Semangat dan Tantangan TIMA Indonesia di Tahun ke-14

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, James Yip (He Qi Barat)

Semangat dan Tantangan TIMA Indonesia di Tahun ke-14

Tahun ini TIMA melantik 107 anggota baru yang terdiri dari 1 professor, 6 dokter spesialis, 26 dokter umum, 6 dokter gigi, 38 perawat, 4 bidan, 10 apoteker, 4 asisten apoteker, 4 ahli gizi, 4 analis lab, dan 4 radiografer. Pelantikan ini digelar di Tzu Chi Center, Minggu 20 November 2016.

Panggilan hati untuk membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan, mempertemukan ratusan tenaga medis ini dalam suatu organisasi, TIMA Indonesia. Menginjak usia yang ke-14, amunisi TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Indonesia bertambah. Tahun ini TIMA melantik 107 anggota baru. Terdiri dari 1 professor, 6 dokter spesialis, 26 dokter umum, 6 dokter gigi, 38 perawat, 4 bidan, 10 apoteker, 4 asisten apoteker, 4 ahli gizi, 4 analis lab, dan 4 radiografer.

“Saya mengikuti baksos yang diadakan TIMA dari tahun 2012. Saat itu saya masih jadi mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Sriwijaya Palembang. Waktu ikut, saya merasa seperti diterima, oh ini visi dan misinya saya banget. Itu yang bikin saya terus mau ikut sampai sekarang,” kata M. Ramadhandie Odiesta.

Ramadhandie yang asal Palembang ini merupakan salah satu dokter umum yang dilantik menjadi anggota TIMA Indonesia. Pelantikan ini membawa semangat baru baginya.

“Di mata saya TIMA itu seperti suatu perkumpulan, di mana sebenarnya berbeda-beda profesi akan tetapi memiliki pandangan yang sama, dan kita bisa melakukan satu hal, satu bisa mengisi ini, satu bisa mengisi itu, tapi memiliki hasil atau output yang sama,” tambahnya. 

Semangat dan Tantangan TIMA Indonesia di Tahun ke-14

Kepada 107 anggota baru TIMA Indonesia ini, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia, dr. Hengky Ardono mengingatkan tentang tuntunan yang harus dipegang oleh seorang anggota TIMA. Tuntunan itu adalah penggabungan filosofi Tzu Chi dan profesi medis.

Sementara itu dr. Helena Lie dan dr. Serwi Winoto, merupakan pasangan suami istri dari Jakarta yang tahun ini juga dilantik menjadi anggota TIMA. Mereka berdua pertama kali mengikuti baksos yang digelar oleh TIMA tiga tahun yang lalu.

“Begitu saya ikut baksos, saya merasa ada kepuasan. Dengan berbagi saya bisa menyalurkan kasih kepada orang lain. Dan wadah yang bisa menampung itu ya TIMA, apalagi di TIMA kan universal, tidak membawa agama, dia tidak mengkotak-kotakkan. Semua bisa bergabung di situ,” kata dr. Helena Lie.

Selama tahun 2016, TIMA Indonesia sudah mengadakan 66 bakti sosial kesehatan. Enam di antaranya merupakan bakti sosial berskala besar. Jumlah pasien yang ditangani tahun ini mencapai 13.559 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun bagi TIMA, yang terpenting bukan semata-mata berapa banyak orang yang dibantu, akan tetapi seberapa mendalam pertemuan batin antara masyarakat dengan apa yang dilakukan oleh TIMA.

Kepada 107 anggota baru TIMA Indonesia ini, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia, dr. Hengky Ardono mengingatkan tentang tuntunan yang harus dipegang oleh seorang anggota TIMA. Tuntunan itu adalah penggabungan filosofi Tzu Chi dan profesi medis. Filosofi Tzu Chi dalam hal ini ada lima, yakni mengutamakan jiwa, cinta kasih universal, mengembangkan budaya humanis, semangat memberi serta welas asih, dan pembinaan diri. Sementara dalam profesi medis ada pendidikan, pelatihan, penelitian, standar pelayanan, standar tindakan, standar profesi, dan etika.

“Banyak yang tanya ke kami, kenapa sih mau ikut baksos TIMA kok susah? Ini saja mahasiswa yang punya baksos tidak boleh pemeriksaan pasien, standarnya memenuhi tidak? Standar pelayanan, standar tindakan, standar profesi. Kenapa kita minta teman-teman yang dokter, perawat, yang ingin bergabung dengan TIMA tolong memberikan sertifikat ijazah, betul tidak?,” jelas dr. Hengky Ardono.

Dalam kongres, para pengurus masing-masing He Qi dan TIMA daerah melaporkan kegiatan yang sudah digelar dan membuat rencana kegiatan untuk tahun berikutnya.

Pimpinan TIMA dan Yayasan Tzu Chi Indonesia memotong kue ulang tahun sebagai salah satu bentuk syukur dan berdoa agar di tahun-tahun mendatang, semakin banyak kegiatan yang bisa digelar.

Sementara itu di usianya yang ke 14 ini, TIMA Indonesia mengalami perubahan dan juga tantangan. Salah satunya karena penerapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang mulai merata di Indonesia. Relawan TIMA yang dulu fokus pada baksos besar, terutama pada bedah, sekarang ini dengan adanya BPJS, kegiatan itu menjadi berkurang. Seperti yang diungkapkan Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia, dr. Hengky Ardono.

“Tentu pasien sudah jauh berkurang. Tapi kalau kegiatan operasi katarak mata masih banyak. Itu dulu memang kegiatan kita paling besar adalah di situ. Kita banyak menggunakan resources untuk kegiatan itu, baksos bedah dan baksos mata. Nah sekarang bedahnya kurang, mata masih banyak. Kita mulai strateginya masuk ke dalam komunitas,” kata dr. Hengky Ardono.

Komunitas yang dimaksud dr. Hengky, misalnya warga lanjut usia. Penyakit yang ditangani seperti diabetes, hipertensi.

Tantangan lainnya adalah dari sisi keanggotaan. Sekjen TIMA Indonesia drg. Laksmi mengatakan TIMA akan mendata kembali semua anggota yang saat ini tersebar, dan akan dikelompokkan ke dalam He Qi-He Qi.

“Jadi koordinator He Qi itu yang harus bisa mengatur mereka, mengajak bergantian. Kan kita kalau baksos mungkin anggotanya 50 padahal kita hanya butuh lima atau enam dokter. Nah misalnya ini dokter A, B, C, D, besoknya dokter lain. Kecuali yang dari dokter situ tidak ada yang bisa ya siapa yang bisa. Tapi kalau bisa dari He Qi nya masing-masing,” jelas drg. Laksmi.

Dalam rangkaian kegiatan ulang tahun yang ke-14 ini, TIMA Indonesia juga menggelar kongres. Para pengurus masing-masing He Qi dan TIMA daerah melaporkan kegiatan yang sudah digelar dan membuat rencana kegiatan untuk tahun berikutnya. Dalam kongres ini, ada juga pergantian pengurus untuk penyegaran dan memberi kesempatan bagi anggota baru yang potensial menjadi pengurus.

Anggota TIMA tengah beramah tamah.

Pada tahun 2017, TIMA Batam misalnya bertekad menambah 10 anggota baru lagi.

Pengurus TIMA Batam, Syamsul Rizal mendapatkan masukan dari kongres ini. “Jadi kita bisa ambil dari kabupaten atau kota yang lain. Contohnya baksos penyakit degeneratif itu Batam belum pernah melaksanakan itu. Jadi Insya Allah kita ke depannya bisa melaksanakan itu dengan bantuan dari pusat,” kata Syamsul Rizal.  

Syamsul menambahkan, anggota TIMA di Batam saat ini berjumlah 20 orang, namun dalam pelaksanaan bakti sosial, TIMA Batam sering bekerja sama dengan organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). TIMA Batam akan melakukan pendekatan secara persuasif supaya dokter-dokter spesialis penyakit dalam, anastesi, bedah di TIMA Batam bertambah. Pada tahun 2017, TIMA Batam setidaknya perlu menambah 10 anggota baru lagi.

Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Franky O. Widjaja turut mengucapkan syukur dan bahagia dengan perkembangan TIMA Indonesia. Ia juga mengingatkan bahwa masih banyak ladang bagi TIMA untuk berbuat kebaikan.

“Saya dengar bahwa sekarang kalau mau mengadakan baksos pengobatan, katanya sudah banyak pasiennya. Tapi dokter Hengky mengatakan di tempat perkebunan kita di Kalimantan, Sumatera masih banyak sekali ladang yang bisa kita berbuat kebaikan. Jadi malah katanya sebulan sekali kurang katanya. Kalau bisa tiap bulan dua kali. Jadi meski HUT yang ke 14, sederhana sekali perayaannya, tapi tindakannya akan lebih banyak. Selamat untuk sixiong dan shijie sekalian,” ujar Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Franky O. Widjaja.

Artikel Terkait

15<sup>th</sup> Perjalanan TIMA Indonesia

15th Perjalanan TIMA Indonesia

20 November 2017
Ratusan anggota TIMA dan para tamu undangan yang memenuhi Aula Guo Yi Ting, Tzu Chi Center, Jakarta dengan penuh kegembiraan menyanyikan lagu ulang tahun dalam memperingati HUT TIMA ke-15. Kegiatan yang diselenggarakan pada Minggu, 19 November 2017 ini dihadiri relawan medis Tzu Chi yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. 
Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

10 Juli 2017

“Saya mantap mau menjadi anggota TIMA. Di sini memang beda seperti tempat lain. Misalnya baksos, bukan untuk menolong orang lain saja, tapi ada pengembangan diri. Jadi kita juga bisa berkembang menjadi insan yang lebih baik,” ujar dr. Revie Rendita Suhardi (27) saat mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia, di Tzu Chi Center Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -