Semangat Cinta Kasih Waisak
Jurnalis : Metta Wulandari, Teddy Lianto, Fotografer : Anand Yahya, Metta Wulandari
|
| ||
Semangat cinta kasih ini juga terbawa hingga Indonesia yang begitu nampak dalam perayaan Waisak yang dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Mei (12/5/13) malam kemarin. Begitu banyak peserta yang menghadiri acara peringatan Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia ini. Terhitung sebanyak 3500 peserta berbaris rapi di lapangan teratai untuk mengikuti prosesi pemandian Buddha rupang. “Total peserta 3500 (panitia dan peserta). Murid-murid Pesantren Nurul Imam juga hadir sebagai panitia, membantu kelancaran prosesi acara,” ujar Suriadi Shixiong. Lebih lanjut, Suriadi Shixiong sedikit memberikan penjelasan mengenai formasi barisan yang membentuk daun bodhi yang merupakan simbol pencapaian penerangan sempurna oleh Sang Buddha. “Formasi daun bodhi hanyalah simbol. Intinya ialah, kita mengimbau relawan untuk membawa keluarga mereka datang membentuk barisan daun bodhi tujuannya tidak lain adalah bahwa kita harus banyak menjalin jodoh baik dengan masyarakat umum, sehingga barisan relawan Tzu Chi semakin panjang dan penggalangan dimulai dari keluarga sendiri. Seperti apa yang diimbau oleh Master Cheng Yen,” jelasnya. Dalam minggu sebelumnya, semangat cinta kasih juga telah disebarluaskan ke seluruh masyarakat dengan mengadakan kegiatan Open House Tzu Chi yang diadakan setiap Sabtu dan Minggu selama bulan Mei. Dalam open house, para peserta disuguhi film animasi tentang perjuangan Mahabiksu Jian Zhen dalam memperjuangkan tekadnya, film animasi ini diputarkan dengan tujuan untuk mengingat ikrar untuk bertekad menggalang lebih banyak bodhisatwa dunia yang telah diukir oleh Tzu Chi Indonesia pada peresmian Aula Jing Si. Dalam menggalang bodhisatwa sendiri sangatlah susah seperti perjalanan Biksu Jian Zhen menuju Jepang yang terus terkendala tetapi berkat tekadnya yang kuat perjalanan dapat dilalui dengan baik.
Keterangan :
Para anak-anak sekolah Tzu Chi Indonesia juga turut membantu persiapan terlaksananya acara waisak ini. Waktu yang biasanya mereka habiskan untuk menonton televisi atau berjalan-jalan dengan keluarga ke mall sudah tidak begitu menarik. “Biasanya kalau jalan-jalan ke mall paling hanya dengan orang tua dan adik, tetapi di sini kita bisa berjalan-jalan sekitar Aula Jing Si dengan teman-teman, Shigu dan Shibo. Hal ini jauh lebih menggembirakan daripada pergi ke mall,” cerita Zoti dengan gembira. Zoti Kurnia Zou merupakan murid kelas 4 SD Sekolah Tzu Chi. Zoti dan teman-temannya membantu para Shigu dan Shibo dengan sangat gembira. Zoti mengatakan jika dirinya merasa gembira karena setiap minggu ia dapat berbuat kebajikan dan bersumbangsih untuk banyak orang. Sejak minggu pertama bulan Februari 2013 mulai pukul 10 pagi hingga 12 siang mereka membantu membersihkan Jing Si Books & Café. Bertepatan dengan hari waisak ini mereka juga lebih memilih untuk membantu mempersiapkan keperluan kegiatan, “Kebetulan ada kegiatan ini, mereka pun ikut membantu mendekor ruangan, merapikan tempat duduk dan menyiapkan meja-meja untuk minuman para relawan, menghias bunga, mengirimkan barang-barang Jing Si book & café, ke stan di aula Ci Bei Da Ting,” jelas Tsai Peishan, guru pembimbing murid-murid sekolah Tzu Chi.
Keterangan :
Semangat cinta kasih lain juga ditunjukkan oleh Yeni The Shijie, relawan Tzu Chi Biak yang datang dan ikut dalam barisan formasi daun Bodhi. Dirinya tergerak untuk datang ke Jakarta khusus mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi. Istri dari Susanto Pirono Shixiong ini merupakan satu-satunya relawan Tzu Chi Biak yang menyempatkan hadir dan ikut dalam Waisak. “Mewakili Biak untuk datang ikut dalam prosesi dan ingin belajar dari apa yang dilakukan oleh Tzu Chi Jakarta karena nanti kita (KP Biak) juga akan melakukan prosesi Waisak pada 18 Mei 2013 mendatang,” terangnya. Dirinya juga mengemukakan bahwa Waisak Tzu Chi memang berbeda karena selain memperingati tiga peristiwa penting (kelahiran Pangeran Sidharta, Pangeran Sidharta mencapai penerangan sempurna, dan Sang Buddha mencapai Parinibhana) tapi juga memperingati Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. “Waisak ini mengingatkan kita bahwa kita tidak hanya harus membalas jasa Sang Buddha, tapi juga membalas jasa orang tua kita dan juga membalas jasa semua makhluk,” ungkap Yeni Shijie. “Semoga semangat Tzu Chi Jakarta bisa kami bawa ke Biak juga, agar Biak lebih banyak menggalang relawan lagi,” harapnya. Ikut Bersama Menyambut Waisak Berbeda dengan Ong Ing King yang telah mengenal Tzu Chi, oma Yetty (75) justru belum mengenal Tzu Chi namun dia bersedia untuk datang membawa keluarganya untuk melaksanakan prosesi pemandian Buddha rupang. Rohana, anak oma Yetty, menjelaskan bahwa sebelumnya keluarga mereka belum pernah ikut dalam perayaan Waisak di tempat lain. “Kalau Waisak, biasa kita cuma sembayang di rumah, tidak pernah ke Wihara. Ini karena undangan dari saudara, makanya kita mau coba untuk ikut dan ternyata acaranya sangat bagus,” ucapnya. Melihat ribuan orang berkumpul dan bersama berdoa dengan perasaan gembira, semoga dapat membuat semakin banyaknya semangat cinta kasih yang akan menyebar di masyarakat. | |||
Artikel Terkait
Mengasah Hati Para Calon Dokter
26 Maret 2012 Sabtu, 3 Maret 2012 menjadi hari yang sangat istimewa bagi mahasiswa kedokteran Universitas Riau dan para relawan Tzu Chi Pekanbaru. Sebanyak 36 mahasiswa dan 3 dokter pendampingnya mengadakan kunjungan rumah ke rumah-rumah para penerima bantuan pengobatan Tzu Chi.Menyemai Bibit Cinta Kasih di Tanah Biak
17 April 2018Berkah Ramadan, Relawan Tzu Chi di Lampung Bagikan Paket Takjil
02 April 2024Para relawan Tzu Chi di Lampung antusias membagikan paket takjil atau makanan berbuka puasa kepada warga yang melintas di sekitar Kantor Tzu Chi Lampung pada 27-28 Maret 2024.