Semangat dan Tekad Tzu Ching Mengarungi Lautan Dharma

Jurnalis : Lina K Lukman (He Qi Pusat), Fotografer : Stephen Ang, Henry Tando, Johsen
 

foto
Di usia 10 tahun Tzu Ching (muda mudi Tzu Chi) bertekad untuk memberikan sebuah kado sederhana namun indah kepada Master Cheng Yen.

Biasanya jika dalam sebuah keluarga apabila ada anak yang merayakan ulang tahun, kita sebagai orang tua akan memberikan kado atau hadiah pada anak tersebut, namun yang dilakukan oleh Tzu Ching Indonesia sangat berbeda dari kebiasaan itu. 

Di usia 10 tahun dan masih terbilang muda namun para anggota Tzu Ching (muda mudi Tzu Chi) bertekad untuk memberikan sebuah kado sederhana namun indah kepada Shigong Shangren sebutan Tzu Ching untuk Master Cheng Yen, yaitu Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas Wu Liang Yi Jing pada tanggal 7 September 2013 bertempat di Aula Jing Si lantai 4, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Kado ini sudah mulai dipersiapkan sejak bulan Januari 2013 dan sebanyak 108 anggota Tzu Ching ikut ambil bagian dalam Persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing yang terbagi menjadi 36 orang pemain drama dan 72 orang memperagakan shou yu (isyarat tangan). Selama hampir 9 bulan mereka semua melakukan latihan dengan kesungguhan hati, dan juga mendalami makna arti yang terkandung di dalamnya sehingga kado yang sudah dipersiapkan ini menjadi sempurna pada saat diberikan kepada Master Cheng Yen. Selain 108 orang Tzu Ching tersebut, di Persamuan Dharma ini juga terdapat 357 orang yang terdiri dari Tzu Ching, relawan Tzu Chi, siswa-siswi sekolah Tzu Chi dan juga masyarakat umum yang menjadi bagian dari Lautan Dharma dan dihadiri oleh 420 tamu undangan.

Semakin mengenal sosok Shigong Shangren
“Melalui Wu Liang Yi Jing ini saya belajar bagaimana cara memanfaatkan waktu dengan baik dan benar, selain itu dari sini saya juga dapat lebih mengenal sosok Shigong Shangren. Pada awalnya karena kesibukan dalam kegiatan kuliah dan juga kerja membuat saya hampir menyerah, tapi ada satu kalimat yang membuat saya terus berjalan hingga kini, yaitu Jing Ji Qing Cheng, Zhi Xuan Xu Mo, Shou Zhi Bu Dong, Yi Bai Qian Jie yang artinya, ‘Dalam suasana hati yang hening dan jernih, tekad luas dan luhur teguh tak tergoyahkan dalam milyaran kalpa’. 16 kata ini membuat saya teringat pada sosok Shigong Shangren yang tidak pernah menyerah hingga sekarang. Oleh karena itu saya sangat bersyukur dapat berperan sebagai salah satu pemain dalam lautan dharma dan memberikan Shigong Shangren sebuah kado terbaik,” ucap Widya anggota Tzu Ching yang berpartisipasi sebagai salah seorang pemain drama.

foto   foto

Keterangan :

  • Kado ini sudah mulai dipersiapkan sejak bulan Januari 2013 dan sebanyak 108 anggota Tzu Ching ikut ambil bagian dalam Persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing (kiri).
  • Persamuan Dharma ini terdapat 357 orang yang terdiri dari Tzu Ching, relawan Tzu Chi, siswa-siswi sekolah Tzu Chi dan juga masyarakat umum yang menjadi bagian dari Lautan Dharma Fa Qing Hai dan dihadiri oleh 420 tamu undangan (kanan).

Diayana Vasanthanathan dan Jasvinee Sivakurunathan adalah 2 orang Tzu Ching asal Kuala Lumpur, Malaysia yang saat ini sedang menjalani kuliah kedokteran tahun ke-3 di Universitas Padjajaran, Bandung. Jodoh mereka dengan Tzu Chi berawal dari mengikuti baksos dan mereka baru 3 bulan ini menjadi anggota Tzu Ching, walaupun begitu mereka sangat antusias mempelajari gerakan isyarat tangan Wu Liang Yi Jing.

“Masuk Tzu Ching dan juga mengikuti bedah buku, saya mendapatkan banyak pengalaman dan juga mendapat jawaban yang saya tidak tahu sehingga sedikit demi sedikit ada perubahan dalam diri saya. Dulu kalau saya mau berbuat maka saya langsung lakukan tapi sekarang saya berfikir dulu dari yang saya lakukan itu akibatnya apa, adakah saya berbuat salah ataupun melukai perasaan orang lain,” kata Jasvinee sambil tersenyum. Hal ini juga di ungkapkan oleh Diayana, “Setelah saya masuk Tzu Ching banyak perubahan dalam diri saya, dulu saya orangnya pemarah tapi sekarang saya jadi lebih tenang sikit (sedikit) dan tak cepat marah. Kemudian saya jadi lebih menghormati orangtua saya, kalau dulu itu apa yang mereka mau sampaikan tidak saya dengarkan tapi sekarang tidak lagi.”

Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas memang telah usai, namun dengan ketulusan hati mempelajari ajaran Jing Si juga dengan tekad dan keteguhan hati, relawan Tzu Chi dan khususnya Tzu Ching Indonesia dapat mewarisi semangat dan inti ajaran Jing Si kepada generasi yang akan datang.

  
 

Artikel Terkait

Merangkul Kembali Cinta Kasih yang Telah Lama Hilang

Merangkul Kembali Cinta Kasih yang Telah Lama Hilang

23 Desember 2014

Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Bakung adalah kompleks 66 rumah yang dibangun bagi warga yang kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang menimpa kawasan tersebut pada tanggal 6 Februari 2012 lalu. Cinta kasih mulai bersemi ketika beberapa warga perumahan ini juga bersumbangsih bergabung dengan barisan Tzu Chi salah satunya pada tanggal 4 Desember 2014 saat diadakan sosialisasi celengan bambu di tempat tersebut.

Tahun Baru Lembaran Cinta Kasih Baru

Tahun Baru Lembaran Cinta Kasih Baru

16 Januari 2013

Minggu, tanggal 6 Januari 2013, jam menunjukan pukul 07:30. Walau pintu Jing Si Books and Café Pluit belum dibuka para Relawan Tzu Chi, Penerima Bantuan dan Anak asuh sudah berdatangan.

Hati Ibu

Hati Ibu

24 Desember 2012 Seusai mendengar pesan cinta kasih Master Cheng Yen acara dilanjutkan dengan sharing Amelia Shijie yang membawakan tema berupa “Menyayangi, menghormati dan berbakti kepada Ibu”. “Sebandel-bandelnya anak, bagaimanapun seorang ibu pasti akan tetap menyayangi anaknya.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -