Semangat Memenuhi Kebutuhan Keluarga

Jurnalis : Eltri W Andeska (TCUCEC), Fotografer : Eltri W Andeska (TCUCEC)

doc tzu chi

M. Irsyad menerima bantuan paket cinta kasih berupa beras, minyak goreng, dan mi instan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Pepatah mengatakan “banyak anak, banyak rezeki,” namun pepatah tersebut tidak berlaku bagi M. Irsyad (67). Karena terserang penyakit Typhus dan tidak mendapatkan perawatan intensif, tujuh dari sembilan anaknya meninggal dunia saat masih balita. Peristiwa ini membuat dia harus merelakan kepergian para buah hatinya untuk selamanya. Saat ini hanya tiga orang anak yang tersisa, dua di antaranya harus tinggal terpisah karena sudah memiliki keluarga masing-masing.

Kehidupan M. Irsyad saat ini hanya bersama istri dan seorang anak yang menemani hari-harinya di rumah. Di usianya yang tak lagi muda, semangat dalam dirinya tak pernah goyah demi menghidupi keluarga. Dalam keseharian, ia merupakan seorang petani Okra (sejenis tanaman sayuran yang banyak mengandung serat-Red) di Desa Lemo, RT. 02, RW. 03, Kelurahan Teluk Naga, Tangerang.

Awal mula berkebun tanaman Okra, M. Irsyad mendapat tawaran dari seorang tetangga untuk mengurus tanah kosong di sekitar rumahnya. Selain mengurus tanah, tetangga tersebut juga memperbolehkan M. Irsyad untuk memanfaatkan lahan untuk berkebun. Sudah sejak tahun 2015, M. Irsyad menjadikan tanaman Okra sebagai tumpuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ia juga menanam Okra pada sebidang tanah di pinggiran kali dekat rumahnya. Dulu sebelum berkebun, M. Irsyad berjualan kopi dan es jika ada pasar malam di sekitar Desa Lemo.

doc tzu chi

M. Irsyad menunjukkan buah Okra dari hasil berkebun di lahan milik tetangganya yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya.

Warung di sekitar tempat tinggalnya adalah tempat M. Irsyad mengambil kopi dan es untuk dijual kembali saat ada pasar malam. Proses penjualan dan bagi hasilnya pun cukup sederhana. Ia mengambil minuman tersebut terlabih dahulu, dan membayarnya setelah barang itu laku terjual dengan mengambil sedikit keuntungan dari selisih harga. “Pendapatan saya kadang-kadang semaleman itu gocap (50 ribu) atau 60 ribu, sudah.” Kegiatan pasar malam tersebut tidaklah rutin ada di Desa Lemo. Hal tersebut membuat M. Irsyad harus gigit jari karena pemasukan nafkah untuk keluarganya harus terhenti.

Setelah berhenti berjualan dan dipercaya untuk mengurus lahan, M. Irsyad  menekuni kegiatannya berkebun Okra. “Saya dua hari sekali metik buah Okra, terus dapatnya kadang-kadang 40 ribu, kadang 30 ribu. Perbulan ya sekitar 300 ribu lah,” kata M. Irsyad. Istrinya, Hamami (55) juga turut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan mengerjakan pekerjaan harian memotong tali sandal dengan upah Rp. 6.500,- per karung.

Tali sandal tersebut ia dapat dari kurir pabrik yang mengantar ke rumahnya. “Biasanya sebulan sekali, tergantung nganternya saja. Kalau sudah habis, kita belum diantar, ya kita nggak ngerjain apa-apa,” kata Hamami. Untuk satu karung tali sandal, Hamami membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyelesaikannya. Suami istri ini pun masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, selain untuk menghemat kayu bakar juga untuk mengantisipasi kehabisan gas di warung sekitar rumahnya.

doc tzu chi

Hamami (Istri M. Irsyad) sedang memotong tali sandal untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Pada 26 Maret 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pembagian sembako 1.900 paket meliputi beras, minyak, dan mi instan kepada warga Desa Lemo, Kelurahan Teluk Naga, Tangerang secara gratis. Kegiatan ini bertujuan untuk meringankan beban ekonomi warga di wilayah tersebut, khususnya untuk orang tua yang memang memerlukan perhatian. M. Irsyad beserta keluarga pun tidak luput dari perhatian jajaran kepala desa di Desa Lemo untuk menerima bantuan tersebut.

M. Irsyad dan warga Desa Lemo yang lainnya sejak pagi sudah berdatangan dengan antusias yang tinggi untuk menerima bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tersebut. Di tengah kerumunan warga, terlihat M. Irsyad dengan keringat yang mengucur memarkirkan sepedanya. Perlahan tapi pasti dia melangkahkan kakinya untuk menerima sembako yang dibagikan oleh para relawan Tzu Chi.

Para relawan pun menyambutnya dengan hangat dan memberikan sembako untuknya. Saat ditanya cukup untuk berapa lama beras tersebut untuknya dan keluarga, “berapa ini? 10 kg? 10 kg ya satu hari sekilo,” Kata M. Irsyad. Berkat bantuan berupa beras ini pun, ia juga dapat menghemat pengeluarannya. “Bantuan beras ini membantu saya, terima kasih,” ucap M. Irsyad sambil tersenyum dengan mata yang berbinar.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Ketulusan Relawan Membawa Cerita Bahagia Bagi Penerima Beras

Ketulusan Relawan Membawa Cerita Bahagia Bagi Penerima Beras

31 Maret 2021

Relawan Tzu Chi bersama Artha Graha Peduli membagikan 115 paket kupon beras masing-masing 10 kg beras dan 20 pcs masker medis untuk warga Kampung Tapos, Kota Depok.

Mengawali Kebahagiaan Imlek

Mengawali Kebahagiaan Imlek

03 Februari 2017
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan 290 paket cinta kasih di Vihara Bodhicitta, Teluk Gong, Jakarta Utara. Pembagian paket berupa beras dan minyak goreng ini merupakan bentuk kepedulian menjelang perayaan Imlek kepada warga dan umat yang kurang mampu.
Tiga Ribu Paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 Mengalir hingga ke Serang, Banten

Tiga Ribu Paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 Mengalir hingga ke Serang, Banten

05 April 2021

Bantuan Sosial Peduli Covid-19 yang digagas Tzu Chi Indonesia bersama Pengusaha Peduli NKRI dan beberapa organisasi lainnya mengalir hingga ke Kota Serang, Provinsi Banten. Jumlahnya relatif banyak, hingga 3.000 paket, yang masing-masing paket berisi 10 kilogram beras dan 20 lembar masker medis.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -