhimpun melalui celengan bambu, Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama dari keluarga tidak mampu. Misalnya untuk biaya pengobatan, pendidikan, bedah rumah, dan warga yang menjadi korban bencana alam.
Sugianto Kusuma menyampaikan mengapa kita membantu program bebenah kampung di Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor. “Sebenarnya Desa Jagabita itu punya julukan lagi, yaitu kampung kaki gajah, jadi rata-rata warganya menderita kaki gajah, makanya kita sering baksos kesehatan di sana,” ungkap Sugianto Kusuma.
Staf Agung Sedayu Group (ASG) dari masing-masing kepala divisi bersama-sama menuangkan celengan bambu mereka pada 22 Juli 2017 di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesi Tzu Chi Center, Jakata Utara.
Relawan Tzu Chi menampilkan bahasa isyarat tangan bertemakan celengan bambu sebagai wujud dari Misi Budaya Humanis Tzu Chi yang universal dalam acara penuangan celengan bambu karyawan ASG berbagi.
Mengapa bisa endemik kaki gajah? Di situlah relawan Tzu Chi survei ke desa Jagabita. Ternyata lingkungannya sangat kumuh, rumah rata-rata tidak memiliki MCK, sanitasi tidak ada, banyak rumah yang tidak layak huni, makanya kaki gajah mudah menyebar melalui nyamuk. Penyebab kaki gajah itu disebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam saluran dan kelenjar getah bening manusia melalui air dan makanan dari rumah dan lingkungan yang kumuh yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
“Untuk itulah banyak manfaatnya jika kita turun langsung menjadi relawan Tzu Chi, kita bisa melihat dan merasakan langsung penderitaan mereka, saya juga ikut survei ke sana (Desa Jagabita) rumah mereka itu berlantai tanah, dindingnya dari bambu (anyaman bambu), atapnya banyak yang bocor, tiang rumah dari pohon bambu yang sudah miring, jadi kalau kita turun langsung kita akan merasakan juga penderitaan mereka,” ungkap Sugianto Kusuma dalam pesan cinta kasihnya.
Ridwan, Human Resources Managers ASG menyampaikan pengalamannya ketika dapat bertemu langsung dengan Master Cheng Yen beberapa tahun lalu di Hualien, Taiwan. Ridwan ingat sekali ketika Master Cheng Yen berpesan bahwa Master Cheng Yen sangat mengapresiasi karyawan ASG yang sudah mau bersumbangsih bersama Yayasan Buddha Tzu Chi. Selanjutnya Master Cheng Yen berharap agar program celengan bambu ini terus berjalan untuk melatih perbuatan baik pada karyawan ASG dan membantu sesama.
Para karyawan ASG menyaksikan cuplikan peristiwa bantuan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia seperti bantuan amal sosial, bantuan bencana, bantuan kesehatan, bantuan pendidikan, budaya humanis, dan pelestarian lingkungan.
Antonius Kuncoro Rendra, Corporate Human Resources Director menyambut baik kegiatan ASG Berbagi yang berinteraksi langsung dengan masyarakat yang membutuhkan. ia berharap kegiatan ini terus berlanjut dan para karyawan ASG bisa turun ke lapangan untuk merasakan langsung.
Ridwan mengatakan bahwa program celengan bambu ini bertemakan “Agung Sedayu Berbagi” ini sudah dilakukaan yang ke delapan kalinya di Tzu Chi Center. Tujuan dari “ASG Berbagi” ini untuk melatih diri karyawan agar selalu bersyukur apa yang selama ini didapat. Selain itu ASG berbagi ini juga meningkatkan rasa kepedulian karyawan ASG kepada sesama untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, meningkatkan semangat untuk terus aktif bersumbangsih.
“Selama ini karyawan ASG hanya pasif dalam mendukung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan program celengan bambu, kali ini saya upayakan agar seluruh karyawan yang tadinya pasif untuk aktif menjalankan visi misi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,” ungkap Ridwan. Aktif di sini sudah dijalankan karyawan ASG dengan terjun langsung ketika mengikuti program bebenah kampung di Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor. Karyawan ASG membantu membongkar rumah yang akan di renovasi dengan menurunkan genting satu persatu bersama warga Jagabita dan TNI. Kegiatan ini sekaligus untuk meningkatkan semangat untuk terus aktif bersumbangsih menciptakan budaya humanis yang penuh cinta kasih di lingkungan kerja ASG.
“Baru kali ini saya melihat kegiatan satu Misi Amal dari Yayasan Buddha Tzu Chi, yang saya sangat ingin tahu. Karena saya baru 2 bulan bergabung di ASG sebagai Human Resources Director. Saya kira semua orang ketika membicarakan kepedulian terhadap sesama semua orang akan setuju untuk saling bahu membahu apapun agamanya. Saya membawa dua celengan bambu ini karena yang satu saya letakkan di rumah dan yang satu lagi saya letakkan di kantor saya. Jadi keluarga saya juga belajar untuk ikut bersumbangsih kepada sesama” ungkap Antonius Kuncoro Rendra (51) di sela-sela acara penyerahan celengan “ASG Berbagi”.
Para karyawan ASG Berbagi mengisi daftar hadir yang bertempat di lobby lantai satu gedung Aula Jing Si yang disambut oleh karyawan ASG Berbagi.
Karyawan ASG Berbagi berkumpul di lobby lantai 2 gedung Aula Jing Si sebelum memasuki ruang Quo Yi Ting tempat berlangsungnya penuangan celengan bambu ASG Berbagi.
Lain halnya dengan Harwianto (45) yang sudah bergabung di ASG lebih kurang 3 tahun sebagai karyawan IT ASG. Harwianto sangat antusias setiap kali ada penuangan celengan bambu menyempatkan waktu untuk selalu hadir. Harwianto mengatakan bahwa kegiatan ASG Berbagi ini memang diumumkan di setiap divisi dan diadakannya setiap Hari Sabtu. “Jadi saya usahakan untuk selalu datang dan menurut saya mengumpulkan koin demi koin ini tidak terlalu sulit jika kita ada niat untuk membantu, celengan ini saya letakkan di dalam mobil satu dan di kantor satu jadi jika ada niat kapan pun bisa celengin, jadi ini bukan suatu hal yang sulit, dan saya berbagi cerita kepada keluarga dan teman makna dari celengan bambu Tzu Chi ini yang fungsinya untuk membantu sesama yang membutuhkan bantuan,” ungkap Harwianto.
Di Indonesia, celengan bambu telah tersebar di sekolah-sekolah, kampus, pabrik, perusahaan, pusat perbelanjaan, bank, komunitas, instansi pemerintah, dan perorangan. Mereka mendapatkan celengan bambu saat mengikuti Sosialisasi Tzu Chi yang biasanya digelar oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan atau Kantor Penghubung Tzu Chi. Tiga bulan setelah mengikuti sosialisasi, biasanya dilakukan penuangan celengan secara bersama-sama seperti yang dilaksanakan oleh Agung Sedayu Grup ini.
Dalam acara ini ditutup dengan foto bersama jajaran ASG Berbagi di mana sebelumnya masing-masing divisi belum pernah bertemu dan saling kenal di momen ini saat menuangkan celengan bambu mereka saling tegur sapa dan saling kenal dengan divisi-divisi lainnya di bawah naungan ASG. Semoga dari acara penuangan celengan bambu ASG Berbagi ini dapat meningkatkan lagi semangat bersumbangsih, rasa peduli, dan selalu bersyukur karena dapat membantu masyarakat yang membutuhkan.