Semangat dan Antusias Peserta

Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Hendra, Rudy, Riani
 
 

fotoDalam kunjungan kasih ini, para peserta Tzu Ching Kamp V menghibur dan berbagi welas asih dengan para pasien penanganan khusus yang telah ditangani Tzu Chi.

Sabtu pagi tanggal 14 Agustus 2010, di depan RSKB Cinta Kasih tampak sebuah meja dan spanduk panjang yang merupakan tempat registrasi untuk peserta yang telah mendaftar dalam kegiatan Tzu Ching Camp V.  Satu tahun telah berlalu sejak Tzu Ching Kamp IV diadakan, kini muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) kembali mengadakan Tzu Ching Camp untuk yang ke-5 kalinya, dengan total peserta sebanyak 136 orang.

Dalam kamp tahun ini, Tzu Ching mengangkat tema “Menebar Cinta Kasih dan Menemukan Cinta Kasih itu Kembali”. Para peserta yang berpartisipasi tampak cukup antusias mengikuti kegiatan ini karena mereka telah tiba 30 menit lebih awal di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta dari jadwal yang ditetapkan. Satu demi satu kelompok peserta yang berasal dari berbagai daerah, seperti Pekanbaru, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Tangerang, dan Papua pun tiba.

Usai registrasi, para peserta kemudian berkumpul di balai warga sesuai kelompok yang telah ditentukan. Mereka juga telah berganti pakaian dan mengenakan seragam Tzu Ching.  Sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi, dimana keindahan suatu kelompok berasal dari pembinaan masing-masing individu, rambut peserta wanita lantas dikepang menjadi dua bagian, yang pengerjaannya dibantu oleh panitia Tzu Ching Kamp tim pelayanan yang bermoto memberikan pelayanan bintang 5 yang memuaskan.

Resep Cinta Kasih Panitia
Dengan tema umum Tzu Ching tahun ini yaitu Yong Xin ( 用心 ), Zhuan Xin (専心), Fa Ru Xin (法入心), panitia kamp menggunakan 3 hal tersebut untuk memberikan pelayanan dan akomodasi yang terbaik layaknya hotel berbintang 5. Untuk sarana penginapan, peserta kamp menempati ruangan kelas Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di lantai 4 sebagai kamar. Sebelumnya, ruangan kelas tersebut telah dibersihkan dan ditata sedemikian rupa oleh panitia agar peserta dapat merasakan suasana nyaman saat ditempati. “Kita harus ikut tinggal di sekolah terlebih dahulu baru bisa ikut merasakan apa yang dirasakan peserta nantinya,” ujar Berton Deviano, Koordinator Tzu Ching Camp V saat rapat panitia inti.

Karena itu, panitia pun ikut tinggal di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk merasakan suasana seperti peserta pada kegiatan yang dinamakan Pre-Camp (kegiatan persiapan/training untuk menghadapi Tzu Ching Kamp) yang dilakukan setiap akhir bulan yang dimulai sejak bulan Februari lalu. Selain itu panitia juga telah bersiaga mempersiapkan segala kebutuhan dan tinggal di sana sejak satu minggu sebelum acara.

Tidak hanya 3 resep yang telah disebutkan di atas, panitia juga menggunakan resep lainnya saat menjalankan suatu kegiatan yang telah diajarkan oleh Master Cheng Yen (Shi Gong Shang Ren), yaitu He Xin 和心(Bersatu Hati), He Qi 和气(Ramah Tamah), Hu Ai (Saling Mencintai), dan Xie Li  (Gotong Royong). Panitia bersatu hati dalam menjalankan tugas masing-masing dan saling membantu antar divisi yang membutuhkan bantuan. “ini kan kegiatan setahun sekali maka panitia bersatu kebersamaannya untuk mempersembahkan yang terbaik untuk peserta,” ungkap Hasan Basri, salah seorang panitia.

foto  foto

Ket : - Tidak sedikit peserta kamp yang menitikkan air mata saat menyaksikan pertunjukan drama musikal sutra             bakti seorang anak yang mengingatkan mereka betapa besarnya jasa dan budi orang tua kepada             anaknya. (kiri)
         - Para peserta kamp tampak menunjukkan paspor vegetarian sebagai pertanda bahwa mereka sudah             resmi dan dapat masuk ke dalam negara United States of Vegetarian. (kanan)

Mari Vegetarian
Hari pertama Tzu Ching Kamp V dimulai dengan sesi pelestarian lingkungan. Tidak hanya materi yang diberikan oleh Robby Cahyadi Shixiong, tetapi juga action dengan melakukan pemilahan sampah daur ulang di Posko Daur Ulang Tzu Chi.

Saat sesi malam diisi dengan misi pelestarian lingkungan bagian ke-2 yang dibawakan oleh Phei Se Shijie. Ia memperkenalkan sebuah paspor untuk masuk ke sebuah negara. Negara tersebut adalah United State of Vegan. “Caranya sangat mudah untuk menjadi warga negara dari United State of Vegan , yaitu menjadi seorang vegetarian,” ujar Phei Se Shijie.

Dalam sesinya Phei Se memperlihatkan sebuah pohon kering kerontang yang berada di hadapan peserta. Ia mengajak para peserta untuk menghidupkan dan menghijaukan kembali pohon tersebut dengan cara memasang daun ikrar vegetarian yang dilakukan oleh peserta sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dalam sesi ini, secara otomatis peserta Tzu Ching Kamp V telah menerima paspor United State of Vegan dan menjadi bagian dari negara tersebut.

Phei Se Shijie menjelaskan bahwa awalnya ingin memberikan sebuah suvenir dalam sesinya tetapi tidak menemukan yang cocok. Namun ternyata, “Niat baik akan mendatangkan jodoh yang baik,” ungkapnya. Suatu ketika, Phei Se secara kebetulan mendapatkan informasi dari salah satu relawan Tzu Chi mengenai ceramah Master Cheng Yen yang bagus mengenai paspor vegetarian. Oleh sebab itu, akhirnya Tzu Ching pun ikut menerapkan hal itu dan ingin mengumpulkan 1 juta kali vegetarian seperti yang dilakukan di Tzu Chi Taiwan dan Malaysia.

“Aku” Bersyukur
Memasuki kegiatan di hari ke-2, walau agenda acara hari itu padat tetapi peserta masih terlihat bersemangat. Peserta dibagi menjadi banyak kelompok untuk melakukan kunjungan kasih yang tersebar di berbagai lokasi, baik dekat maupun jauh. Salah satu kasus yang dikunjungi oleh peserta kamp adalah Ibu Warsiti yang mengalami kecelakaan motor bersama suaminya. Dalam kecelakaan itu, suami Ibu Warsiti meninggal dunia, sedangkan Ibu Warsiti sendiri mengalami patah tulang dan telah dioperasi serta dipasangkan pen di tulangnya selama 2 tahun.

Ibu Warsiti bekerja sebagai tukang pijat dan memiliki 3 anak yang tinggal di rumah kos-kosan berukuran sekitar 3x3 m. Walaupun keadaan Ibu Warsiti tidaklah berkecukupan, tetapi ia juga tetap membantu orang lain dengan berpartisipasi menjadi donatur Tzu Chi.

foto  foto

Ket : - Para peserta kamp tampak sedang berupaya menghijaukan pohon yang kering kerontang dengan               menempatkan daun yang berisi ikrar mereka untuk bervegetarian dalam jangka waktu tertentu sesuai               kemampuan. (kiri)
        - Selain teori pelestarian lingkungan, para peserta Tzu Ching Kamp V ini juga melakukan praktik              langsung pemilahan sampah di depo daur ulang Tzu Chi Cengkareng. (kanan)

Selama mengikuti kunjungan kasih ini, sebagian besar peserta tampak ikut berempati kepada setiap kasus yang dikunjungi masing-masing. “Bersyukur atas apa yang aku miliki dan dengan ikut kegiatan seperti ini bisa melihat dunia lebih luas,” ujar Gladys setelah melakukan kunjungan ke rumah Ibu Warsiti. Salah satu peserta lainnya, Lisna, mengungkapkan bahwa melalui kunjungan kasih ini ia seolah dapat turut merasakan sakit yang diderita Ibu Tuti walaupun ia bukan keluarganya. Ia juga berkeinginan memberi tahu kepada teman-temannya bahwa ia telah terjun langsung melalui Tzu Ching Kamp ini.

Setelah kunjungan kasih, panitia dan peserta segera mempersiapkan diri untuk memasuki sesi malam hari, yaitu menyaksikan Drama Sutra Bakti Seorang Anak. Peserta yang memiliki waktu cukup panjang bersiap-siap membersihkan diri dan beristirahat sejenak, sedangkan panitia mempersiapkan diri untuk menampilkan yang terbaik dalam drama sesuai dengan peran masing-masing.

Penampilan drama yang telah disiapkan kurang lebih selama 5 bulan ini tidak sia-sia karena dapat membuat sebagian besar peserta terharu dan meneteskan air mata. Tidak hanya peserta yang terharu dan mendapatkan pembelajaran dari drama ini, tetapi juga para panitia pemain drama yang telah begitu meresapi makna dari drama dan berusaha untuk lebih berbakti kepada orang tua. “Kesannya terharu dan merasa kurang berbakti kepada orang tua dan ingin berterima kasih atas kerja keras selama ini,“ ungkap Claudia sambil meneteskan air mata. Claudia pun menambahkan dengan adanya acara ini, ia dapat menemukan cinta kasih yang sudah lama ia lupakan. Sudah lama tidak menyayangi orang tua, bersyukur dilahirkan di dunia ini, dan bersyukur masih ada hingga saat ini. ”Semuanya berkat orang tua,” tuturnya.

Welcome To Tzu Chi

Di hari terakhir Tzu Ching Kamp V, persahabatan para peserta tampak semakin erat penuh kebersamaan satu dengan yang lainnya. Tidak banyak sesi materi yang diberikan hari itu. Sebagian besar sesi berisi games, yel-yel, dan penampilan para peserta yang telah dibagi sesuai dengan Xie Li/universitas masing-masing. Semua itu bertujuan agar peserta semakin merasakan kebersamaan dan kekompakkan dalam kelompok. Usai penampilan masing-masing Xie Li, mendekati akhir acara, para peserta mendengarkan pesan cinta kasih dari Wen Yu Shigu yang berterima kasih kepada para peserta yang telah mengikuti Tzu Ching Camp kali ini dan juga panitia yang telah mempersiapkan acara ini. “Selamat Datang di Dunia Tzu Chi,” ujar Wen Yu memberi pesan dengan penuh semangat dan senyuman.

“Semoga hati welas asih mereka (peserta) terus terpelihara dan masuk ke dunia Tzu Chi, dengan jiwa yang masih muda mereka sudah memiliki jiwa relawan yang kuat,” kata Hok Lay Shixiong, salah satu mentor berharap, sekaligus menyatakan kekagumannya kepada para peserta. Akhirnya sesi pembagian suvenir pun menjadi penutup acara dan peserta kemudian masuk ke dalam barisan kelompok untuk kembali ke kamar masing-masing. Mereka pun lantas bersiap-siap dan bergegas pulang ke rumah masing-masing. Welcome to Tzu Chi.

  
 
 

Artikel Terkait

Menjadi Satu Keluarga

Menjadi Satu Keluarga

06 Maret 2012 Hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan acara Sosialisasi Calon Relawan Baru di Kantor Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi, gedung ITC Mangga Dua, Jakarta.
Satu Hati, Satu Langkah Menuju Satu Juta Cinta Kasih

Satu Hati, Satu Langkah Menuju Satu Juta Cinta Kasih

09 Desember 2016

Sebanyak 106 relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas yang berasal dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia berkumpul di Jing Si Tang, Tzu Chi Center. Selama tiga hari, ratusan relawan ini menjalani beragam kegiatan, mulai dari pelatihan, lomba, hingga merayakan puncak acara Xie Li Gathering dengan penuh sukacita.

Tiga Kata Penuh Makna

Tiga Kata Penuh Makna

16 Februari 2017
Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengangkat sebuah materi Tiga Kata Penuh Makna (Tolong, Maaf, dan Terima Kasih). Ketiga kata tersebut merupakan kata yang harus sering diucapkan karena akan membawa manfaat dan memberi dampak kebaikan yang besar pada diri kita dalam kehidupan sehari-hari.
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -