Semangat Melakukan Kebajikan
Jurnalis : Stephen Ang, Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang , Johnsen (He Qi Utara)
|
| ||
Perjuangan Hidup Seorang Ibu Xiu Ling yang sejak kecil tidak memiliki ibu, merasa tidak rela ketika memikirkan ketiga anaknya yang masih kecil. Sakit yang dideritanya terkadang membuatnya putus asa dan takut. Walaupun begitu, beliau bangkit kembali dan terus berjuang melawan penyakitnya. Xiu Ling juga aktif dalam berbagai kegiatan Tzu Chi seperti daur ulang dan sering ikut Cu Nian (mendoakan arwah). Tiga tahun berlalu sejak itu, beliau pun telah dilantik menjadi komite dan terus semangat menjadi relawan. Kondisi Xiu Ling semakin melemah dan kemudian melanjutkan kemoterapi di Rumah Sakit Dalin, Taiwan. Hingga pada suatu tahap dan kankernya pun telah menyebar sampai ke otak.
Keterangan :
Menjelang akhir hidupnya, suami beserta ketiga anaknya bersama relawan Tzu Chi datang ke rumah sakit untuk mendoakan Xiu Ling. Setelah keluarganya merelakan, Xiu Ling menghelakan nafas dan pergi dengan tenang. Xiu Ling yang sejak awal sudah berikrar akan mendonorkan tubuhnya, akhirnya menjadi Silent Mentor agar dapat terus bersumbangsih dan bermanfaat untuk lebih banyak orang lagi. Setelah selesai menyaksikan film, perasaan terharu dan air mata pun mengalir membasahi seluruh wajah para pengunjung. Anak-anak dan orang tua saling berpelukan dengan erat. Inilah cinta kasih Ibu kepada anaknya yang tulus tanpa pamrih. Sebagai anak hendaknya kita harus selalu berterima kasih kepada orang tua, menggunakan tubuh yang telah diberikan mereka untuk melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Oleh karena itu dengan bersyukur, rasa haru dapat menjadi sebuah dorongan dalam diri setiap orang untuk melakukan kebajikan. Menyambut Bodhisatwa Baru Di ruang tengah pameran relawan juga menyediakan kursi dan meja untuk para pengunjung agar dapat mengenal Tzu Chi dan bertukar pikiran satu sama lain. John yang datang bersama istrinya Yuliati dan ketiga orang anaknya merasa terharu setelah menonton film Kemilau Bunda Hati. Salah satu anaknya sudah dua tahun mengikuti kelas budi pekerti. John merasakan adanya perkembangan yang positif dari anaknya. “Dulu kita sering ajak ke pelestarian lingkungan dan kadang perlu sedikit memaksa, tapi sekarang dia sudah punya inisiatif mau ikut. Juga di rumah sudah tahu bagaimana memilah sampah yang bisa didaur ulang dan yang tiap hari buang,” ungkap John dengan perasaan gembira. John mengatakan lelah sedikit tidak masalah yang penting untuk anak-anak, daripada mengajak ke mal yang tidak ada manfaatnya.
Keterangan :
Walaupun capek tapi John menyempatkan waktu untuk datang ke Tzu Chi dan merasakan kebahagiaan karena perasaan berbagi dengan sesama itu berbeda. Ketika banjir 2013 kemarin, Yuliati mendapat pesan dari tetangga yang juga relawan bertanya apakah bisa ikut menyumbang nasi putih. Yuliati pun segera mengajak tetangga yang lain untuk berpartisipasi dan kemudian mengantarkan nasi tersebut ke depo. Dari kejadian banjir itu jalinan jodoh cinta kasihnya dengan Tzu Chi semakin matang. Tanggal 2 Juni 2013 nanti John dan Yuliati akan mengikuti sosialisasi relawan di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, menambah barisan Bodhisatwa Tzu Chi dan mengenggam kesempatan untuk berbuat kebajikan. Seorang pengunjung bernama Shinta menuturkan kisahnya yang memberikan inspirasi. Beberapa tahun silam, setiap hari ia hanya sibuk mencari uang bahkan hari Minggu dan hari libur pun tetap bekerja membuka usaha sarang burung walet. “Usaha saya sukses, tapi tidak hidup bahagia, bahkan rumah tangga hancur,” kata Shinta dengan suara lirih mengenang peristiwa sedih itu. Shinta harus menjadi orang tua tunggal bagi ketiga orang anaknya, setelah berpisah dengan suaminya. Beberapa tahun berselang ia tergolek sakit yang hampir merenggut jiwanya. “Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saya pun sadar hidup ini singkat dan sementara saja,’ lanjut wanita beragama Buddha ini. Sebenarnya sejak dua tahun terakhir ini Shinta dan beberapa temannya ikut membagikan sembako ke kampung kumuh di sekitar Jakarta namun hanya terbatas kepada beberapa orang saja. “Tzu Chi itu luar biasa, maka saya mau datang ke sini untuk belajar,” kata Shinta dengan wajah bahagia sambil menuliskan namanya di formulir pendaftaran untuk menjadi relawan Tzu Chi. Seluruh rangkaian acara Waisak 2557 dan Vegetarian berjalan lancar dan semua pengunjung yang hadir menyambut dengan positif. Sebelum pulang, mereka juga disediakan makanan vegetaris yang enak dan sehat. Semoga semakin banyak orang yang lebih mengenal semangat Master Cheng Yen, mengambil sebuah langkah awal yang tepat untuk melakukan kebajikan dalam barisan relawan Tzu Chi dan menjalankan visi misi Tzu Chi dengan penuh sukacita. | |||