Semangat Juang dan Senyum Stepfinie

Jurnalis : Felicite Angela Maria (He Qi Timur), Fotografer : Felicite Angela Maria (He Qi Timur)

Senyum Stephini tak memudar meski selama lima tahun ini harus berada di atas tempat tidur karena lumpuh. Senyumnya seolah ingin mengatakan bahwa selalu ada harapan untuk bangkit dari cobaan.

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur kembali mengunjungi Stepfinie Porsalino, seorang penerima bantuan Tzu Chi yang selama lima tahun ini terus berjuang untuk sembuh dari kelumpuhan. Pagi itu 25 Juni 2016, di rumahnya di kawasan Kober Kecil Jatinegara Jakarta Timur, Stepfinie Porsalino atau yang akrab dipanggil Fini sedang berbaring didampingi sang ibu, kakak dan seorang perawat. Saat melihat para relawan datang, ia tersenyum, matanya pun berbinar dan dengan perlahan melambaikan tangan.

Perkembangan kondisi kesehatan yang ditunjukkan Fini membuat para relawan terharu sekaligus bersyukur. Terakhir kali relawan menjenguk pada 14 Februari 2016 lalu, Fini masih terbaring dengan alat bantu nafas yang terpasang di tenggorokan. Kini Fini sudah bisa duduk tegak dan bernafas tanpa menggunakan alat bantu. Raut wajahnya juga tampak lebih segar dari sebelumnya.

Menurut sang ibu, Herijatij Genial (57 tahun), kelumpuhan yang dialami putrinya itu bermula sejak lima tahun yang lalu. Fini yang yang berkebutuhan khusus down syndrome itu  sebelumnya mengalami masalah pada tulang belakang yang tak simetris dan mengakibatkan tubuhnya mengalami kemiringan. Fini pun menjalani operasi untuk mengatasi kemiringan itu di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta Timur. Namun pasca operasi, Fini justru lumpuh. Kelumpuhan itu disebabkan adanya bagian dari sistem syaraf pernafasan yang mengalami penyempitan. Sejak itulah Fini hanya mampu berbaring saja di atas tempat tidurnya.

Kunjungan relawan pada 14 Februari 2016 lalu, di mana Fini masih terbaring dengan alat bantu nafas yang terpasang di tenggorokan. Kini Fini sudah bisa duduk tegak dan bernafas tanpa alat bantu.

Perkembangan kondisi Stepfinie Porsalino membahagiakan keluarganya dan juga para relawan.

Perjuangan Stepfinie Porsalino untuk sembuh memang penuh liku. Biaya pengobatan juga tak sedikit. Sang ibu menuturkan, di rumah sakit yang pertama, kondisi fisik Fini tak menunjukkan perkembangan baik. Kemudian, salah seorang relawan Tzu Chi, Wie Sioeng merekomendasikan  orang tua Fini untuk membawa putrinya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Setelah melalui beberapa kali pemeriksaan dan diagnosa, diketahui bahwa saluran nafas Fini tertutup oleh reak dan membuat Fini susah bernafas.

Setelah diambil tindakan medis penyedotan reak diketahui bahwa di saluran nafas Fini terdapat bakat keloid sekitar 80%. Menurut dokter di RSCM, kondisi keloid ini masih bisa dimonitor dan dijaga perkembangannya. Akhirnya setelah hampir dua bulan setelah  penanganan di RSCM maka alat bantu nafas Fini sudah bisa dilepas sama sekali dari tenggorokannya dan Fini pun diperbolehkan dirawat di rumah. 

Keadaan fisik yang serba terbatas itu tak membuat Fini menyerah dengan keadaan. Stephina sang kakak mengakui itu. Fini masih bisa tersenyum dan tertawa dengan sanak saudara dan anggota keluarga lainnya. “Awalnya saya pribadi saat melihat kondisi Fini sempat bertanya-tanya sih, sempat tidak terima, kenapa kondisi Fini seperti ini. Saya lihat Fini nya sendiri masih bisa ketawa, masih bisa senyum, walau pun pasti kalau saya pribadi merasa itu pasti sakit sekali, dari situ saya mau terus ada untuk Fini sampai kapan pun, “ ujarnya.

Stephina menambahkan, cara adiknya menyikapi apa yang terjadi justru membuat keluarga makin bersemangat mendampingi Stepfinie Porsalino.

Saat ini, Fini terus diterapi secara bergantian oleh seorang perawat. Kini Fini sedang belajar menggerakkan pinggang dan pinggulnya untuk duduk sendiri serta terus menyempurnakan gerakan kaki dan tangan. Fini juga sudah bisa berpose saat di foto, sambil sesekali tangannya melambung-lambungkan bola plastik yang digantung di atas tempat tidurnya untuk melatih motorik tangannya. Bahkan Fini mampu mengucapkan terima kasih kepada relawan yang datang mengunjunginya.

Stephina, sang kakak sangat bersyukur lantaran ada orang-orang yang peduli dengan keadaan adiknya. “Buat saya pribadi saat pertama kali dapat kunjungan dari relawan Tzu Chi terus sampai hari ini, sudah menjadi bagian dari keluarga kita juga. Senang ada yang kunjungi dan lihat Fini ke rumah, “ ungkapnya.

Di tempat tidurnya, Stepfinie Porsalino tampak terus berlatih menggerakkan anggota tubuhnya. Tak sedikitpun ia mengeluh. Semangatnya justru menginspirasi para relawan bahwa dalam hidup tak boleh mudah menyerah. Sesulit apapun hidup yang harus dijalani, tetap masih ada harapan untuk pulih dan kembali bangkit. Semangat Fini!


Artikel Terkait

Perayaan Valentine untuk Semua

Perayaan Valentine untuk Semua

17 Februari 2016 Relawan Tzu Chi Kelapa Gading mengadakan gathering dengan penerima bantuan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi yang telah terjalin antara relawan dan penerima bantuan.
Semangat Juang dan Senyum Stepfinie

Semangat Juang dan Senyum Stepfinie

11 Juli 2016

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur mengunjungi Stepfinie Porsalino, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi yang mengalami kelumpuhan. Kunjungan kasih ini tak hanya membahagiakan keluarga Stepfinie Porsalino dan juga bagi relawan sendiri, namun ada pelajaran hidup yang bisa diteladani.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -