Semangat Seorang Pelaut
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy Relawan memotong bulu mata pasien sebelum masuk ke dalam ruang operasi. |
| ||
Setiap ilmu, apapun itu pasti berharga dan memberikan pengaruh pada hidup kita, malah jika digunakan dengan baik dan tepat, ilmu dapat mengubah seluruh kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Cerita di atas berpesan agar kita tidak menjadi sombong karena ilmu yang kita miliki, justru ilmu sekecil apapun itu harus dipelajari sehingga dapat digunakan di waktu yang tepat. Kisah di atas hanyalah selingan kisah sebelum aku bercerita tentang seorang pelaut yang kutemui pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-83 di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Sekilas kulihat di antara barisan pasien lainnya, ia tampak berbeda. Dengan postur tubuh yang tegap ia selalu menampilkan wajah yang tersenyum dan tak tampak sedikit pun kerisauan menjelang operasi, seolah aura yang terpancar pada dirinya pun berkata bahwa ia adalah sosok yang pemberani dan sangat tenang. Menjadi Teladan Bagi yang Lain
Keterangan :
Tantangan terbesar yang pernah ia lewati saat ia dan ABK-nya harus menghadapi puting beliung. “Ada sekali waktu pulang dari Batam, kena puting beliung. Itu yang parahnya lagi, puting beliung itu jika kena sasaran maka kapal bisa karam,” ucapnya. Dengan memperhitungkan arah dan jam puting beliung kapan akan sampai, mereka pun berhasil selamat. “Saat menghadapi laut, jika perlu ubah haluan kita harus ubah sedikit, nanti balik lagi. Ngerubah haluan itu jangan selamanya karena sasaran telah ditentuin, jadi jangan selamanya agar nggak tersesat. Jika tidak ubah kembali maka tidak sampai di tujuan,” tambahnya dengan penuh keyakinan. Melewati semua hal tersebut, keahlian mengendalikan kemudi adalah hal kedua, yang terpenting baginya adalah ia dapat menjadi teladan bagi ABK-nya dan dapat mengendalikan seluruh ABK-nya agar tetap tenang dan tidak tergesa-gesa, “Kalau pimpinan saja tergesa-gesa, apalagi ABK? Nahkoda yang baik bisa menguasai ABK agar jangan tergesa-gesa dan mudah panik dengan kondisi di laut,” tuturnya. Beralih Profesi Karena Kurangnya Penglihatan Dalam kurun waktu yang lama, tentu ia dapat berobat, namun berobat seolah ia tunda untuk kebutuhan anaknya. Anak sulungnya kini tengah menempuh pendidikan sastra Inggris di sebuah universitas di Pekanbaru, dan hal tersebut juga yang membuat ia dan istrinya berusaha untuk terus bekerja mencari uang. Namun beruntung, anaknya dapat kuliah sambil bekerja sehingga biaya pendidikan tersebut yang harus dicari mereka dapat menjadi lebih ringan.
Keterangan :
Jodoh mendapatkan pengobatan gratis pun ia dapatkan pada saat Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi di Batam. Namun saat itu ia tak berhasil mengikuti pengobatan karena tekanan darahnya yang tinggi. Saat itu ia pun merasa cukup kecewa, namun seorang menyemangatinya untuk menunggu pengobatan yang berikutnya. Dan akhirnya waktu pengobatan itu pun tiba saat Yayasan Buddha Tzu Chi kembali mengadakan Bakti Sosial Kesehatan di RS Lancang Kuning, Pekanbaru. Perjalanan dari tempat tinggalnya, Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung menuju RS Lancang Kuning ini memakan waktu perjalanan selama 10 jam. Bersama rombongan dari desanya dan ditemani istri dan anak bungsunya, ia pun hadir mengikuti operasi katarak. Inilah yang membuat wajahnya menjadi ceria, karena kali ini ia berhasil mengikuti operasi untuk mengobati matanya. Saat mengikuti post op (pemeriksaan pascaoperasi) pertama, ia merasa penglihatannya sudah menjadi lebih terang dan ia dapat melihat lebih jelas. "Operasi kemarin cukup menyenangkan. Pertama lihat yayasan ini di Tanjung Balai, sekarang baru terasa kuat yayasan ini mendukung dan prihatin dengan masyarakat. Mudah-mudahan yayasan punya komitmen yang lebih bagus lagi, lebih meluas lagi hingga ke wilayah pedalaman karena wilayah pedalaman lebih banyak lagi, yang tidak terjangkau dengan ongkos dan jauh dari kota,” ucapnya dengan penuh rasa syukur. Setelah dapat kembali melihat dengan normal, ia pun dapat bekerja dengan tenang, dan dalam hati kecilnya ia ingin dapat kembali mengarunggi laut walaupun pekerjaan tersebut harus menjadi pertimbangan terakhir baginya karena usianya yang sudah tak muda lagi. Namun satu yang pasti, semangat seorang nahkoda selalu tertanam dalam dirinya untuk melawan kehidupan yang keras. | |||
Artikel Terkait
Menghimpun Cinta Kasih dalam Semangat 10.10
14 Oktober 2020Tzu Chi Sinar Mas relawan melaksanakan penuangan Celengan Bambu secara serentak pada 10 Oktober 2020. Kegiatan ini dilaksanakan dalam semangat 10.10 dengan tagar #TuangRameRame Celengan Bambu serta diikuti 24 komunitas relawan Tzu Chi Sinar Mas yang tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan Hingga Papua. Lebih dari 8.000 orang berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Gathering Gan En Hu Singkawang
19 Juni 2012 Perubahan pemberian bingkisan kepada Gan En Hu dengan ‘pulang ke rumah’ seperti ini ternyata memberikan suasana gembira di hati para mereka. Selain mengenal lebih dekat kantor penghubung atau “rumah bersama’, juga mengenal sesama Gan En Hu sebagai satu keluarga.Mengobati dengan Sepenuh Hati
02 Januari 2013“Terima kasih Tzu Chi, sekarang saya sudah sembuh dari Hernia dan telah dapat kembali bekerja,” ujar Hendra Dharma kepada relawan Tzu Chi yang datang berkunjung ke rumahnya pada hari Kamis tanggal 20 Desember 2012.