Semangat Menjalani Hidup Walau Mempunyai Keterbatasan
Jurnalis : Wais Al Kharny (Tzu Chi Tj. Balai Karimun) , Fotografer : Wais, Abdul Rahim, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)Wajah ceria Sukmawati, relawan Tzu Chi yang sedang berinteraksi dengan Pak Awang yang memiliki semangat hidup yang sangat tinggi.
“Orang yang belum pernah menghadapi coban hidup tak akan pernah berhasil melatih kelembutan hatinya.” Kata Perenungan Master Cheng Yen.
Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Biasanya, orang sering memandang kekurangannya, padahal orang tersebut memiliki kelebihan yang orang lain tidak mengetahuinya. Tapi tidak dengan Pak Awang, meski didera cobaan berat, ia tetap semangat dan melihat sisi positif pada hidup yang kini dijalaninya.
Seperti salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang akrab disapa Pak Awang (53). Ia adalah tulang punggung keluarga yang menghidupi istri dan tiga anak. Pak Awang yang bekerja sebagai penambang batu granit kala itu mengalami kecelakaan kerja yang membuat matanya perlahan-lahan kabur dan akhirnya mengalami kebutan total di tahun 2017.
Keseharian Pak Awang selalu mencedok air dari sumur yang berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya.
"Saya sudah kerja lima tahun. Pada hari itu, setelah Sholat Asar, saya mengetuk batu, pas mengetuk, mata saya seperti di setik. Tup, rupanya serpihannya masuk menancap ke dalam mata. Saya pergi ke pukesmas untuk dicuci, ternyata ini tak bisa pak, tak bisa diambil, tertancap. Saya pergi ke balai operasi buang, saat itu masih bisa melihat, lama kelamaan yang sebelah ini (sebelah kanan yang tertancap serpihan batu) tidak bisa melihat,” Pak Awang bercerita.
Tiga tahun, ia bekerja dengan mata sebelah kiri. Itu pun pandangannya sudah mulai kabur. Malah sejak tahun 2017, ia justru mengalami kebutaaan.
Saat menjalani pengobatan, dokter mengatakan bahwa penyakit yang ia derita adalah penyakit Glaukoma. Glaukoma ialah kerusakan saraf mata yang menyebabkan gangguan penglihatan dan kebutaan. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata. Saraf mata adalah sekumpulan serat saraf yang menghubungkan retina ke otak. Saat saraf mata rusak, sinyal yang menyampaikan apa yang manusia lihat ke otak pun terganggu. Secara perlahan, ini menyebabkan hilangnya penglihatan atau kebutaan.
Semangat Pak Awang terlihat dari langkah kakinya pergi mengambil air di sumur. Dalam satu hari ia bisa mengambil air sebanyak 48 ember yang berukuran 25 liter.
Syukur, Pak Awang tetap semangat. Ia optimis dan selalu berdoa agar diberikan kesembuhan. "Kalau kita pikirkan waktu masih melihat sampai dengan tidak bisa melihat pastinya lain, saya pun tidak merasa sedih yang penting ikhlas, dan setiap waktu saya meminta dan memohon kepada Allah agar mengizinkan saya untuk sembuh," ungkap Pak Awang.
Keterbatasan ini tidak mematahkan semangat Pak Awang dalam menjalani kehidupannya, ia tetap aktif dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ia bahkan mengambil air di sumur yang terletak cukup jauh dari rumahnya, yang jalanan menuju ke sana terjal, dipenuhi bebatuan.
Keseharian Pak Awang selalu diisi dengan aktivitas mengambil air di sumur, biasanya sehari ia bisa mengambil sekitar 48 kali dengan ember berukuran 25 liter. Itu tentu tidak sekali jalan, Pak Awang harus beristirahat setelah 8 kali pengambilan air karena perjalanan yang jauh dan berat. Ia sangat bersyukur masih bisa mengambil air untuk meringankan beban istri dan anaknya dengan membantu melakukan perkerjaan rumah.
Keterbatasan penglihatan tidak menyurutkan semangat Pak Awang dalm menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Sementara itu awal jalinan jodoh Pak Awang dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Batu dari salah satu warga Tanjung Batu yang menjadi tempat bagi Pak Awang untuk memangkas rambutnya. Tukang pangkas rambut terkejut dengan kondisi Pak Awang yang kehilangan penglihatan. Ia pun memberikan saran dan solusi kepada Pak Awang untuk pergi ke Kantor Tzu Chi karena temannya pernah dibantu oleh Tzu Chi.
Setelah itu, Pak Awang pun mencari Kantor Tzu Chi di Tanjung Batu agar bisa meringankan bebannya baik terkait pengobatan maupun kondisi ekonominya. Kasus ini pun diterima oleh relawan Tanjung Batu. Setelah survei, relawan memutuskan memberikan bantuan kepadanya yaitu, beras, minyak goreng dan santunan bulanan.
Pak Awang merasa bersyukur masih bisa melakukan aktivitas dan meringankan beban istri dan anak-anaknya dengan mengisi kebutuhan air di rumahnya.
"Bisa meringankan juga, kalau pun nambah sudah tidak banyak lagi, cuma kalau mau dipikirkan berat kalau seperti saya anak saya 2, tapi harus bagiamana lagi kita harus bersyukur, saya juga berterima kasih banyak kepada Tzu Chi karena telah membantu saya,” ucapnya.
Yakob (38) salah satu relawan Tzu Chi Tanjung Batu yang menerima kasus ini menjelaskan, kasus Pak Awang ini diterima pihaknya pada tahun 2016. Yang pergi meminta bantuan ialah istri dari Pak Awang yang pergi ke rumah Agustini yang juga salah satu relawan Tzu Chi. Menurut Yakob, sosok Pak Awang baginya sangat semangat dalam menjalani kehidupanya.
"Semangat hidup Pak Awang sangatlah luar biasa. Walaupun matanya sudah tidak bisa melihat lagi, tetapi setiap hari ia naik turun bukit untuk pergi ambil air. Jalan yang dipenuhi rumput, batu dan kadang juga ada dahan kayu, tetapi Pak Awang tidak pernah patah semangat,” ucapnya.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Berputarnya Roda Kehidupan: Dulu Dibantu, Kini Bisa Membantu
30 Agustus 2024Rokhim, mantan pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi tahun 2018 yang kini mengabdi menjadi relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kisahnya menggambarkan perjalanan dari penerima bantuan menjadi pemberi bantuan.
Musibah Menuai Berkah
07 Oktober 2024Bencana tsunami 2004 merupakan titik awal terbukanya jalinan jodoh antara Rina Gustiana dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ia yang dulu menjadi korban tsunami, dibantu oleh Tzu Chi, lalu kini bersumbangsih, mendedikasikan diri menjadi relawan Tzu Chi.
Dulu dibantu, Saatnya Belajar membantu
02 September 2024Taufik Ramadhan dan Bella Saputri, kakak beradik menjadi relawan dalam bakti sosial kesehatan umum dan gigi di Aula Bunut Kampung Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Riau pada Sabtu (10/8/24).