Semangat Melakukan Kebajikan

Jurnalis : Stephen Ang, Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang , Johnsen (He Qi Utara)
 
 

foto
Acara Open House Aula Jing Si di Tzu Chi Center PIK, Jakarta ini sudah diadakan sejak tanggal 4 Mei 2013 dan mendapatkan sambutan yang sangat positif.

Minggu, 19 Mei 2013 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Acara Open House Aula Jing Si dalam rangka Waisak 2557 dan Vegetarian di Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara. Sejak pukul 8 pagi relawan sudah menyambut para tamu undangan dengan nyanyian dan tepuk tangan yang meriah. Sesi I pukul 09.00-12.00 WIB terdapat sebanyak lebih dari 1.000 pengunjung, dan sesi II pukul 13.00-16.00 WIB sebanyak 700 pengunjung. Rata-rata yang hadir adalah orang tua dan anak-anak dari kelas Budi Pekerti Tzu Chi.

Perjuangan Hidup Seorang Ibu
Di awal acara pengunjung disuguhkan sebuah film DAAI kisah nyata yang berjudul Kemilau Bunda Hati menceritakan seorang relawan bernama Li Xiu Ling yang terdiagnosa kanker payudara. Beliau adalah sosok ibu yang sangat menyayangi keluarganya. Pihak keluarga menyarankan Xiu Ling untuk pergi ke Rumah Sakit Tzu Chi Hualien untuk melakukan operasi. Di sana Xiu Ling bertemu dengan Ming Yue Shijie, relawan rumah sakit dengan sepenuh hati menemaninya dan memberi semangat. Setelah kembali ke daerah Chang Hua, pengobatan secara kemoterapi pun dilakukan. Tapi suatu hari Xiu Ling mengalami sakit yang cukup parah karena kankernya sudah menyebar. Setahap demi setahap beliau tetap tegar dan tidak putus asa dalam menghadapi hidupnya.

Xiu Ling yang sejak kecil tidak memiliki ibu, merasa tidak rela ketika memikirkan ketiga anaknya yang masih kecil. Sakit yang dideritanya terkadang membuatnya putus asa dan takut. Walaupun begitu, beliau bangkit kembali dan terus berjuang melawan penyakitnya. Xiu Ling juga aktif dalam berbagai kegiatan Tzu Chi seperti daur ulang dan sering ikut Cu Nian (mendoakan arwah). Tiga tahun berlalu sejak itu, beliau pun telah dilantik menjadi komite dan terus semangat menjadi relawan. Kondisi Xiu Ling semakin melemah dan kemudian melanjutkan kemoterapi di Rumah Sakit Dalin, Taiwan. Hingga pada suatu tahap dan kankernya pun telah menyebar sampai ke otak.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pengunjung merasa terharu menyaksikan film kisah nyata perjalanan hidup relawan bernama Li Xiu Ling dalam melawan penyakit kankernya (kiri).
  • Air mata pun mengalir membasahi seluruh wajah para pengunjung ketika anak-anak dan orang tua saling berpelukan dengan erat dan penuh kasih sayang (kanan).

Menjelang akhir hidupnya, suami beserta ketiga anaknya bersama relawan Tzu Chi datang ke rumah sakit untuk mendoakan Xiu Ling. Setelah keluarganya merelakan, Xiu Ling menghelakan nafas dan pergi dengan tenang. Xiu Ling yang sejak awal sudah berikrar akan mendonorkan tubuhnya, akhirnya menjadi Silent Mentor agar dapat terus bersumbangsih dan bermanfaat untuk lebih banyak orang lagi.

Setelah selesai menyaksikan film, perasaan terharu dan air mata pun mengalir membasahi seluruh wajah para pengunjung. Anak-anak dan orang tua saling berpelukan dengan erat. Inilah cinta kasih Ibu kepada anaknya yang tulus tanpa pamrih. Sebagai anak hendaknya kita harus selalu berterima kasih kepada orang tua, menggunakan tubuh yang telah diberikan mereka untuk melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Oleh karena itu dengan bersyukur, rasa haru dapat menjadi sebuah dorongan dalam diri setiap orang untuk melakukan kebajikan.

Menyambut Bodhisatwa Baru
Para pengunjung Open House juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tur Aula Jing Si di sepanjang lorong Exhibition Hall lantai 1. Juga terdapat berbagai stan pameran seperti pertunjukan menyajikan teh, merangkai bunga, daur ulang, pembuatan enzim, DAAI TV, Tzu Ching, dan Jing Si Books & Café. Relawan Tzu Chi dengan penuh semangat menceritakan sejarah perjalanan Tzu Chi dan menjawab setiap pertanyaan dari pengunjung dengan baik.

Di ruang tengah pameran relawan juga menyediakan kursi dan meja untuk para pengunjung agar dapat mengenal Tzu Chi dan bertukar pikiran satu sama lain. John yang datang bersama istrinya Yuliati dan ketiga orang anaknya merasa terharu setelah menonton film Kemilau Bunda Hati. Salah satu anaknya sudah dua tahun mengikuti kelas budi pekerti. John merasakan adanya perkembangan yang positif dari anaknya. “Dulu kita sering ajak ke pelestarian lingkungan dan kadang perlu sedikit memaksa, tapi sekarang dia sudah punya inisiatif mau ikut. Juga di rumah sudah tahu bagaimana memilah sampah yang bisa didaur ulang dan yang tiap hari buang,” ungkap John dengan perasaan gembira. John mengatakan lelah sedikit tidak masalah yang penting untuk anak-anak, daripada mengajak ke mal yang tidak ada manfaatnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pengunjung terlihat antusias bertanya dan mendengarkan setiap penjelasan sejarah perjalanan Tzu Chi oleh relawan (kiri).
  • Jalinan jodoh cinta kasih Tzu Chi semakin matang ketika John bersama istrinya Yuliati ikut menyumbangkan nasi putih sewaktu bencana banjir 2013 lalu (kanan).

Walaupun capek tapi John menyempatkan waktu untuk datang ke Tzu Chi dan merasakan kebahagiaan karena perasaan berbagi dengan sesama itu berbeda. Ketika banjir 2013 kemarin, Yuliati mendapat pesan dari tetangga yang juga relawan bertanya apakah bisa ikut menyumbang nasi putih. Yuliati pun segera mengajak tetangga yang lain untuk berpartisipasi dan kemudian mengantarkan nasi tersebut ke depo. Dari kejadian banjir itu jalinan jodoh cinta kasihnya dengan Tzu Chi semakin matang. Tanggal 2 Juni 2013 nanti John dan Yuliati akan mengikuti sosialisasi relawan di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, menambah barisan Bodhisatwa Tzu Chi dan mengenggam kesempatan untuk berbuat kebajikan.

Seorang pengunjung bernama Shinta menuturkan kisahnya yang memberikan inspirasi. Beberapa tahun silam, setiap hari ia hanya sibuk mencari uang bahkan hari Minggu dan hari libur pun tetap bekerja membuka usaha sarang burung walet. “Usaha saya sukses, tapi tidak hidup bahagia, bahkan rumah tangga hancur,” kata Shinta dengan suara lirih mengenang peristiwa sedih itu. Shinta harus menjadi orang tua tunggal bagi ketiga orang anaknya, setelah berpisah dengan suaminya. Beberapa tahun berselang ia tergolek sakit yang hampir merenggut jiwanya. “Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saya pun sadar hidup ini singkat dan sementara saja,’ lanjut wanita beragama Buddha ini. Sebenarnya sejak dua tahun terakhir ini Shinta dan beberapa temannya ikut membagikan sembako ke kampung kumuh di sekitar Jakarta namun hanya terbatas kepada beberapa orang saja. “Tzu Chi itu luar biasa, maka saya mau datang ke sini untuk belajar,” kata Shinta dengan wajah bahagia sambil menuliskan namanya di formulir pendaftaran untuk menjadi relawan Tzu Chi.

Seluruh rangkaian acara Waisak 2557 dan Vegetarian berjalan lancar dan semua pengunjung yang hadir menyambut dengan positif. Sebelum pulang, mereka juga disediakan makanan vegetaris yang enak dan sehat. Semoga semakin banyak orang yang lebih mengenal semangat Master Cheng Yen, mengambil sebuah langkah awal yang tepat untuk melakukan kebajikan dalam barisan relawan Tzu Chi dan menjalankan visi misi Tzu Chi dengan penuh sukacita.

  
 

Artikel Terkait

Membangun Lebih dari Sekadar Tempat Tinggal

Membangun Lebih dari Sekadar Tempat Tinggal

09 November 2018
Jumat, 9 November 2018, dua delegasi Habitat for Humanity melakukan kunjungan ke Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Tommy Pacatang, Resource Development Director dari Habitat for Humanity di Indonesia bersama dengan Anna Konotchick berkunjung untuk melihat sekaligus mempelajari hasil kerja Tzu Chi dalam membantu memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat.
Ni Ming Chun Berbagi Kisah Inspiratif di Jalan Bodhisatwa

Ni Ming Chun Berbagi Kisah Inspiratif di Jalan Bodhisatwa

12 Agustus 2019
Ni Ming Chun, adalah seorang insan Tzu Chi dari Taiwan yang sudah 26 tahun berjalan di jalan Bodhisatwa. Berawal di tahun 1993 di Tging Pintung, ia telah bergabung di stasiun televisi DaAi Tv Taiwan, empat bulan sebelum DaAi Tv Taiwan diresmikan 20 tahun yang lalu. 
Melihat Dunia dari Kaca Mata My Dream

Melihat Dunia dari Kaca Mata My Dream

22 Juli 2019
Dua jempol untuk performance My Dream malam tadi (21/7/2019) rasanya tak berlebihan. Pesan-pesan perdamaian, kemanusiaan, cinta kasih, dan optimisme yang disuarakan My Dream melalui gerak tari, musik, nyanyian, instrumental, bahkan tata panggung betul-betul menyentuh hati. Meruntuhkan keegoan yang bersarang dalam diri dan juga kemalasan yang kadang membelenggu. 
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -