Egi saat masih belum percaya diri dan memilih belajar secara daring di rumahnya.
Malam hari raya Idul Fitri harusnya menjadi hari suka cita bagi umat muslim, namun tidak bagi Egi Permana. Bagaimana tidak malam itu tepatnya tanggal 12 Mei 2022 merupakan hari yang tak terlupakan bagi pemuda berusia 16 tahun ini karena mengalami kecelakaan, dan harus kehilangan kaki kirinya.
Kejadian itu berawal ketika Egi bersama temannya tengah berjalan di perlintasan kereta api pada malam itu. Tak disangka datang kereta dari arah Jakarta menuju Bandung. Ia bersama temannya tidak mendengar datangnya kereta tersebut, meski telah diperingatkan oleh warga sekitar. Kecelakaan pun terjadi. Egi harus kehilangan kaki kirinya dan bahkan warga lainpun ikut mejadi korban hingga meninggal dunia atas kejadian ini.
“Jadi waktu itu malam takbiran saya sama teman pergi ke halte beli minuman dan ketika pulang lewat rel (kereta) terus ada kereta gak kedengar langsung ke-gusur". Cerita Egi Permana.
Rumah yang dihuni oleh keluarga Egi mendapat perhatian dari relawan Tzu Chi, dengan bantuan renovasi.
Selain bantuan kaki palsu untuk Egi, Tzu Chi Bandung juga merenosi rumah kelurga Egi serta memberikan bantuan lain yakni televisi, kasur, bantal, selimut dan furniture rumah lainnya.
Egi dilarikan ke RS. Hasan Sadikin dibantu oleh temannya dan warga sekitar. Sesampainya di rumah sakit, Egi harus dilakukan amputasi hingga betis karena mengalami cedera yang parah. Biaya operasi dibantu oleh Jasa Raharja dan dari PT. KAI.
“Egi saat itu mengalami kecelakaan karena kereta api dan beberapa bulan tidak melakukan aktifitas seperti biasa. Dan saat kami melakukan survei melihat keadaan rumah Egi ternyata harus diperbaiki. Tempat tidur yang tidak layak seperti bocor dan toilet harus diperbaiki di rumah Egi,” ungkap Eny Relawan Tzu Chi Bandung.
Setelah kejadian tersebut Egi menarik diri dari dunia luar bukan tanpa alasan. Dengan kondisi barunya ia enggan bertemu dengan banyak orang. Pihak sekolahpun mengizinkan Egi tetap bersekolah tanpa tatap muka atau daring. Jalinan jodoh terjalin ketika pihak sekolah mempertemukan Egi dengan Tzu Chi, hal ini mengundang keprihatinan relawan dan mengunjungi rumah Egi.
Relawan ikut membantu merenovasi rumah Egi, rumah yang berada di gang sempit dan padat penduduk ini membuat keluarga Egi hidup dengan keterbatasan.
Setelah tiga bulan pengerjaan renovasi rumah dan bantuan kaki palsu, kini Egi bisa menempati rumah nyaman dan layak.
“Ini juga akan datang untuk membantu khusunya perbaikan kaki dulu dan membawa Egi ke RS Almahera untuk untuk dibuat kaki palsu. Di saat Egi di bawah ke rumah sakit, rumah Egi pun direnovasi, diperbaiki. Sehingga nenek Egi pun saat itu dalam keadaan lumpuh tidak bisa kemana-mana membantu untuk menyenangkan hati nenek,” ujar Eny.
Rumah yang terletak di Jl. Kebon Jati Ciroyom Kota Bandung ini, lagi-lagi menyayat hati insan Tzu Chi. Bagaimana tidak rumah yang berada di gang sempit padat penduduk ini Egi tinggal bersama ayah dan neneknya yang mengalami stroke hingga sulit untuk bangun. Tidak hanya itu rumah yang berukuran 4.5 x 2.8 meter tersebut juga terdapat dua saudara lainnya yang tinggal bersama.
Setelah melakukan survei, Tzu Chi Bandung memberikan bantuan pembuatan kaki palsu. Tidak hanya itu bantuan renovasi rumah bagi kelurga Egi pun diberikan. Bantuan renovasi rumah ini atas kerjasama Tzu Chi Bandung dan Universitas Maranatha. Perencanaan dan design rumah dilakukan oleh mahasiswa jurusan Arsitek.
Egi bisa berangkat sekolah kembali dengan percaya diri dan semangat untuk mengejar cita-citanya.
Keadaan rumah Egi sebelum direnovasi banyak yang bocor dan bahkan ventilasi udara pun tidak baik, jadi sangat pengap. Kini keadaan rumah yang sempit dan kurangnya sirkulasi udara tidak lagi dirasakan oleh Egi bersama keluarganya. Kini Egi pun bisa bersekolah kembali, remaja kelahiran 19 November 2005 ini bisa menggapai cita-citanya.
“Terima kasih atas bantuannya kalau enggak ada Buddha Tzu Chi Egi enggak bisa jalan,” kata Egi.
“Harapan kedepan pastinya karena Egi masih muda diharapkan masa depan yang masih panjang cita-cita yang masih panjang kami harapkan Egi tidak putus semangat,” pungkas Eny.
Editor: Khusnul Khotimah