Semangat Relawan Berjubah Putih
Jurnalis : Tani Wijayanti (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)Pada Minggu, 9 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pelatihan Calon Anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Indonesia di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Pada Minggu, 9 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pelatihan Calon Anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Indonesia di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pelatihan ini dihadiri oleh 43 peserta yang terdiri dari dokter, apoteker, dan perawat.
Tepat pukul 08.50, sebelum acara berlangsung, para peserta berbaris di depan ruangan dan memasuki ruangan dengan rapi. Acara yang berlangsung di gedung DAAI lantai 1 ini dibuka dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen, menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, dan pembacaan Sepuluh Sila Tzu Chi.
Para peserta diajak menelisik lebih dalam mengenai sejarah dan kontribusi Tzu Chi baik di dunia internasional maupun di Indonesia.
Sebagai pemateri awal, Hengky Ardono menjelaskan filosofi dasar yang tertuang dalam lagu berjudul Gan En, Zun Zhong, Ai (bersyukur, menghargai, dan cinta kasih). Usai itu, para peserta diajak mengenal lebih dalam sejarah serta kontribusi Tzu Chi di dunia dan Indonesia melalui potongan-potongan kejadian yang terpampang di Exhibition Hall Aula Jing Si.
Pelatihan juga diisi sharing dari para relawan yang telah lama berkecimpung dalam kerelawanan Tzu Chi. Salah satunya adalah Andre yang menjelaskan mengenai Keindahan Budaya Humanis Tzu Chi. Menurutnya, sebagai insan Tzu Chi, kita harus menjaga kerapian dalam berperilaku dan berpakaian sehingga pada saat yang bersamaan dapat memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi ke masyarakat umum.
Salah satu filosofi Tzu Chi adalah mengajak lebih banyak orang berkontribusi melalui celengan bambu.
Tak hanya itu, Marlin juga menceritakan pengalamannya selama menjadi relawan. Marlin menuturkan bahwa tak dapat dipungkiri menjadi seorang relawan itu melelahkan. “Namun dapat menggunakan waktu luangnya untuk berbuat kebajikan. Dari kebajikan ini timbulah kebahagiaan yang menjadikan sumber semangat bagi saya agar dapat bekerja lebih baik lagi,” ceritanya.
Menjelang tengah hari, para peserta diajak memainkan permainan untuk mengakrabkan peserta serta peragaan isyarat tangan. Tak hanya itu, para peserta juga diajak menelisik lebih dalam mengenai filosofi celengan bambu dan Lagu berjudul “Jubah Putih”.
Pelatihan Calon Anggota TIMA ditutup dengan peragaan isyarat tangan bersama diiringi lagu berjudul “Satu Keluarga”.
Menjelang akhir pelatihan, Awaluddin, Ketua TIMA Indonesia berkesempatan memberikan pesannya. “Kenapa harus di Tzu Chi?’ tanya Awaluddin kepada para peserta. “Bagi saya Tzu Chi di sini adalah tempat belajar. Belajar itu tiada habisnya. Tzu chi adalah suatu contoh yang besar untuk belajar. Dengan contoh yang besar ini, kita mengajak shixiong, shijie (saudara, saudari –red) untuk belajar melakukan kebajikan dan cinta kasih,” tambahnya.
Bagi Awaluddin, tim medis dapat memberikan dua hal yaitu meringankan penyakit manusia di fisik sekaligus menginspirasi sesama sehingga dapat ikut menjernihkan hati manusia.
“Ada dua hal paling utama saat Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi, pertama menjernihkan hati manusia, kedua, dunia terbebas dari bencana,” tambah Awaluddin. Menurutnya, perlu kekuatan banyak orang untuk bersama-sama mewujudkan visi tersebut. “Memangnya cuma saya, dokter Hengky, dokter Sharon saja bisa menjernihkan hati manusia? Ya, pasti tidak. Memangnya cukup membebaskan dunia dari bencana, ya, pasti tidak. Makanya saya mengajak shixiong, shijie bersama-sama untuk berbuat kebajikan,” tutupnya.