Semangat Gadis Kecil Roemah Tawon

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi mengadakan kunjungan kasih rutin setiap bulannya di Roemah Tawon. Pendampingan juga diberikan dengan pendidikan budi pekerti.

Anak-anak Roemah Tawon menjadi perhatian relawan Tzu Chi sejak 2012 lalu. Jodoh baik pun terjalin ketika relawan Tzu Chi mengunjungi salah satu panti asuhan di Tangerang yang saat itu salah satu pengurus Roemah Tawon menemui relawan yang sedang melakukan kunjungan kasih di panti asuhan tersebut. “Kita ada pembicaraan bahwa di sini (Tangerang) ada satu tempat yang layak untuk kita kunjungi, lalu kita bikin schedule kunjungan kasih,” ujar Joliana, PIC Kunjungan kasih He Qi Barat.

Roemah Tawon terletak pinggiran yang tidak jauh dari jalur rel kereta api di Tanah Tinggi, Poris, Tangerang ini menjadi lokasi belajar bagi anak-anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan di sekolah formal. Melihat puluhan anak membawa semangat belajar relawan pun merasa bahagia, namun di sisi lain kondisi tempat untuk belajar justru tidak memungkinkan. Relawan pun tersentuh dengan kondisi tersebut, maka relawan memutuskan untuk kolekan pribadi mereka untuk membangun saung agar belajar anak-anak menjadi nyaman. Sejak saat itu Tzu Chi mengadakan kunjungan kasih rutin di Roemah Tawon ini, seperti yang dilakukan pada Minggu pagi, 18 Desember 2016.

“Jadi memang tujuan kita itu untuk memotivasi anak-anak, bahwa kehidupan mereka saat ini itu harus ditunjang pendidikan juga. Makanya kita pikir ini satu tempat untuk lakukan kuan huai,” kata Joliana. Jika anak-anak Roemah Tawon sekarang sangat teratur dan mulai banyak yang mengenyam pendidikan, kondisi ini berbeda dengan dua tahun lalu. “Dua tahun lalu banyak anak yang tidak mau sekolah, mereka agak susah mendengar arahan kita sekarang mereka lebih teratur, mendapatkan budi pekerti yang baik dan membantu orang tua,” ungkap relawan komite ini.

doc tzu chi

Joliana mengisi kegiatan kunjungan kasih pada Minggu, 18 Desember 2016 dengan memberikan story telling untuk anak-anak Tawon.

doc tzu chi

Setiap kunjungan kasih, anak-anak diajak untuk belajar, bercerita, bermain peran, dan lain-lain untuk mengasah rasa kepercayaan diri mereka.

Memanfaatkan Kesempatan untuk Belajar

Roemah Tawon menjadi rumah kedua bagi anak-anak di mana rumah kedua tersebut adalah pengganti sekolah yang diidamkan sebagian besar anak. Memang sebagian besar anak-anak sudah mulai mengenal pendidikan sekolah, namun masih tetap ada anak yang tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Maka Roemah Tawonlah yang menjadi tumpuan dan harapan anak-anak belajar.

Salah satu anak yang memanfaatkan kesempatan baik ini adalah Carini. Ia hampir tidak pernah absen datang ke Roemah Tawon untuk belajar. “Biarpun aku enggak sekolah yang penting aku belajar biar pintar, jadi aku tahu semua,” ujar gadis 14 tahun ini meyakinkan diri. Sehari-hari Carini membantu menjaga warung mi ayam milik ayahnya, sementara ibunya berdagang makanan matang keliling. Tidak hanya menjaga warung, gadis manis ini juga membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasalnya membantu pekerjaan rumah merupakan salah satu wujud bakti kepada orang tua. “Biar orang tua bahagia dan enggak capek, orang tua pulang (kerja) langsung istirahat,” ungkap Carini.

Meski disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga dan menjaga warung, Carini tetap rajin datang ke Roemah Tawon untuk belajar, karena memang ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Anak kedua dari tiga bersaudara ini sempat mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) namun tidak tamat. Sejak pindah ke Tanah Tinggi, Poris, Tangerang, Carini pun tidak lagi mengenakan seragam sekolah untuk belajar di pendidikan formal. Di usianya yang masih belia, keinginan belajar dan menikmati masa-masa sekolah layaknya anak-anak lainnya sebenarnya masih terus bergelora, namun apa daya tidak banyak yang bisa dilakukan Carini dan keluarganya. “Tadinya sekolah kelas 5 SD, saat pindah ke sini tidak dilanjutkan, padahal kalo lanjut seharusnya saya sudah SMP,” ujarnya sedih. “Soalnya nggak ada raport (SD), nggak ada biaya juga,” sambungnya cepat-cepat menimpali.

doc tzu chi

Carini (jilbab putih) memberikan idenya kepada kelompoknya sebelum bermain games yang diberikan relawan Tzu Chi.

doc tzu chi

Siti Nurhazizah (kiri) bersama temannya, Sabrina membaca di saung yang menjadi ruang baca Roemah Tawon.

Beruntung ia “menemukan” Roemah Tawon pada 2012 silam. Layaknya belajar di sekolah, Carini juga belajar berbagai mata pelajaran pada bimbingan belajar ini, seperti Matematika, bahasa Inggris, dan lain-lain. Bahkan Roemah Tawon juga mengajarkan kelas teater dan pengajian. “Saya kadang kepikiran pengen sekolah, tapi kadang enggak,” akunya sedih. “Karena kalau sekolah nggak ada yang ngurus rumah,” tambah Carini yang tak kuasa menahan air mata.

Carini sangat jarang melewatkan waktu belajar bersama lebih dari 40 teman-temannya. Ia mengikuti setiap pelajaran yang diberikan dengan penuh antusias, tak terkecuali kegiatan kunjungan kasih relawan Tzu Chi yang diadakan rutin setiap bulannya. “Kalau relawan datang saya ikut, main games, belajar bareng. Seru,” tukas Carini diikuti senyum. Bagi Carini, banyak hal yang bisa dipelajari dari relawan Tzu Chi. Menurutnya relawan Tzu Chi yang ditemuinya memiliki perangai yang baik dan ramah. Relawan juga memberikan pelajaran budi pekerti yang dikemas dalam konsep permainan, cerita, maupun lainnya. “Yang didapat kita harus belajar terus, jangan mudah menyerah, harus jadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua. Relawan juga bilang tidak boleh melawan orang tua,” paparnya. Apa yang disampaikan relawan pun Carini ingat dan terapkan dalam kehidupan sehari-harinya. “Setiap anak harus berbakti kepada orang tuanya. Terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang sudah membimbing kami,” ungkapnya.

Semangat yang sama juga dirasakan oleh Siti Nurhazizah. Meski sudah belajar di sekolah formal, Siti tetap mengikuti kelas belajar di Roemah Tawon. Selain memiliki banyak teman, motivasinya ikut belajar karena ingin memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang berguna. “Biar cepet pintar, enggak banyak main, tapi (banyak) belajar,” kata Siti. Selain belajar, gadis 11 tahun ini juga memanfaatkan waktunya untuk belajar berwirausaha. Bersama rekannya Sabrina, Siti menjajakan roti keliling. Hasilnya digunakan untuk uang saku ke sekolah. “Kita bantu orang tua, bisa mandiri,” ucap Siti mengungkapkan alasan berjualan keliling.

Siti yang masih duduk di kelas 6 SD ini sudah bisa merasakan kerja keras orang tua. “Kita tahu kerja itu tidak gampang dan susah, butuh perjuangan. Apalagi orang tua banting tulang berangkat pagi pulang malam,” tuturnya. Dan belajar mandiri menurutnya salah satu sikap berbakti kepada orang tua. Sebelum mengenal relawan Tzu Chi dan Roemah Tawon, Siti mengaku tergolong anak yang kurang berbakti kepada orang tua. “Dulu saya bandel, belajar di sini diajarin kalau jadi orang tidak boleh bandel, nurut dengan orang tua,” aku pemilik cita-cita astronot ini. Bungsu dari empat bersaudara ini juga terus mengingat pesan relawan bahwa harus percaya diri dan bersikap baik kepada orang lain. Ia pun bertekad untuk semakin giat belajar. “Belajar lebih lanjut biar cita-cita tercapai dan memenuhi harapan orang tua,” pungkas  Siti yang ingin melanjutkan SMK ini.


Artikel Terkait

Semangat Gadis Kecil Roemah Tawon

Semangat Gadis Kecil Roemah Tawon

27 Desember 2016
Roemah Tawon menjadi tempat singgah anak-anak yang mencari kepintaran yang tidak mereka dapatkan di bangku sekolah. Meskipun tidak sedikit dari mereka yang sudah bersekolah tetap memanfaatkan kesempatan belajar bersama di saung tersebut. Relawan Tzu Chi pun hadir memberikan pendampingan melalui kunjungan kasih rutin setiap bulannya dengan tujuan memotivasi anak-anak agar menjadi anak yang lebih baik.
Desember yang Ceria

Desember yang Ceria

27 Desember 2016

Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Barat yang mengunjungi Saung Tawon yang terletak di Tanah Tinggi, Tanggerang. Di sana relawan berbagi cerita, bermain, dan bercanda bersama anak-anak Saung Tawon.

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -